BAB 15 A

1561 Kata
SUAMI ONLINE 15 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Kehilangan sesuatu yang berarti dalam hidup akan menyisakan perasaan bersalah dan penyesalan. Baik itu barang atau pun orang-orang terkasih. Kenes baru menyadari kalau Danesh kini telah menjadi orang yang berarti dalam hidupnya. Ia mulai takut kehilangan semua hal tentangnya, termasuk cincin pernikahannya. "Mas ... tadi pagi beneran masih dipakai," ujar Kenes lagi dengan air mata yang mulai membasahi kedua pipi. "Ya udah, cup ... cup ... cup ... jangan nangis. Malu sama Yuyun. Cincin ilang nanti bisa beli lagi, yang penting cintamu enggak ilang. Udahan nangisnya, malu." Danesh mencoba menghibur wanita yang masih menangis sesenggukan. Yuyun menjadi tidak tega melihatnya. Bisa-bisanya Mbak Bos kehilangan cincin yang melingkar manja di jari manis. "Mbak Bos jangan nangis. Entar Mas Bos, pasti ganti cincinnya yang lebih bagus. Iya, kan, Mas Bos?" tanya Yuyun sengaja meredakan tangisan sang juragan. Kenes menatap sang pria dengan wajah masih dipenuhi tanda tanya. Ia masih tidak enak hati menghilangkan cincin pernikahannya. "Ka-kamu beneran enggak marah?" tanya Kenes lagi sambil mengusap air matanya. "Enggak, Sayang ... mending kita masuk," ajak Danesh selembut mungkin. Yuyun berjalan di belakang sepasang pengantin baru yang lagi panas-panasnya. Baru beberapa hari menikah tapi sudah kehilangan cincin kawin. Kan, sedih. Pemandangan berbagai sayuran hijau yang tumbuh berderet di paralon membuat Yuyun takjub. Ada sawi, selada, dan juga kangkung. Ternyata untuk menanam semua itu tidak harus memerlukan lahan yang luas. Buktinya, lahan yang tidak seberapa bisa disulap menjadi tempat sehijau ini oleh Mas Bos. "Mas Bos, pancen keren," puji Yuyun dalam hati. Danesh menuntun Kenes ke salah satu gazebo yang terbuat dari bambu di samping rumahnya. Sang ayah sengaja memesan itu untuk bersantai dan istirahat. Jarak antara rumah dan lokasi penanaman sayuran memang cukup dekat. Jadi, tidak khawatir jika meninggalkan Kenes sendirian. Kenes menatap keadaan di sekitar gazebo. Ada bunga mawar dan juga beberapa tanaman Aglaonema. Aglaonema adalah tanaman hias populer dari suku talas-talasan atau Araceae. Genus Aglaonema memiliki sekitar 30 spesies. Habitat asli tanaman ini adalah di bawah hutan hujan tropis, tumbuh baik pada areal dengan intensitas penyinaran rendah dan kelembaban tinggi. Kenes suka dengan warna daunnya yang bervariasi. Mulai dari hijau dan merah muda, putih dan hijau, juga masih banyak yang lain. Kedua warna itu saling berpadu membentuk satu keindahan. Ini mirip dengan hubungannya bersama Danesh yang selalu memiliki warna berbeda. Dulu yang tidak menerima, dan sekarang takut kehilangan. "Kamu di sini sebentar ya? Aku mau ke sana dulu. Ada beberapa pembeli yang datang. Sekalian nganter Yuyun biar milih yang sesuai. Nanti biar aku minta mamaku buat nemenin kamu," ucap Danesh yang akan beranjak pergi. Namun, ia tidak lupa memberikan kecupan lembut di pucuk kepala sang istri. Kenes mengangguk lalu berpesan, "Jangan centil sama pembeli cewek." "Iya. Ya udah, aku tinggal." Danesh melangkah pergi meninggalkan sang istri. "Ayo, Yun," ajak Danesh. "Mbak Bos, saya tinggal. Baik-baik di sini. Entar kalau Mas Bos gatel biar saya sentil bibirnya pakai cabai," pamit Yuyun yang membuat senyum Kenes merekah. Kenes menatap kepergian mereka yang semakin menjauh dari pandangan. Kemudian matanya menikmati kembali suasana yang cukup membuatnya merasa tenang. ~ Danesh terlihat sibuk melayani pembeli yang kebanyakan ibu muda dan gadis-gadis. Mereka sepertinya hanya ingin melihat sang pria dari jarak dekat. Yuyun geli sendiri melihat tingkah mereka. Ia memisahkan diri agar lebih leluasa memilih sawi dengan kualitas terbaik. Yuyun mencabut sawi perlahan dan menaruhnya dalam keranjang kecil. Sesekali kepalanya berpikir bagaimana bisa menanam semua ini dengan media yang terlihat mudah dan praktis. Kebetulan di sampingnya ada seorang bapak yang sedang menyemprotkan air ke sayuran. Mungkin sejenis nutrisi atau vitamin. "Permisi, Pak ... apa boleh bertanya tentang penanaman sayur ini? Siapa tahu saya bisa mencoba di rumah," tanya Yuyun ingin tahu. Ia mulai kepincut ingin menanam sendiri di rumah. Kan, lumayan jika kelaparan di malam hari bisa langsung metik sawi sebagai pelengkap mie instan. Bapak itu menoleh, sepertinya beliau yang punya tempat ini. Itu berarti ayah mertuanya Mbak Bos. "Bapak juga tidak begitu paham. Ini semua idenya Danesh. Kamu bisa tanya ke dia. Sepertinya dia juga sedang menjelaskannya di sana," jawab sang bapak sambil menunjuk ke tempat Mas Bos berada. Yuyun beralih pandang sesuai petunjuk dari si bapak, lalu berjalan mendekat ke arah Mas Bos yang sedang ditatap penuh binar kekaguman oleh beberapa gadis dan ibu-ibu muda. Telinganya ikut mendengarkan setiap penjelasan yang keluar dari bibir Mas Bos. "Untuk sistem menanam sayuran hidroponik sebenarnya ada dua sistem. Kebetulan yang saya pakai di sini mengunakan sistem NFT (Nutrient Film Technique). Dan sistem kedua dengan sistem Sumbu Wick. Ini lebih mudah jika ibu-ibu ingin mencoba di rumah. Ibu-ibu bisa melihat dengan seksama contoh sistem NFT di sini," jelas Danesh begitu telaten menghadapi beberapa wanita yang jelas mengagumi sosoknya. "Berarti kalau pakai sistem ini membutuhkan modal yang lumayan ya, Mas?" tanya gadis berbaju kuning dengan motif bunga-bunga. "Iya bisa dibilang lumayan. Karena memang harus membeli paralon dan juga pompa air untuk bisa mengalirkan air nutrisi dengan maksimal," jawab sang pria dengan senyum penuh kesabaran. "Terus kalau misal pengen nyoba sistem Sumbu Wick gimana, Mas?" Seorang ibu muda dengan dandanan yang menggoda ikut bertanya. "Nah, kalau pakai Sumbu Wick modalnya bisa barang yang ada di sekitar kita. Semisal botol air mineral, sumbu kompor atau kain flanel, dan juga solder atau paku untuk melubangi sebagai tempat keluarnya air nutrisi. Lebih jelasnya bisa cari di YouTube," jawab Danesh lagi. Yuyun yang sejak tadi mendengar juga geregetan ingin bertanya. "Em, Mas Bos! Saya mau tanya boleh?" Yuyun mengangkat tangannya sebagai kode ingin menanyakan sesuatu. "Boleh, Yun." "Untuk perawatannya susah enggak sih? Terus butuh berapa lama untuk memanen sayurannya?" Pertanyaan Yuyun membuat para wanita itu menjadi menatap tidak suka. Mereka mungkin terganggu dengan keberadaannya. Danesh mencoba menghirup napas sejenak. Lalu bersiap kembali menjawab pertanyaan Yuyun. "Sebenarnya perawatan tanaman seperti ini sangat mudah. Ibu-ibu hanya cukup memastikan bahwa larutan nutrisi tidak habis. Dan untuk mengendalikan hama juga penyakit, bisa disemprot dengan insektisida berbahan alami. Ketika tanaman usia 30-40 hari ibu-ibu bisa memanennya. Caranya juga gampang, bisa mencabut langsung dari rockwool secara perlahan. Bagaimana? Apa sudah jelas?" tanya Danes pada semua wanita yang tengah fokus menatapnya. "Oh, ya, Mas ... kalau untuk mencabut hatimu dibutuhkan berapa hari? Apa juga harus perlahan?" tanya gadis berbaju kuning lagi. Yuyun yang mendengar serasa ingin muntah. Terlalu gampangan jika wanita berani merayu pria yang sudah beristri. Danesh bingung harus menjawab apa. Ia tidak ingin Kenes mendengar dirinya dirayu wanita lain. "Maaf ... hati saya sudah tercabut beberapa hari yang lalu. Dan sudah tertanam di hati seseorang." Jawaban Danesh membuat para gadis itu mendesah kecewa. "Yaaahhh ... ternyata tanamannya sudah ada yang memberikan nutrisi. Aku keduluan," celetuk gadis berbaju kuning itu lagi dengan suara kecewa. "Syukurin! Jadi cewek, kok, gatel!" kesal Yuyun dalam hati melihat suami Mbak Bos digoda ulet bulu. Ibu-ibu muda banyak yang menyoraki gadis berbaju kuning itu. Hingga membuatnya menjadi tersipu malu karena jawaban sang pria bernada penolakan. "Maaf, Mas. Apa sebelum menaman benih sayuran itu ada ritual khusus biar hasilnya bagus?" tanya ibu muda yang telihat penasaran. Danesh kembali menatap serius untuk memberikan jawaban yang banyak ditunggu oleh mereka. "Tidak ada ritual khusus dalam menanam sayuran hidroponik. Tapi sebaiknya benih sawi dan lainnya direndam dulu selama 12-24 jam untuk memecah masa dormansi dan mempercepat proses perkecambahan. Jika nanti sudah tumbuh dan memiliki sekitar tiga daun, maka tanaman sudah bisa dipindahkan ke media dan diberi larutan nutrisi. Umur benih sawi baiknya ketika berusia sekitar 7+10 hari," jawab Danesh dengan detail sampai bisa dipahami oleh para wanita. Mereka tampak mengangguk, memahami semua penjelasan dari Danesh. Begitu juga Yuyun. Ia sekarang mengerti bagaimana caranya. "Jika semua sudah tidak ada yang bertanya, saya pamit. Silakan buat yang mau memetik sendiri sayurannya. Nanti bisa langsung membawanya ke meja kasir," ucap Danesh yang tidak sabar ingin menemui Kenes. Ia takut istrinya merasa jenuh sendiran. Karena ia lupa memberi tahu kedatangan Kenes pada sang mama. "Iya, Mas. Sama-sama," jawab mereka secara bersamaan, kemudian sibuk memilah sayuran mana yang akan dipetik. Sayuran di sini sudah siap masa panen. Yuyun juga melanjutkan memetik sawi pilihannya. Samar-samar obrolan para gadis itu terdengar di telinganya. "Sayang ya ... Mas Danesh-nya sudah punya nutrisi. Coba kalau belum, aku pasti akan berjuang mendapatkannya." "Enggak usah mimpi! Mana mau Mas Danesh sama wanita sepertimu. Masih cantikan juga aku ke mana-mana." "Tapi enggak apa ... aku rela jadi yang kedua." Para wanita itu seperti berebut sawi segar saat membicarakan Mas Bos. Mereka seperti tidak mau tahu kalau prianya sudah mempunyai pasangan. Yuyun ikut merasa tersakiti oleh sikap mereka. Untung saja Mbak Bos tidak mendengarnya. Kalau sampai tahu pasti hatinya akan lebih terluka setelah kehilangan cincin pernikahannya. Setelah mendapatkan sawi yang lumayan banyak, Yuyun berjalan melewati gerombolan wanita yang masih berhaha hihi membicarakan suami juragannya. Dengan d**a yang panas membara, Yuyun berkata, ”Kalian jangan tebar pesona sama pria tadi deh. Istrinya galak loh, kayak macan. Orangnya lagi ada di sekitar sini. Jadi jangan sampai ia mendengarnya, nanti kalian semua kena cakar.” Yuyun memberikan sedikit ancaman lalu bergegas pergi tanpa menoleh ke arah wanita yang sedang menatapnya dengan wajah heran dan tidak suka. Bahkan suara mirip cac*an terdengar jelas dalam rungunya. Namun, langkahnya terus maju sampai ke meja kasir. Rasanya sudah sedikit puas bisa membungkam obrolan tidak bermanfaat dari bibir mereka. -----***----- Bersambung Yuk, jangan lupa tinggalkan jejak love untuk Danesh dan Kenes. Biar perasaan mereka semakin dalam. Buat Mayasha dan Lian juga jangan lupa tinggalkan jejak love biar tambah legowo menghadapi takdirnya yang kian rumit. ☺️☺️☺️ Gumawo.???
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN