Perceraian

1050 Kata
Deg Air mata Reina jatuh tak dapat dia bendung lagi, hatinya sakit melihat sang suami tengah bercinta dengan wanita lain. Tubuh Reina mematung, dia sendiri bingung hendak melakukan apa. Reina memegangi dadanya yang tiba tiba terasa sesak, hingga dia kesulitan untuk bernafas. Hingga akhirnya dia jatuh tak sadarkan diri. ************ Satu jam sebelumnya. Siang itu, Reina mendatangi kantor Adi suaminya, dia ingin memberi tahu, kalau hari ini, dia diterima sebagai pengajar di salah satu sekolah kebutuhan khusus. Ya, Reina adalah seorang guru freelance, meski dia sangat pintar, tapi banyak sekolah yang tidak mau menerimanya karena bentuk tubuhnya. Reina memiliki tubuh yang tambun dan wajah yang jelek menurut Adi. Karena suaminya itu kerap kali membandingkan istrinya dengan sang selingkuhan yang cantik dan seksi. Saat sampai di depan ruangan Adi, tubuh Reina menegang saat mendengar suara desahan dari dalam. Berbagai pikiran buruk sudah berseliweran di kepalanya. Namun Reina segera mengusirnya. Reina menguatkan hatinya untuk membuka pintu itu. Hingga akhirnya, tubuh Reina pun ambruk. Adi melihat ke arah pintu, setelah tahu yang datang istrinya, Adi langsung menghentikan kegiatannya. Dia pun membawa sang istri ke rumah sakit. Dia tidak ingin dicap jelek oleh karyawannya. Sampai di UGD, Dokter memberitahukan kalau saat ini istrinya tengah hamil. "Dok, apa tidak berbahaya jika istri saya hamil dengan kondisi seperti sekarang ini?" tanya Adi. Dokter itu pun menjelaskan, "ibu hamil mengalami perubahan pada jantung dan pembuluh darah, hal itu merupakan hal yang normal dan terjadi pada setiap ibu hamil. Namun, akibat perubahan tersebut, beberapa wanita dengan riwayat penyakit jantung atau kelainan jantung bawaan lebih berisiko pada komplikasi kehamilan seperti preeklamsia dan kelahiran prematur." (sumber : google) "Kalau begitu, lebih baik, gugurkan saja Dok, saya tidak ingin terjadi apa apa pada istri saya," alasannya. Dokter itu pun mengangguk. "Kalau begitu, Bapak tanda tangan disini," ujarnya. Adi segera menandatangani berkas persetujuan operasi. Dia tidak ingin perceraiannya nanti dengan sang istri mengalami kesulitan karena sang istri sedang hamil. Dan Adi akan menutup rapat berita kehamilan istrinya. Setelah menandatangani semua berkas, operasi akhirnya dilakukan. Adi menunggu operasi istrinya sampai selesai. Dia terlihat seperti seorang suami yang sangat menyayangi istrinya padahal dia mempunyai rencana yang kejam pada istrinya itu. Setelah operasi selesai, Reina langsung dibawa ke ruang perawatan. Dia masih harus menginap di rumah sakit selama beberapa hari untuk melihat perkembangan jantungnya pasca operasi. Hampir satu jam menunggu, Reina baru membuka matanya. Dia melengos ke samping saat melihat suaminya. "Tandatangani ini, dan jangan ada drama air mata, aku sudah bosan menunggumu disini," titah Adi. Reina membuka map itu, dia berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengeluarkan air matanya. Dia tidak ingin dikasihani apalagi oleh lelaki seperti Adi. "Dimana aku tanda tangan?" tanyanya. "Disini," tunjuknya dibagian bawah kertas itu. Setelah menandatangani surat itu, Reina langsung mengembalikan berkas itu kepada Adi. "Bagus, mulai saat ini, aku talak kamu, dan aku akan bawa kesini semua barang barangmu besok pagi," ujarnya lalu pergi meninggalkan ruang perawatan istrinya. Air mata Reina kembali pecah saat sang suami keluar dari kamarnya. Kepalanya dia miringkan ke kanan menghadap tembok supaya tidak ada orang yang mendengarnya. "Kenapa Kakak tega melakukan ini padaku, kalau Kakak tidak menyukaiku, kenapa tidak menceraikanku sejak dulu," batin Reina Entah berapa lama Reina menangis, yang jelas, Dokter mendapati wanita itu tengah tertidur saat dia datang memeriksa. "Kenapa dia menangis, apa dia sedih karena kehilangan bayinya," gumam Dokter itu. Setelah memeriksa Reina, Dokter itu pun meninggalkan ruangan itu. Reina langsung membuka matanya, dia bingung mendengar ucapan Dokter tadi. "Kenapa Dokter itu bilang aku kehilangan bayi, apa aku keguguran? Aku akan menanyakan kembali kebenarannya," batin Reina. Wanita itu pun gelisah menunggu perawat yang tak kunjung datang. Pucuk dicita ulam pun tiba, perawat akhirnya datang membawakan makan malam untuknya. "Bu, ini makanannya saya taruh sini ya," ujar perawat itu ramah. "Sus, boleh saya tanya sesuatu?" tanya Reina. "Silahkan Bu," jawab perawat itu. "Apa saya habis keguguran?" tanya Reina to the point. "Maaf Bu, saya tidak berhak untuk menjawabnya. Ibu bisa bertanya pada Dokter saat beliau berkunjung," jawab perawat itu. "Jam berapa biasanya Dokter visit?" tanya Reina. "Jam 3 sore Bu," jawab perawat itu kembali. Reina masih harus bersabar hingga esok hari guna mencari kebenaran tentang dirinya. Di Sebuah Rumah Mewah "Sayang, bagaimana? Apa kamu sudah menceraikannya?" tanya sang wanita. "Tentu saja, sekarang kita bisa bersama selamanya," jawab Adi. "Lalu, kapan kamu menikahi aku?" tanya Anya, selingkuhan Adi. "Sabar, aku harus meyakinkan Papa dulu kalau memang Reina yang menginginkan perceraian ini, supaya aku tidak dianggap sebagai suami yang durhaka pada istrinya," terang Adi. "Baiklah, tapi jangan lama lama," ujar Anya yang mulai memainkan jemarinya didada sang kekasih. Kegiatan mereka pun berakhir di ranjang kamar Adi. Kamar yang biasa Reina tempati bersama Adi. Mereka sudah seperti sepasang suami istri saja. Keesokan paginya, Anya bangun terlebih dahulu. Dia ingin berpura pura menjadi calon istri yang baik untuk Adi. "Bibiii," teriaknya. "Ya Mbak," jawab Bibi. "Panggil saya Nyonya, karena sebentar lagi, saya akan menjadi istri Tuan kamu, jadi jangan macam macam, sekarang, cepat buatkan sarapan untuk Tuan," titahnya. "Baik Nyonya," sahut Bibi. Bibi mulai memasak sarapan untuk majikannya, padahal, biasanya, dia tidak pernah memasak. Reinalah yang memasak semuanya. Adi sudah bangun, dia tersenyum melihat Anya sedang ada di dapur. Lelaki itu pun memeluk kekasihnya dari belakang. "Sayang, kamu terlihat seksi memakai apron itu," goda Adi. "Sayang, jangan ganggu aku, biar cepat selesai," elak Anya. Padahal, dia hanya berpura pura saja saat ini. Adi pun duduk dimeja makan. Anya menyiapkan makanan itu di piring. Adi mulai menyendokkan makanan itu tadi ke dalam mulutnya. Baru juga sesuap, Adi sudah ingin muntah. Bagaimana tidak, rasa masakan Anya asin sekali. Namun Adi tidak berani menghina masakan Anya, takut kalau wanita itu marah padanya. Adi pun berpura pura menerima telepon dari asistennya. "Ya, saya akan segera berangkat." "Sayang, aku ke kantor dulu, ada rapat mendadak," pamit Adi. "Hati hati sayang, nanti siang aku akan ke kantor membawakan kamu makanan," sahut Anya. "Jangan, nanti siang aku akan ke rumah sakit mengantarkan barang barang wanita itu," kata Adi. "Ohh begitu, baiklah, aku akan menunggu kamu saja disini," ujar Anya. "Bye sayang," teriaknya. Sampai di parkiran, Adi langsung memuntahkan sisa makanan yang ada di mulutnya. "Makanan apa ini, Reina saja yang jelek pandai memasak, kenapa dia yang cantik, tidak bisa," gerutu Adi. Anya menahan amarah di balik pintu, dia tidak terima dibandingkan dengan gadis buluk itu. "Awas kamu gadis jelek, akan aku balas nanti."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN