"Didi, kenapa sekarang kamu jadi ganteng dan seksi seperti ini? Dimana kamu operasi plastik, aku ingin mengikuti jejakmu," kata Reina.
"Kenapa kamu harus operasi plastik Rei, aku menerima kamu apa adanya kok," goda Rendy.
"Didi, ini bukan soal kamu, tidak tahukah kamu, kalau mantan suamiku itu berselingkuh dariku karena aku gendut dan jelek bahkan dia menyuruh Dokter untuk menggugurkan bayiku hanya karena tidak ingin aku mengandung keturunan darinya," cerita Reina diiringi isak tangis.
"Bisakah kamu bayangkan bagaimana hancurnya aku saat itu, aku tidak peduli meski dia selingkuh atau menceraikan aku, tapi tidak dengan membunuh anakku. Hatiku sakit Didi, seandainya bayiku masih ada, aku masih memiliki seseorang yang akan menemaniku nanti," tangisnya.
Keanu memeluk tubuh Reina erat, dia mengusap punggung wanita itu yang terus bergetar.
"Sabar, jangan menangisi lelaki yang tidak pantas untukmu. Apa kamu ingin operasi plastik untuk balas dendam?" tanya Rendy.
Reina mengangguk. Rendy lalu menghapus air mata Reina.
"Aku akan membantumu balas dendam, tapi, kamu harus menjadi istriku supaya aku bisa mempunyai kekuatan untuk melindungimu," usul Rendy.
Reina tampak berpikir. Kebiasaan Reina sejak SMA, kalau gadis itu sedang berpikir, dia akan memutar mutar bola matanya.
"Apa kamu mau Didi menikah denganku yang jelek dan gendut ini?" tanya Reina dengan mata berkaca kaca.
"Kan aku sudah bilang dari tadi, kalau aku menerima kamu apa adanya," ujar Rendy.
"Itu juga yang diucapkan oleh suamiku dulu saat belum menikah denganku, tapi nyatanya apa, dia bahkan berselingkuh saat usia pernikahan kami belum genap 6 bulan. Aku bahkan tak tahu berapa usia kandunganku saat bayi itu digugurkan," ujar Reina tertunduk.
Rendy kembali memeluk tubuh Reina, "tidak semua laki laki sama seperti dia Reina. Seandainya kamu tidak berniat balas dendam, kamu bisa tahu kalau aku tulus menyayangimu," bisik Rendy.
Reina mendongakkan wajahnya, dia memang tak melihat kebohongan di mata Rendy, yang ada hanya ketulusan, tapi untuk membuka hati kembali, dia masih belum bisa.
"Baiklah aku mau, tapi kamu harus janji untuk membantuku balas dendam untuk mereka," ujar Reina.
"Pasti, aku pasti akan bantu kamu," janji Rendy.
Sesampainya mereka di Korea, Rendy langsung menghubungi asistennya untuk mengatur pernikahan dia dan Reina.
Reina lalu dibawa ke salon sementara gaun pengantinnya, akan dia datangkan dari butik langganannya.
Dua jam kemudian, Reina sudah cantik bak cinderella. Reina sendiri bahkan tidak percaya kalau itu dia.
"Didi, kenapa aku jadi cantik begini?" tanyanya pada Rendy yang juga termangu karena kecantikan Reina.
"Karena kamu memang cantik Rei, orang yang bilang dirimu jelek hanyalah orang buta," gumam Rendy yang membuat Reina tersipu malu.
Mereka melakukan akad nikah di salah satu masjid Korea didampingi oleh seorang ustad. Begitu kata "Sah" terdengar, tangis Reina pecah saat itu juga, dia tidak menyangka akan menikah dalam waktu yang begitu singkat.
Rendy mencium pucuk kepala Reina setelah wanita itu mencium tangannya. Mereka pun berfoto sembari memamerkan cincin di tangan mereka.
Hari ini, adalah hari pertama Reina menjadi istri Rendy, sahabatnya waktu SMA yang juga cinta pertamanya. Mereka dulu berpisah karena Rendy yang harus menempuh pendidikan di Luar Negeri.
Tak disangka, takdir kini mempertemukan mereka kembali, dengan status baru, yakni sebagai suami istri.
Mereka tidak melakukan malam pertama karena Rendy ingin Reina memberikan hati dan juga tubuhnya dengan cinta, bukan semata karena kewajiban suami istri saja.
"Rere, ayo kita lari pagi, katanya kamu mau cantik," ujar Rendy membangunkan istrinya.
Reina pun bangun, dia mengikuti langkah suaminya yang mengajaknya ke tempat olah raga yang ada di apartemen itu.
Reina didampingi oleh instruktur untuk membantu menurunkan berat badannya secara alami.
"Sudah Di, besok lagi, aku sudah tidak tahan, hah hah hah," ujarnya dengan nafas terengah engah.
"Oke, latihan hari ini cukup," kata instruktur itu.
Rendy lalu membawa sang istri kembali ke apartemennya. Disana sudah tersedia segelas s**u dan juga sandwich sebagai sarapan mereka.
"Didi, apakah tidak ada nasi, aku lapaar Di," rengek Reina oada sang suami.
"Pagi hari tidak boleh ada carbo yang masuk sayang, siang baru boleh makan," ujar Rendy.
"Bagaimana kalau aku mati kelaparan?" tanya Reina.
"Tidak akan ada orang yang mati karena tidak sarapan Rere," jawab Rendy.
"Aku bukan kambing Didi, kenapa mesti makan sayuran hijau begini," omel Reina.
Rendy hanya tersenyum mendengar ocehan sang istri. Sementara Reina terpaksa makan apa yang ada di meja itu karena perutnya sudah lapar.
Setelah memastikan Reina memakan sarapannya dengan benar, Rendy pergi ke kantor.
"Aku berangkat kerja dulu ya sayang, nanti siang akan ada kurir makanan yang datang, jadi kamu tidak perlu repot lagi," ujar Rendy.
"Apakah makanan kambing lagi?" sungut Reina.
"Tidak, siang nanti, kamu boleh makan nasi," ujar Rendy.
"Benarkah, terima kasih Didi," ujar Reina seraya memeluk sang suami.
Rendy mencium kening istrinya sebelum dia berangkat. Begitu Rendy berangkat, Reina langsung membuka lemari es milik Rendy, dia berharap ada makanan yang bisa dia makan.
Namun sayang, kulkas itu hanya berisi air putih saja, tidak ada buah, s**u, atau apapun yang bisa mengganjal perutnya.
"Kamu jahat Di, kenapa kamu memaksa aku untuk diet ketat seperti ini," geramnya.
Sementara itu di belahan bumi lainnya, Adi tengah melangsungkan pernikahannya dengan Anya. Pernikahan mereka digelar secara besar besaran, karena keluarga Adi dan juga keluarga Anya termasuk orang yang berada.
Adi menatap Anya penuh cinta, wanita yang dia cintai sejak dia pertama kali masuk kerja. Lain halnya dengan Anya, dia terpaksa menikah dengan Adi karena ketahuan keguguran oleh keluarganya kemarin.
Ayahnya tidak ingin nama keluarganya tercemar karena Anya hamil di luar nikah mengingat pergaulan putrinya sudah di luar batas.
Tidak ada yang tahu jika anak yang Anya kandung kemarin bukanlah anak Adi. Hanya Anyalah yang tahu siapa bayi yang terpaksa digugurkan waktu itu.
Semua tamu bergantian menyalami Anya dan Adi untuk mengucapkan selamat. Termasuk lelaki tampan yang kini sedang berdiri menunggu antrian.
Kini, giliran lelaki tampan itu yang naik ke pelaminan untuk mengucapkan selamat. Lelaki itu bahkan memeluk erat tubuh Adi. Tapi tidak dengan Anya.
Tubuh Anya membeku melihat lelaki yang saat ini sedang berpelukan dengan suaminya. Keringatnya bercucuran, dia takut lelaki itu akan mengatakan hal yang menjadi rahasia besar diantara keduanya.
Saat tiba giliran Anya, lelaki itu pun mengedipkan sebelah matanya. Dia menjabat tangan Anya kemudian berbisik di telinga Anya. "Temui aku malam ini di kamar no 205, bukankah kalian tidur di hotel ini?"
Anya terus menggelengkan kepalanya. Melihat penolakan dari wanita di hadapannya, lelaki itu kembali menegaskan, "datang, atau suamimu akan tahu soal bayi yang telah kau gugurkan kemarin."