LOVE NYA JANGAN LUPA YA
***
"Memangnya kenapa kalau kami kembali bersama?"
Hyumi dan Jongguk menoleh ke sumber suara dan mendapati Yoogi yang tengah berjalan ke arah mereka.
Masihlah pakaian yang sama saat Hyumi melihat Yoogi terakhir kalinya sebelum dia keluar Rumah, Yoogi belum berganti pakaian sejak mereka sampai di Rumah hingga sekarang.
"Aku tidak akan membiarkannya! Kau sudah menyakitinya apa kau tidak malu pada dirimu sendiri untuk berharap kembali padanya"
Yoogi berhenti melangkah saat dirinya sudah berdiri di samping Hyumi.
"Aniyo (Tidak),... Aku ingin kembali dan menjadi pria yang lebih baik lagi untuknya"
"Lebih baik kau yang pergi dan mencari wanita lain karena Hyumi akan tetap menjadi bagian keluarga dari marga Min"
Jongguk mendecih, wajahnya beralih dari sana dengan senyuman remeh di wajahnya lalu kembali menatap Yoogi tajam.Jujur saja Jongguk merasa ingin sekali memukul wajah Yoogi saat ini dengan keras.
"Ini pertama kalinya aku bertemu dengan pria yang tak tahu malu sepertimu"
"Terserah bagaimana pendapatmu tentangku! Pria tidak tahu diri atau apapun itu, aku memang tidak tahu malu karena ingin kembali kepada istri yang bahkan telah ku sakiti. Aku ingin kembali padanya karena aku ingin memulai semuanya kembali dari awal"Ucap Yoogi dengan sungguh-sungguh.
Jongguk menatap Yoogi tajam, ucapan pria itu cukup membuah darahnya mendidih, seenaknya dia mengatakan hal itu setelah apa yang dia lakukan.
"B*J*N**N"desis Jongguk seraya bersiap meninju wajah Yoogi.
"HAJIMAAAA... JONGGUK, YOOGI"(hentikan) Teriak Hyumi, ia berdiri di tengah-tengah antara Yoogi dan Jongguk seraya merentangkan kedua tangannya agar menjadi penghalang dia antara mereka berdua yang bersiap untuk saling melemparkan tinju mereka.
Hyumi menoleh pada keduanya secara bergantian, rasa khawatir mulai menghantuinya, dia tidak mau ada pertengkaran di sini hanya karena dirinya.
"Bisa hentikan ini, aku yang berhak memilih dan aku belum memutuskan apapun, jadi tolong hargai aku di sini"Ucap Hyumi tegas. Ia memandang Yoogi dan Jongguk secara bergantian.
Jongguk menghela nafasnya, ia memalingkan wajahnya dari sana, terlihat guratan emosi di wajahnya.
"Tapi kau tidak akan lupa kan? Akhir bulan ini kita akan menikah"
"Mwo!"Yoogi terkejut bukan main, kedua pupil matanya membesar, Yoogi beralih menatap Hyumi mencoba mencari penjelasan atas perkataan Jongguk barusan.
"Jadi... Kau belum memberitahunya chagi"ucap Jongguk seraya terkekeh, cukup puas melihat ekspresi Yoogi saat ini yang terlihat begitu terkejut.
Hyumi mendesah frustasi, belum saatnya dia tahu tapi Jongguk malah mengatakan hal ini sekarang.
"Jongguk sudah malam lebih baik kau pulang"ucap Hyumi agar menyudahi semua ini sekarang juga.
"Arraseo(baiklah), aku pulang tapi kau harus ingat aku akan menjemputmu akhir bulan ini"
"Sampai ketemu nanti"
Jongguk mengecup singkat pipi sebelah kiri Hyumi lalu beralih menatap Yoogi sinis dan kemudian berlalu dari sana.
Hyumi menurunkan kedua tangannya, wajahnya tertunduk takut, ia sadar Yoogi tengah menatapnya saat ini.
Rasa gusar menyelimuti hatinya, matanya bergerak gelisah dengan takut-takut Hyumi melirik ke arah Yoogi, pria itu masih menatapnya dalam diam.
Hyumi yakin pria itu pasti marah padanya, Hyumi takut Yoogi kembali menyakiti dirinya.
Dia tidak sanggup melihat pria itu terluka.
"Apa itu benar?"
"Kau akan menikah dengannya?"
Hyumi menghela nafasnya, kedua tangannya terkepal bahkan dia dapat merasakan kedua tangannya sendiri bergetar.
"Aku bilang aku belum memutuskan"
Kini keduanya kembali terdiam, Yoogi terus menatap Hyumi dalam sementara wanita itu hanya bisa tertunduk dengan perasaan bersalah di hatinya.
Yoogi menarik sebelah tangan kanan Hyumi membuat tubuh Hyumi berbalik menjadi menghadapnya.
Kedua tangan Yoogi terangkat, menangkup wajah Hyumi dan menempelkan bibirnya di sana dengan matanya yang terpejam.
Hyumi cukup terkejut atas perlakuan Yoogi yang tiba-tiba, namun kemudian mata Hyumi ikut terpejam merasakan bibir Yoogi yang menyapu seluruh bibirnya.
Ia dapat merasakan dengan jelasnya jantungnya yang berdegup kencang.
Yoogi makin memperdalam ciumannya, melumat habis kedua bibir Hyumi secara bergantian, bukan ciuman biasa Hyumi sadar ada amarah di dalamnya.
Cukup lama hingga akhirnya Yoogi melepaskan ciumannya, kening mereka masih bertahut dan membuat Yoogi mengecup singkat kening Hyumi lembut.
Kedua matanya terbuka begitu juga dengan Hyumi, saling melempar tatapan sendu yang kalau di perhatikan ada rasa kesakitan di dalam sana.
"Jangan tinggalkan aku, jebal.. "(kumohon)
"Aku tidak bisa kehilanganmu lagi"
"Pada saat dimana kau menghilang, pada saat itu pula aku akan mati"
Hyumi merasakan rasa sesak di hatinya. Ia tak ingin Yoogi terluka hanya karena dirinya. pria itu harus bahagia. "Jangan mati, kau harus hidup bahagia"
"Bagaimana bisa aku hidup bahagia kalau sumber kebahagiaanku saja pergi meninggalkanku"
Hyumi mengalihkan pandangannya dari Yoogi, wajahnya tertunduk entah apa yang harus ia katakan Hyumi sendiri tidak tahu.
Yoogi kembali menangkup wajah Hyumi dengan kedua tangannya, membuat Hyumi memandang wajahnya.
"Aku berpikir Cinta itu berarti ingin selalu bersama dengan seseorang yang amat berharga di dalam hidupku. Dan orang itu adalah kau"
"Aku tidak bisa kehilanganmu lagi, maafkan aku karena aku pernah menyakitimu hingga membuatmu begitu membenciku"
"Aku tidak membencimu"potong Hyumi.
"Tidak apa kalau kau membenciku, aku memang pantas mendapatkannya"
"Maaf aku begitu egois, aku ingin memperbaikinya"
"Kasih aku 1 kesempatan lagi"
"Aku berjanji akan menjadi pria yang lebih baik untukmu"
--
Hyumi tengah terbaring menyamping ke arah Yoogi, pria itu terbaring di sampingnya dengan menjadikan lengan kirinya sebagai bantal untuk kepala Hyumi.
Keduanya berada di kamar Yoogi, Hyumi memainkan kancing kemeja yang pria itu kenakan, matanya belum terpejam sejak tadi.
Sementara Yoogi, sebelah tangan pria itu kerap kali mengelus lembut dengan geraan memutar pada perut buncit Hyumi seraya memejamkan matanya.
Hyumi merasakan suatu benda di balik kemeja Yoogi, Hyumi mencoba menariknya dan menemukan sebuah kalung di sana.
Kedua jarinya menyentuh kalung tersebut yang terdapat dua pasang cincin perak yang tak asing baginya.Kedua mata Hyumi menyipit ketika ia mencoba menganalisa tentang cincin tersebut. Hingga tiba-tiba kedua bola matanya membesar karena terkejut ketika teringat akan cincin tersebut.
"Ini"gumamnya terkejut.
"Cincin pernikahan kita"gumam Yoogi yang mulai membuka matanya dan beralih menatap Hyumi.
"Kau menemukannya?"tanya Hyumi terkejut, dan ia merasa begitu tersentuh untuk itu.
"Aku menemukannya di kolong meja"
"Dan kau menyimpannya?"tanya Hyumi lagi.
"Hanya itu yang ku miliki darimu setelah kau pergi, aku selalu berharap jika kau akan kembali memakainya"
Yoogi menarik kalungnya dengan sebelah tangannya, cukup susah mengeluarkan cincin itu dari kalungnya hingga akhirnya dia dapat mengeluarkannya.
"Bolehkah?"
"Aku ingin kau kembali memakainya lagi"
Hyumi memandang wajah Yoogi lalu beralih pada cincin tersebut.
Hyumi mengangkat sebelah tangan kirinya membuat Yoogi tersenyum.
Yoogi memasangkan cincin tersebut pada jari manis Hyumi.
"Gomawo"ucap Yoogi yang di balas anggukan kepala oleh Hyumi.
Hyumi mengenggelamkan wajahnya di d**a bidang Yoogi, matanya terpejam tapi tidak dengan pikirannya, di dalam isi kepalanya terdapat berbagai pemikiran yang terus berputar dan mengajaknya terus berpikir tentang permasalahannya dengan Yoogi dan Jongguk.
"Eottokhae eomma"batin Hyumi.
***
Yoogi menggeliat, merasa terganggu dengan sinar Mentari yang seakan memaksanya untuk bangun dari tidur nyenyaknya.
Mata Yoogi terbuka secara perlahan, hal yang pertama kali dia sadari adalah ia.. Sendirian.
"Hyumi"gumamnya mendadak panik.
Yoogi beringsut turun dari kasurnya berlari keluar kamar dengan cepat.
Yoogi membuka pintu kamar Hyumi, kamar itu kosong lalu ia beranjak turun ke lantai bawah, dan lagi-lagi hanya kehampaan yang di dapatinya, seperti dugaannya selama ini cepat atau lambat Hyumi akan kembali meninggalkannya sendirian.
--
Di tempat lain....
"Yeoboseyo, appa"ucap Hyumi pada sambungan telponnya.
Kini ia sedang berada di dalam sebuah taksi.
"Hyumi sudah lama kau tidak menelpon, bagaimana kabarmu nak?"
"Baik appa, bisa aku minta bantuan appa sekali lagi"
"Apa itu?katakan lah.. "
Hyumi terlihat ragu, ia menelan slivanya kuat, kerongkongannya terasa begitu kering bahkan untuk sekedar menelan saliva rasanya terasa begitu sulit.
"Appa aku ingin pergi ke manapun asal tidak di Korea, bisa appa membantuku?"
"Kenapa? Kau mau pergi dari Yoogi? Bagaimana dengan Jongguk? "
Hyumi terdiam, pertanyaan appa membuat kerongkongannya seakan tercekat.
"Aku rasa........ "
"Aku tidak bisa, memilih satu dia antara mereka hanya akan menimbulkan luka, aku tidak mau"
"Lebih baik aku menghilang dan tidak memilih di antara mereka berdua"
"Aku rasa aku tidak bisa memilih satu di antara mereka berdua..hiks..hiks.."
"Aku tidak bisa appa, maafkan aku hiks...hiks...hiks..."
"Aku mengerti, dimana kau sekarang?"
"Aku akan pergi menuju Bandara Incheon"ucap Hyumi seraya menyeka air matanya.
"Kalau begitu tunggulah di sana, aku akan menghubungi Namhyun agar dia mengurus semua keperluanmu termasuk tiket dan lain-lainnya"
"Kamsahamnida appa, maafkan aku... Hiks.. "
"Uljima.. Jaga kesehatanmu, nanti appa akan menghubungimu lagi"
"Kamsahamnida"
"Ne... Josimhaseyo"(hati-hati di jalan)
PIP.
Air mata Hyumi kembali keluar dari sudut matanya, di sekanya air mata itu dengan punggung tangannya.
Menurutnya ini adalah tindakan seorang pengecut, Hyumi memang pengecut dia tidak bisa memilih dan menghadapi apa yang akan terjadi setelahnya.
Mengadapi seseorang yang kita sakiti memang tidak mudah, dan kini kabur dari situasi tersebut adalah hal yang kembali di pilihnya.
***
Hyumi sampai di Bandara Incheon, ia turun dari sana dengan koper yang di bantu turunkan oleh sang supir.
"Kamsahamnida"ucapnya seraya membungkuk pada supir taksi tersebut.
Taksi tersebut pergi meninggalkan Hyumi sendirian.
Hyumi melihat ke sekeliling, banyak krumunan orang di sana ia berjalan memasuki Bandara dan kini yang harus dia lakukan adalah menunggu Namhyun untuk membantunya dalam mengurusi segala hal.
Passport maupun visa, Hyumi sudah memiliki hal itu dan ia akan selalu membawanya kemanapun termasuk saat pergi ke Seoul kemarin, semua benda itu berada di tasnya dan tidak pernah di pindah tempatkan.
Hyumi mendudukan dirinya di kursi tunggu di dalam Bandara.
Matanya melirik cincin yang melingkar di jari manis tangan sebelah kirinya.
Cincin pernikahannya bersama Yoogi.
Hyumi terhenyak saat mendapati sepasang kaki bersepatu pantofel hitam di hadapannya.
Wajah Hyumi perlahan mendongkak untuk mengetahui sang pemilik kedua kaki tersebut dan seketika tubuhnya menegang.
"Kau mau melarikan diri lagi?! Kau keterlaluan"
Mata Hyumi memanas, jantungnya terpompa dengan cepat.
"Jongguk"gumamnya terkejut.
Jongguk melirik ke arah jari Hyumi, ia kenal cincin itu -cincin yang selalu Hyumi pakai saat dulu, kini dirinya cukup terkejut karena wanita itu kembali memakainya.
Tapi Jongguk tidak peduli, ia tidak mau membahas hal itu saat ini.
Jongguk menatap Hyumi tajam lalu melirik koper wanita itu di sampingnya, ia meraih gagangnya lalu menggenggam tangan Hyumi erat -menariknya pergi dari sana.
"Lepaskan tanganku, Jongguk hentikan"Hyumi mencoba melepaskan tangannya yang di tarik Jongguk, pria itu tak menggubrisnya dan terus menarik Hyumi menuju keluar Bandara.
"Jeon Jongguk geumanhae"Hyumi menghentakkan tangannya keras membuat genggaman tangan Jongguk terlepas, ia membalikan tubuhnya menghadap Hyumi -matanya menatap wanita itu sengan sorot mata yang tajam.
Hyumi tertunduk, nafasnya memburu dengan air mata yang membasahi pipinya dan isakan yang mulai lolos dari bibirnya.
"Aku tidak bisa Jongguk, aku tidak bisa... Hiks... Hiks... "
"Maafkan aku... Hiks... Hiks... Maaf"
"Aku tidak bisa menikah denganmu karena kenyataannya hatiku belum bisa melupakan Yoogi, hiks.... Aku tidak bisa memilih Yoogi karena aku takut akan melukai mu hiks.... Hiks... "
"Jongguk kumohon maafkan aku, hiks... Kumohon maafkan aku karena tidak bisa memilih di antara kalian berdua... Hiks... Aku tidak bisa"
"Maafkan aku Jongguk, aku terlalu merepotkanmu selama ini, maafkan aku... Hiks... "Hyumi mendongkak menatap Jongguk nanar, hatinya begitu tersayat melihat Jongguk di hadapannya yang menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.
Hyumi sadar dia menyakiti hati Jongguk, sangat menyakitinya setelah apa yang pria itu lakukan padanya, dia sadar betapa egoisnya dia tapi kalau terus melanjutkannya...
Pada akhirnya Hyumi akan tetap melukai hati Jongguk karena pada kenyataannya hatinya masihlah seperti dulu.
Min Yoogi masih berada di sana, memenuhi relung hatinya tanpa menyiasakan sedikit saja ruang untuk orang lain mengambil tempat di sana.
"Maaf karena aku masih mencintai Yoogi, aku tidak mau menyakitimu karena aku masih mencintainya"
"Aku takut menyakitimu maafkan aku.... Hiks... Maafkan aku"
"Jongguk maafkan aku.. Hiks... Hiks... Hiks... "
Jongguk melepaskan koper Hyumi, dengan perlahan kakinya melangkah mendekati Hyumi.
Hyumi menghentikan tangisnya saat melihat Jongguk berdiri tepat di hadapannya.
Wajahnya mendongkak menatap Jongguk nanar.
"Maafkan aku Jongguk"gumamnya.
GREB*
Jongguk memeluk Hyumi, membuat Hyumi tersentak karenanya dan hal itu sukses membuat hatinya semakin tersayat.
Hyumi makin terisak dan terisak dengan kencang saat Jongguk mengeratkan pelukannya.
Cukup lama hingga akhirnya Jongguk melepaskan pelukannya.
Jongguk menyeka air mata di pipi Hyumi dengan kedua ibu jarinya.
"Uljima... Jangan membuatku merasa bersalah karena memaksamu untuk menerimaku"
"Jongguk maafkan aku"ucap Hyumi untuk kesekian kalinya.
"Gwenchana... Tapi kau tetap tidak boleh pergi"
"Pikirkan dirimu, kau mau pergi keluar Korea dengan usia kehamilanmu yang semakin membesar"
"Tapi Jongguk"
"HYUMI"teriak Namhyun yang kini berlari menghampiri Hyumi.
"Eoh tuan Jeon kau di sini juga?"tanya Namhyun saat mendapati Jongguk bersama Hyumi.
"Maaf tapi bisakah kau di sini saja?"ucap Namhyun yang membuat Hyumi menyerngit bingung.
"Ada apa? Kau terlihat panik, apa terjadi sesuatu?"Namhyun menggaruk tengkuknya, wajahnya memang kelihatan begitu panik dan gelisah.
"Aku rasa kau harus menemui Yoogi, kita harus ke Rumah Sakit sekarang karena Yoogi baru saja mengalami kecelakaan"
"Mwo!"(apa)