BAB 17 B

1170 Kata
SUAMI ONLINE 17 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Danesh ingin tertawa tapi takut kena cubitan. Ia tidak tega melihat wajah sang istri yang tertunduk menatap meja. Mungkinkah jika kehilangan orang yang ngasih cincin juga akan menyesal seperti itu? Ah, pikiran yang tidak ingin terjadi sampai kapan pun. "Udah ... mending kita pulang. Gimana kalau kita muter Alun-Alun sampai Tugu Lawet buat ngilangin sedihmu? Kalau malem katanya air mancurnya ada lampunya. Mau enggak?" tawar Danesh mencoba menghibur wanita yang ia cintai. Kenes menatap lekat suaminya sembari berpikir tawarannya. Sebenarnya lumayan kepincut, tetapi nanti hanya bisa melihat air mancur itu dari jarak jauh. Akan tetapi, ia juga penasaran. Selama ini ia hanya melihat pada siang hari. "Boleh, deh, Mas ...." Kenes berdiri lalu melangkah ke luar dan memastikan warung dalam keadaan terkunci. Sang pria membawa Kenes dengan laju motor tidak terlalu cepat. Danesh sengaja ingin menikmati malam berdua lebih lama bersama pasangan. Motor menyusuri Alun-Alun ke arah timur sampai pertigaan pasar burung, lalu belok kanan menuju di mana Tugu Lawet berada. Danesh menepikan sejenak motornya di depan toko yang terletak di sisi kiri jalan. Pemandangan lampu beberapa warna menghiasi air mancur di sekitar Tugu Lawet. Patung dengan hiasan orang-orang sedang menaiki tepian tebing untuk mengambil sarang burung lawet menjadi maskot kota tercinta, Kebumen Beriman. Kenes tersihir menatap kecantikan pemandangan Tugu Lawet di malam hari. Ia mengabadikan suasana malam ini dalam kamera ponselnya. Sedangkan Danesh, mengabadikan wanita tercantik di depannya yang sedang tersenyum menatap Tugu Lawet dalam memori otaknya dan juga ponselnya. "Cantik ya?" tanya Danesh setelah beberapa menit menikmati keindahannya. "Iya. Aku baru tahu malah kalau malam bisa lebih indah." "Sama aku juga. Aku baru tahu kalau kamu cantik banget malam ini," goda sang pria yang membuat Kenes tersipu malu. "Gombal!" "Beneran! Kalau udah selesai liatnya, kita pulang ya? Enggak enak sama pengendara lain. Soal cincin kamu enggak usah sedih lagi. Aku janji kapan-kapan akan beli lagi," ucapnya sembari mengelus lembut rambut sang istri. Kenes mengangguk. Lalu kembali naik boncengan dengan berpegangan erat dan mesra saat motor melaju membawa ke tempat ternyaman, yakni rumah. Malam ini cukup memberikan banyak rasa dalam hatinya. Ya, lelah, cemas, khawatir, sedih, dan sekarang bahagia. Sepuluh menit berlalu, mereka sudah sampai di rumah. Kenes bergegas memasak air panas untuk mandi. Untuk salat sendiri, ia sering melalukan di warung. Jadi, kalau malam tinggal istirahat. Setelah membersihkan diri, Kenes rebahan di tempat tidur sembari menunggu sang pria menghampirinya untuk memeluk mimpi berdua. Wangi mawar dari sabun favoritnya kini tercium tajam di hidungnya saat Danesh sudah berada di sampingnya. Tangannya mengepal seakan menyembunyikan sesuatu. "Udah mau bobo?" tanya Danesh basa-basi. Kenes menggeleng. Matanya belum terasa berat. Padahal raganya lelah tapi mata belum mau berkompromi. "Aku punya sesuatu. Kamu tutup mata dulu, ya?" titah Danesh yang langsung disambut tanda tanya oleh sang istri. Kenes menurut memejamkan kedua matanya. Sementara Danesh mengulurkan tangannya yang sudah terbuka memperlihatkan cincin kawin tepat di hadapan sang istri. "Hitungan ketiga boleh buka mata ya? Satu ... dua ... tiga!" Danesh menyudahi aba-abanya. Seketika Kenes menutup bibirnya dengan telapak tangan. Ia tidak percaya kalau cincinnya bisa ketemu. Wajahnya sungguh berbinar, mungkin hatinya melega karena cincinnya kembali. "Taraaa ...." "Kok, bisa?" "Bisa dong ... pakai sendiri apa pakaikan lagi?" "Em ... pakaikan." "Sini tanganmu ... kamu harus ingat, kalau cincin ini itu spesial. Enggak boleh diilangin lagi ya? Di dalam sini tuh ada ukiran namaku." "Masa?" "Beneran. Liat aja tuh?" Kenes mendekat dan melihat lingkaran cincinnya. Memang benar, ada tulisan 'Danesh Emran' menghiasi lapisan dalam cincin. Pantas saja dia bilang spesial .... Jemari sudah menggantung cantik ketika cincin itu perlahan melingkari jari manisnya. Sangat cantik. Jarak dan tatapan serta sentuhan yang begitu intens membuat Danesh benar-benar kehilangan akalnya. Matanya kian tertuju pada bibir yang merahnya menggoda. Sorot mata yang mengisyaratkan persetujuan membuat sang pria berani mendekat dengan jarak beberapa inci. Detak dan debar jantung mulai menggila saat bibirnya merasakan kehangatan dan kelembutan yang luar biasa. Kenes berusaha melemaskan semua ketegangan ketika sikap sang pria semakin lembut. Mereka menenggelamkan diri ke dalam selimut, menikmati indahnya surga dunia yang katanya hanya untuk para pengantin baru. Harapan bisa memberikan hadiah terindah untuk keluarga besarnya semakin meninggi. Pengalaman pertama ini akan selalu terkenang sampai kapan pun. Baik sakitnya atau pun bahagianya, semua menjadi satu kesatuan rasa yang tidak akan pernah sanggup untuk digambarkan dengan apa pun. Danesh tersenyum sembari mengusap pipi sang istri setelah hampir setengah jam lebih meneguk manisnya candu madu asmara. Sepasang mata kehitaman itu menatap wanita yang telah memberikan semua miliknya dengan binar penuh cinta. "Makasih, Sayang ... kamu udah ngizinin aku melakukan kewajiban sebagai suami yang baik," ucap sang pria sembari memberi kecupan singkat pada bibir yang masih basah dan kemerahan. "Sama-sama, Mas ... aku juga makasih karena kamu mau menunggu." Kenes tersenyum lalu memeluk sang pria sambil bersandar dalam d**a bidangnya. Malam ini akan menjadi malam terindah bagi mereka. Mereka bisa tidur sambil tersenyum hingga mimpi indah membelai keduanya sampai pagi menyapa. ~~ Pagi hari sebelum matahari menampakkan sinarnya, Kenes sudah selesai mandi dan menunaikan dua rekaatnya. Matanya terjaga lebih dulu dari sang suami. Ia ingin sekali-kali, ketika suaminya bangun tidur sudah mencium aroma masakan yang menggugah selera. Kali ini, ia tidak melupakan bagian penting dalam menanak nasi, yakni menekan tombol cook. Cukup sekali merasa malu di depan kekasih halalnya. Meskipun menu sederhana, tempe mendoan dan sayur kangkung saos tiram, Kenes memasak semuanya dengan cinta. Biar lebih enak di lidah suami lalu mendapatkan hadiah. Eaaa .... Danesh yang terbangun selisih lima belas menit dari sang istri, langsung bergegas membersihkan diri dan menunaikan dua rekaatnya. Tidak mengapa kali ini salatnya sendiri-sendiri. Setelah selesai, ia keluar kamar mencari keberadaan istrinya. Hidungnya mencium aroma yang cukup lezat saat menyusuri ruang demi ruang hingga sampai ke dapur. Matanya melihat wanita yang rambutnya diikat ke atas dengan asal sedang berdiri di depan kompor layaknya chef terkenal. Langkahnya perlahan menghampiri sang wanita, kemudian memeluknya dari belakang. Kenes tampak berjingkik kaget. Namun, ia paham kalau itu adalah sang pria dari aroma parfumnya. "Kaget, tau, Mas! Cicipin sayurnya ya? Pas apa kurang bumbunya?" titah Kenes mumpung sang pria tengah merajuk mesra di pundaknya. Kenes mengambil sedikit kuah sayur dengan sendok lalu menyodorkan ke mulut sang pria. Masih dengan posisi yang sama, Danesh menerima uluran sendok dan mengecap bibirnya mencoba menilai masakan wanitanya. Ekspresi wajah sang pria yang terlihat aneh membuat Kenes berpikir kalau masakannya tidak enak. Ia tidak mau malu kedua kali kalau sampai berantakan lagi. "Gimana, Mas?" tanya sang wanita dengan harap-harap cemas. Masa setiap pagi harus sarapan di luar terus ... kan, pengin juga sarapan di rumah. "Em ... kok, asin, ya? Jangan-jangan ...." Danesh menjeda jawabannya sambil mengecap bibirnya. "Jangan-jangan apa?" tanya Kenes penasaran. "Jangan-jangan kamu masih mau kayak yang semalam," godanya sembari mengedipkan matanya. Ckck! Kenes berdecak, lalu memalingkan wajahnya menatap sayur kangkung yang sudah matang. "Apa hubungannya sayur asin sama gituan, Mas? Kalau ngomong jangan ngaco, deh!" Kenes berusaha menutupi wajahnya yang kemerahan karena godaan receh. Mana ada masakan asin pertanda ingin gituan. -----***----- Bersambung Jangan lupa tinggalkan jejak love. ❤️❤️❤️❤️❤️
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN