Malam ini ketiganya sedang bersiap untuk datang ke Pesta Ulang Tahun Perusahaan Yoogi yang ke 55 tahun.
Cukup lama karena Perusahaan ini sebelumnya di pegang sang appa sebelum akhirnya di ambil alih oleh Yoogi.
"Kau belum bersiap?"tanya Yoogi saat mendapati Hyumi yang masih terduduk di atas tempat tidurnya.
"Sepertinya aku tidak usah ikut oppa"ucap Hyumi yang membuat Yoogi menyerngit bingung.
"Wae? Kau tidak mau menemaniku di sana?!"ada nada tidak suka yang ditunjukan pria itu.
"Ada Yoora, aku rasa tidak perlu sampai kami berdua kan?"
"Aku tidak suka kalau kau seperti ini, pokonya kau harus ikut atau kita tidak usah pergi"
"Oppa kau tidak boleh egois"
"Kau juga tidak boleh egois"
"Tapi oppa"
Yoogi membuka jas yang dipakainya dan menaruhnya diatas tempat tidur, lalu melonggarkan dasi yang dipakainya.
"Yak oppa, apa yang kau lakukan? Kenapa kau.. "
"Kau tidak pergi maka tidak ada yang akan pergi ke sana"
Hyumi menghela nafasnya lelah, sebenarnya bukannya Hyumi tidak mau, tapi...
Sungguh dia merasa risih kalau nanti akan menerima setiap tatapan aneh itu lagi, Hyumi terlalu pengecut untuk menerima segala hal menyakitkan tersebut.
"Arraseo, aku akan ikut"(baiklah)
Yoogi tersenyum mendengarnya, kancing yang hampir terbuka kini dibenarkannya kembali.
"Gomawo yeobo"(terima kasih sayangku) ucap Yoogi seraya mengecup kening wanita itu yang membuat Hyumi tersenyum.
"Aku tunggu di bawah"
***
Ketiganya bersiap hingga akhirnya Hyumi selesai, ia turun ke bawah dengan gaun biru dongker dan rambut tergulung yang menyisakan beberapa helai.
Cantik.
Yoora bahkan mengakui Hyumi mempunyai pesonanya sendiri sebagai seorang wanita, wanita itu bahkan sempat terdiam, diam-diam mengagumi aura yang wanita itu pancarkan.
Hyumi menghentikan langkahnya tepat di hadapan Yoogi.
"Ayo kita pergi oppa"
Yoogi tersadar atas lamunannya, Yoogi melirik Yoora yang membuat wanita itu terkesikap.
"A.... A.. Aku akan ke mobil duluan"
Setelah Yoora pergi Yoogi kembali menghadap Hyumi.
"Haruskah secantik ini?"Hyumi terkejut atas perkataan Yoogi, hal itu membuatnya tersenyum malu.
"Jinjjayo?(benarkah) Aku rasa aku tidak cantik"
"Kau terlalu mempesona membuatku tidak bisa berkata-kata"
"Kau berlebihan oppa"
Yoogi mengaitkan tangannya pada sebelah tangan kanan Hyumi, menggengam tangan itu erat.
"Aku jadi meragukan hal ini, bisakah kita tetap tinggal dan berada dalam kamar sepanjang waktu"
"Neo micheoseo, neo chugulae?"(Apa kau sudah gila. Kau mau mati)
"Ayo kita pergi sekarang Yoora pasti sudah menunggu terlalu lama"
Yoogi melingkarkan sebelah tangan kananya pada lingkar pinggang wanita itu.
Mengikis jarak di antara mereka.
"Aku rasa Yoora bisa menunggu sebentar lagi"
Yoogi memiringkan wajahnya, dalam hitungan detik bibir itu sudah meraup bibir Hyumi, dan melumat bibir itu gemas.
"Yak"protes Yoogi saat Hyumi mendorong tubuhnya untuk menjauh.
"Aku tidak mau merapikan make up ku lagi, akan butuh waktu lama, lebih baik kita pergi sekarang"
"5 menit jebal"ucap Yoogi yang dibalas tatapan menyipit dari wanita itu.
"Shireoyo"(aku tidak mau)
"Hyumi"
"Oppa kita harus pergi sekarang"
"Hanya 5 menit"
"Pulangnya saja, aku bebas untukmu tapi tidak sekarang"
"Janji? "
"Ne"
"Aku akan mengingatnya dengan baik, sepulang nanti aku akan menagihnya padamu"
"Yaaa.... Tagihlah, itu juga kalau aku tidak lelah"Hyumi kabur dari Yoogi, meninggalkan pria itu yang terdiam di tempatnya.
"Yak, kau sudah janji tadi, pokonya aku akan meminta jatahku saat pulang nanti aku tidak mau tahu"protes Yoogi seraya mengikuti wanita itu dari belakang.
***
Mereka sampai Hyumi terlihat ragu, ini pertama kalinya dia datang dengan stastus Yoogi yang memiliki istri dua, sebenarnya Hyumi tidak terbiasa dan selalu tidak terbiasa,setiap kali datang Hyumi selalu Setia berada di sisi Yoogi dan tak pernah berbaur layaknya wanita pesta pada umumnya.
Hyumi melangkah masuk, tatapan itu...
Lagi-lagi tatapan aneh itu memandang ke arahnya.
Hyumi tertunduk, merasa begitu risih dengan segala tatapan yang ada.
"Ayo"Hyumi menatap tangan Yoogi yang terulur padanya. Sepertinya Yoogi tahu betapa gugupnya dia saat ini.
"Ne"Hyumi terus berjalan tanpa menghiraukan tangan Yoogi yang terulur padanya, saat Hyumi mendapati tangan Yoora yang bergelayut pada sebelah lengan Yoogi yang lain.
Dia tidak mungkinkan melakukan hal yang sama seperti Yoora, tatapan itu sudah terlalu mengganggunya, bagaimana jadinya kalau Yoogi di apit oleh kedua wanita bukankah itu akan terlihat begitu risih.
Seperti pria yang tidak bisa merasa puas dengan seorang wanita, Hyumi takut image Yoogi akan terlihat buruk dimata para karyawannya.
"Selamat atas Ulang Tahun Perusahaan Min Corp tuan Min"
"Jongguk"gumam Hyumi cukup terkejut mendapati Jongguk yang datang dan bersalaman dengan Yoogi.
"Annyeong Hyumi-Ya"sapa Jongguk.
"Wah... Kalian sepertinya sudah begitu akrab?"ucap Yoogi, terselip nada tidak suka dari caranya berbicara dan memandang keduanya.
"Kita teman tentu saja kami akrab"ucap Jongguk seraya tersenyum memandang Hyumi.
"Kau... "Ucap Hyumi ragu, ia masih terkejut Jongguk mengenal Yoogi.
"Aku pernah minta bantuan Perusahaan tuan Min untuk membangun cabang Perusahaanku di Busan"jelas Jongguk yang membuat Hyumi berohria.
"Aku senang bisa di undang, Terima Kasih suatu kehormatan bisa berada di tengah pesta besar ini"
Hyumi diam, ia hanya bisa tersenyum canggung pada Jongguk.
Jongguk berdiri di samping Hyumi ia membisikan sesuatu pada wanita itu yang membuat Hyumi terkekeh dan menyenggol lengan pria itu.
Yoogi menatap tajam keduanya.
Pria itu begitu penasaran, seberapa dekatnya mereka berdua, hingga bisa seakrab itu.
"Kalau begitu aku permisi dulu"Jongguk pergi setelah tersenyum pada Hyumi yang dibalas senyuman canggung dari wanita itu, Hyumi sadar tatapan Yoogi padanya, pria itu terlihat tidak suka.
"Selamat atas ulang tahun Min corp yang ke 55 tahun"ucap salah satu rekan bisnis Yoogi, yang datang dan langsung menjabat tangan pria itu.
"Gomawo Jiseok-ssi"(terima kasih) ucap Yoogi seraya menjabat tangan pria itu
"Oh ya ku dengar istrimu sudah hamil, wahh chukkaeyo akhirnya setelah penantian bertahun-tahun Hyumi hamil juga"
DEGG!
Hyumi tersentak mendengarnya, Yoogi menoleh cepat ke arah Hyumi.
"Selamat nyonya Min"Hyumi tersenyum miris mendengarnya.
"Bukan aku tuan Jung, tapi Yoora istri kedua dari tuan Min"
"Istri kedua?"ucap Jiseok terheran sekaligus terkejut.
"Ya"
"Ohh.. Mianhaeyo, tapi selamat atas kehamilannya"(Maafkan aku)
"Gomawo Jiseok-ssi"ucap Yoogi tersenyum pada pria itu.
"Aku ke Toilet sebentar"Hyumi pergi dari sana, Yoogi melirik ke arah Hyumi menatap sendu kepergian wanita itu.
"Hah!"Hyumi menghela nafasnya lelah, bukan tubuhnya yang lelah melainkan hatinya, itu hanya pertanyaan biasa tapi begitu berpengaruh pada hatinya.
"Presdir Min serakah sekali memiliki istri dua, kalau memiliki Yoora kenapa tidak melepaskan istri pertamanya"
"Seharusnya presdir memilih satu di antara mereka kan"
Hyumi terdiam, menatap malas pada beberapa orang yang berkumpul dan membicarakan tentang Keluarganya.
"Bisa kalian urusi saja urusan kalian masing-masing"ucap Hyumi ketus, seorang pria berbalik dan tersenyum remeh ke arahnya.
"Kau istri pertama dari presdir Min kan? Kenapa masih bertahan bukannya dia sudah menduakanmu?!! Bagaimana kalau kau menikah denganku saja"
"Menyedihkan"
"Tsk! Jaga mulutmu tuan kau jadi terlihat seperti wanita penggosip saat ini"decak Hyumi kesal.
Hyumi berniat pergi dari sana, pria itu terkekeh namun kemudian Hyumi membalikan tubuhnya dan meninju pria itu tepat di pipi sebelah kirinya hingga jatuh tersungkur, dan mengenai meja yang terdapat beberapa gelas untuk para tamu undangan menikmati minuman yang tersaji di sebelahnya.
"KAU..BERANINYA KAU!"Teriak pria itu marah.
Hyumi baru saja mempermalukan dirinya, di pukul oleh seorang wanita pria mana yang akan menerima hal itu.
"APA, URUSI SAJA HIDUPMU SENDIRI DARI PADA URUSAN ORANG LAIN"teriak Hyumi tak kalah kencang.
"Ada apa ini?"Yoogi datang dengan Yoora di sampingnya, memandang terkejut pada kekacauan yang terjadi.
"Presdir Min, tolong ajari sikap istri pertamamu itu agar besikap dengan sopan"ucap pria itu setelah dibantu berdiri oleh beberapa orang di sana.
"Bersikap sopan? KAU KIRA APA YANG KAU LAKUKAN BARUSAN -HUH! "
"HYUMII!! "Bentak Yoogi yang membuat Hyumi membeku seketika.
"Minta maaf"
Hyumi menoleh ke arah Yoogi tak percaya.
"Oppa"
"Cepat minta maaf"ucap Yoogi kelewat geram.
Hyumi menoleh kepada pria itu yang kini tersenyum dengan smirk di sudut bibirnya.
"Na shireoyo"(aku tidak mau) Hyumi berari pergi dari sana,.
Marah, kecewa, sakit, berbagai rasa yang bercampur aduk di dalam hatinya.
Dia tidak percaya Yoogi akan tetap membela pria itu ketimbang dirinya.
Hyumi menghentikan langkahnya saat mobil Yoogi berhenti tepat di hadapannya.
"Masuk"ucap Yoogi kelewat tajam.
Hyumi masuk ke dalam mobil, duduk di bag. Penumpang tepat di sebelah Yoora di bag. Belakang.
Yoogi melajukan mobilnya, pria itu memutuskan untuk pulang dan meninggalkan kekacauan itu.
"Apa kau itu preman, tidak bisakah kau menahan emosimu itu"
"Dia rekan bisnisku, bagaimana bisa kau mempermalukanku di hadapannya dan rekan bisnisku yang lain"
"Jaga sikapmu, jangan sembarangan meluapkan emosimu "
"Aku tidak habis pikir dengan sikapmu yang kelewatan itu"
"Kau.... "
"Hentikan mobilnya"potong Hyumi cepat..
"Kita belum sampai, memangnya kau apa huh! Jangan membuatku kesal, sudah cukup perlakuanmu yang membuatku malu tadi"
"AKU BILANG HENTIKAN MOBILNYA SEKARANG JUGA"
Yoogi langsung membanting stir hingga berhenti di tepi jalan.
BRAK!
Hyumi keluar dari dalam mobil dengan membanting pintu mobil.
Bahkan Yoora sampai terlonjak kaget karenanya.
"Sialan"decak Yoogi kesal, Yoogi keluar dari dalam mobil mengejar Hyumi yang sudah lebih dulu berjalan menjauh.
"KAU KIRA APA YANG KAU LAKUKAN-HUH! BERHENTI BERJALAN DAN KEMBALI KE MOBIL, AKU TIDAK MAU MENGEJARMU SEPERTI DI DALAM SEBUAH DRAMA"
Hyumi menghentikan langkahnya tubuhnya berbalik menjadi menghadap Yoogi.
"KALAU BEGITU PERGI SAJA SANA!! PERGI MENJAUH DAN TINGGALKAN AKU SENDIRI"teriak Hyumi tak kalah kencang.
Yoogi berjalan mendekati Hyumi, menatap tajam wanita itu dengan amarahnya yang tertahan.
"Sudah cukup insiden memalukan malam ini, kembali ke mobil"Yoogi meraih sebelah tangan kiri Hyumi menariknya, namun langsung dihempaskan wanita itu.
"Aku pasti begitu memalukan mu malam ini, bagaimana? pernikahan kita selama 7 tahun dan baru terungkap sekarang betapa memalukannya aku untukmu"
"Aku memang begitu memalukan, maaf karena tidak bisa jadi istri pangeran yang sempurna untukmu!"
"Wanita rendahan seperti ku memang tidak akan pernah bisa berubah, wanita rendah memang tidak akan pernah pantas menjadi istri seorang pangeran semua itu memang hanya ada di sebuah cerita dongeng"
"Hentikan omong kosong ini dan kembali ke mobil sekarang juga"
"Aku bilang aku tidak mau"
"Masuk ke mobil sekarang atau aku akan meninggalkanmu di sini"
"Tinggalkan saja aku di sini, aku tidak peduli"
"Arraseo.. Kau pulang saja sendiri, jalan saja sampai rumah seperti wanita gelandangan"
Yoogi berbalik meninggalkan Hyumi begitu saja.
Tes.
Air mata itu seketika keluar dari sudut matanya.
Hatinya terasa begitu sesak, Yoogi pergi melajukan mobilnya, benar-benar meninggalkannya begitu saja.
Seketika tubuh Hyumi merosot jatuh terduduk, pertahannya runtuh seketika.
Rasa sesak itu, rasa sakit dan kecewa yang dirasakannya benar-benar sudah tak terbendung lagi.
Air mata yang sejak tadi ditahannya keluar begitu saja dengan isakan yang lolos dari bibirnya .
***
Hyumi berjalan dengan wajah tertunduk, kedua hak tinggi yang dipakainya sudah dia buang ke tong sampah.
Kakinya sakit dan selama hidupnya dia benci dengan sepatu hak tinggi, sepatu itu dibelikan Yoogi saat ulang tahunnya, saking kesalnya wanita itu membuangnya begitu saja.
Tidak peduli betapa mahalnya benda itu, ia membuangnya begitu saja.
"Appo"(sakit) Hyumi menghentikan langkahnya, ia terduduk di pinggir jalan, kakinya benar-benar sakit akibat berjalan tanpa alas kaki.
"Masih jauh dan ini melelahkan"gumam Hyumi kesal.
Hyumi terkesikap saat seseorang menghalangi pandangannya, Hyumi mendongkak dan mendapati seorang pria tenggah berdiri di hadapannya.
"Jongguk"gumam Hyumi terkejut, seketika Hyumi bediri.
"Kau di sini?"
GREB//
Hyumi terkejut bukan main saat tiba-tiba saja Jongguk menariknya ke dalam pelukannya.
"Mianhae.... Neomu mianhaeyo, aku tidak sempat membantumu tadi, aku sedang berada di Toilet saat insiden itu, aku terkejut saat banyak pecahan kaca dan beberapa orang bilang kau memukul seorang pria yang bergosip tentang mu"(maafkan aku. aku mohon maafkan aku)
Jujur Jongguk memang tidak tahu saat itu, dan pria itu langsung mencari keberadaan Hyumi setelah mendapat kabar Hyumi pergi begitu saja.
Tadinya Jongguk akan pulang tapi matanya menangkap sosok Hyumi yang tengah berjalan sendirian.
"Gwenchanayo"(Tidak apa-apa)
"Kau selalu saja bilang tidak apa! Yeoja pabo"
"Dimana sepatumu?"tanya Jongguk setelah melepaskan pelukannya dan mendapati Hyumi yang bertelanjang kaki.
"Aku... Aku tak sengaja meninggalkannya tadi hehe"Hyumi terkekeh mencoba tak menganggap serius tentang ini, Jongguk menatap Hyumi lekat.
"Yeoja pabo"(wanita bodoh)
"Pakai ini"Jongguk berjongkok dihadapan Hyumi, melepaskan sepatunya dan memakaikannya di kedua kaki Hyumi.
"Yak, apa yang kau lakukan? Tidak apa sungguh"ucap Hyumi merasa tak enak.
"Gwencahanayo.. Kau mau ku antar pulang?"(Tidak masalah)
"ANI"tolak Hyumi cepat. (tidak)
"Kalau Yoogi melihatmu mengantarku pulang, habislah aku"
"Dia sudah pernah melihatnya"
"Mwo?"Hyumi terkejut saat mendengar ucapan Jongguk .(apa)
"Melihatnya? Kapan dia melihatnya?"
"Saat kita pulang dari Pantai"
Kedua mata Hyumi membesar, ia terkejut bukan main.
"YAK, NEO MICHEOSEO!! aigooo... Akhhhh eottokhae? Dia ..dia melihatmu"(Apa kau sudah gila, bagaimana ini)
"Ya.. "
"Kalian saling kenal, aigooo.... Lengkap sudah"
"Kalau begitu kau naik Taksi saja"
"Aku tidak punya uang"
"Aku yang akan membayarnya, ku carikan kau Taksi"
Jongguk menghentikan Taksi untuk Hyumi, bahkan langsung membayarkannya .
"Gomawo Jongguk-ah"ucap Hyumi dari jendela Taksi.
Jongguk mengangguk dengan senyum di bibirnya.
"Tidurlah dengan nyenyak, jangan pikirkan kejadian itu, kau pantas memukulnya"
"Hyumi jjang"
Hyumi terkekeh, semangat ini lah yang dia butuhkan dan Jongguk memberikannya.
"Pulanglah, dan tidur dengan nyenyak"Jongguk tersenyum, begitu senang mendengar ucapan Hyumi yang terdengar begitu perhatian padanya.
"Aku pasti akan tidur dengan nyenyak dan memimpikanmu"
Hyumi mendengus sebal, Jongguk selalu berbicara aneh.
"Aku pulang"pamit Hyumi
"Ahjussi tolong bawa wanita ini sampai ke Rumahnya dengan selamat"Hyumi terkekeh, ayolah.. Jongguk berlebihan.
"Annyeong Jongguk, teima kasih atas bantuannya"
"Tidak gratis, kapan-kaan traktir aku makan siang"
"Siap boss"
***
Yoogi membuka pintu kamarnya bersama Hyumi, istri pertamanya baru saja pulang sekitar 7 menit yang lalu menggunakan sebuah Taksi.
Yoogi mendudukan dirinya di pinggir tempat tidur. Kedua telapak tangannya mengusap wajahnya kasar.
Pikirannya kembali melayang pada kejadian beberapa waktu lalu.
Saat pertengkaran hebat untuk pertama kalinya bagi mereka berdua, Yoogi pergi begitu saja meningglkan Hyumi.
Mengantar Yoora pulang dan Yoogi kembali melajukan mobilnya untuk mencari wanita itu.
Tapi saat di jalan yang di dapatinya adalah, istri pertamanya tengah berpelukan dengan pria lain.
Pria yang sama saat mengantar istrinya pulang larut malam kemarin lusa.
Diam-diam Yoogi begitu cemas, rasa takut di dalam hatinya bermunculan sedikit demi sedikit.
Yoogi cukup takut kalau Hyumi akan pergi meninggalkannya, pria itu belum siap bahkan mungkin tidak akan pernah siap.
Setelah kejadian malam itu, berkali-kali pikiran negatif itu melintas di kepalanya.
CEKLEK//
Pandangan Yoogi beralih pada pintu Toilet yang terbuka.
Yoogi dapat melihat keterkejutan pada wajah wanita itu, Hyumi mengalihkan pandangannya, dengan langkah sedikit aneh Hyumi berjalan menuju meja rias.
Yoogi melirik ke arah kaki Hyumi, Yoogi bangkit dari duduknya, berjalan menghampiri Hyumi yang tengah mengeringkan rambutnya.
Yoogi membalikan kursi Hyumi menjadi menghadap ke arahnya, ia berlutut di hadapan Hyumi menarik kedua kaki wanita itu, untuk bisa dilihatnya.
Banyak lecet luka tergores di sana.
"Kemana sepatumu ?"
Yoogi bangkit berdiri, meraih kotak obat yang terpajang di sudut kamar.
"Aku membuangnya"ucap Hyumi tanpa memandang pria itu yang kini sedang mengobati luka di kakinya.
"Kenapa? "
"Untuk apa memakai sepatu yang menyakitimu"
"Jadi aku membuangnya"
"Itu sepatu yang aku hadiahkan saat hari ulang tahunmu"
"Itu menyakitiku, aku tidak bisa terus menyimpannya dan memakainya, walau temanku bilang sepatunya begitu bagus dan cantik, aku tidak akan pernah bisa memakainya dan terlihat begitu nyaman menikmati sepatu itu menghiasi kakiku kalau ujung-ujungnya dia akan menyakitiku"
"Lebih baik aku menbuangnya, walau sepatu itu begitu spesial"
DEGG!!
Yoogi tersentak, perkataan Hyumi bagai setruman yang mengarah langsung pada hatinya dan pikiran negatifnya .
Seakan dirinya adalah sepatu, dan Yoogi harus bersiap untuk dibuang oleh wanita itu.
"Apa....."
"Kau akan melakuan hal yang sama padaku, seperti sepatu itu?"