12. Hotel

982 Kata
Di tengah pekerjaannya Bening mendapat telepon dari Bunga jika bahan meeting dengan client ketinggalan di kantor. Bening diminta mengantarkannya ke tempat meeting di lakukan. Awalnya Bening menyanggupi namun setelah Bunga menyebutkan nama sebuah hotel, dia langsung menyesalinya. Seharusnya Bening menanyakan terlebih dahulu dimana tempat meetingnya diadakan. Atau membuat opsi mengantarkan barang itu mengunakan jasa kurir dengan alasan dia sedang sibuk. Star Hotel. Itu adalah tempat yang dimaksud Bunga. Bening sudah berada didepan tempat itu. Pandangannya tertuju pada gedung yang tinggi menjulang angkuh. Gedung hotel itu adalah milik keluarga mantan suaminya. Bening menghembuskan nafas panjang sebelum melangkah memasuki tempat itu. Ia berharap tidak bertemu dengan orang yang ia kenal ataupun yang mengenalnya di sana. Dengan mantap Bening melangkah memasuki gedung itu. Ia lega saat melihat Bunga berada di lobby hotel, menunggunya. "Terima kasih Bening udah mau nganterin. " Bunga terlihat lega. "Sama-sama, " Jawab Bening. "Ini gara-gara Deren. Masa bawa hard disk yang salah. Keterlaluan banget tuh anak. Untung aja kliennya ngundurin jadwal meetingnya. Kalau nggak, pak Bandi pasti bakalan ngamuk. Sekali lagi makasih, ya, Ning. " "Iya, sama-sama. Kalau gitu aku balik langsung. " "Oke. Sekali lagi terimakasih kasih. Hati-hati, ya. " "Iya." Bening berjalan keluar hotel. Senang tugasnya sudah selesai. Namun kesenangannya itu tidak bertahan lama saat ia melihat rombongan yang akan masuk kedalam hotel. Dan salah satu orang yang ada di sana adalah mantan suaminya. Kakinya melambat saat pandangannya bertemu dengan orang yang tidak ingin ia temui, Samudera. Seharusnya ia pergi saja tapi rasanya ada yang menahannya. Rasanya aneh, kenapa ia terus dipertemukan dengan Samudera. Seperti di sengaja. Ataukah mereka dipertemukan karena memang harus menyelesaikan masalah diantara mereka. Samudera menyuruh orang-orang yang tadi bersamanya untuk masuk kedalam hotel terlebih dahulu. Ia ingin menghampiri wanita yang selama ini menganggu pikirannya. "Ini bukan sebuah kebetulan, kan? " Ada bahagia saat bisa melihat Bening kembali. Seperti sebuah keajaiban, hari ini ia bisa melihatnya lagi. "Apa kamu kesini mencariku? " Itu pertanyaan yang salah. Samudera tahu benar, Bening tahu kemana harus mencarinya jika butuh. Bening mendengus. "Buat apa aku cari kamu. Kita nggak ada urusan." Bening berniat pergi namun langkahnya tertahan saat Samudera mencekal tangannya. "Lepas." Sentak Bening berharap tangannya akan terlepas dari genggaman lelaki itu tapi nyatanya genggaman Samudera terlalu kuat. "Aku mau bicara sama kamu. " "Tapi aku nggak mau. " Tolak Bening. "Sepertinya aku harus sedikit memaksa. " "Samudera... " Samudera tidak mengindahkan Bening yang berontak ingin terlepas dari genggamannya. Dia memegang tangan itu dengan kuat serta menarik wanita itu untuk pergi bersamanya. Menuju ruangannya yang ada di lantai paling atas di gedung ini. Dia tidak memperdulikan permohonan Bening, begitu juga dengan tatapan orang-orang yang mereka lewati. "Samudera lepas... Kamu nggak bisa kayak gini. " Samudera tidak menanggapi. "Kamu kurang ajar. Kamu pikir kamu siapa bisa bersikap seperti ini sama aku. " Samudera tidak perduli. "Sam, aku mohon. Lepasin aku. Aku harus kembali ke kantor. Aku harus kembali bekerja. " Samudera masih bungkam. Yang ia inginkan hanya berbicara dengan Bening. Jika tidak di paksa seperti ini wanita itu akan menghindarinya. Katakanlah dirinya kasar, dirinya jahat, tapi dia tidak perduli. Sepanjang perjalanan menuju ruangannya Bening terus memohon untuk di lepas. Nyatanya Samudera tidak Mengindahkannya. Setibanya di ruangannya Samudera baru melepaskan cekalannya. "Maaf." Pinta Samudera. Bening menyentuh tangannya yang sakit. Mata wanita itu sudah memerah. Samudera menyesal telah menyakiti Bening. Seharusnya dia tidak memaksa namun ia ingin menjelaskan semuanya pada Bening. "Kita harus bicara, Bee." Samudera memulai. "Kita sudah selesai. " "Kamu harus dengerin penjelasan aku. " "Aku nggak perduli." "Kasih aku kesempatan bicara. Aku ingin menjelaskan semuanya sama kamu. Kita ini cuma salah paham. " "Salah paham? " Bening tidak habis pikir. Tatapannya tajam pada lawan bicaranya. "Jadi kamu pikir kita cuma salah paham? Salah paham darimana?" "Apa kamu yang menjadikan aku pelampiasan juga salah paham? " Lanjut Bening. "Aku tau aku salah. Itu memang benar, awalnya, tapi selanjutnya nggak seperti itu. Aku cinta sama kamu, Bee... " Samudera ingin meraih tangan wanita itu namun wanita itu menolak. "Cinta? " Bening mendengus. "Cinta darimana maksud kamu? Selama ini kamu nggak pernah cinta sama aku. Kamu cuma bohongin aku demi balas dendam sama Nindy karena dia nolak kamu. " Bening menahan tangisnya yang ingin keluar. Samudera menggeleng. Tidak membenarkan argumen wanita yang berada di hadapannya. "Seburuk itu aku di mata kamu? " Bening diam. "Kamu nggak pernah yakin kalau aku tulus sama kamu? " "Aku benci sama kamu. " "Kamu yakin? " Samudera terus mendekat dan hal itu membuat Bening was-was. Bening benci dengan Samudera yang menatapnya tajam seperti itu. Bening sendiri mundur sampai punggungnya membentur tembok. Dia tidak bisa kemana-mana sebab Samudera meletakkan kedua tangan di kedua sisi tubuh Bening. "Mau apa kamu? Jangan macam-macam Sam." Gertaknya. "Aku nggak akan macam-macam. Aku cuma ingin membuktikan satu hal. " Bening mengernyit tidak mengerti. Dan tiga detik kemudian Samudera mempertemukan bibir mereka. Bening tentu saja terkejut, ia mengerjabkan mata beberapa kali. Ciuman itu begitu lembut. Bening tidak bisa memungkiri jika ia menyukainya. Ia juga merindukan hal ini. Samudera selalu memperlakukannya dengan lembut. Seharusnya Bening mendorong mantan suaminya itu jauh-jauh bukannya memejamkan mata untuk menikmati ciumannya. Bening membuka mata saat Samudera menjauhkan wajahnya. Dan ada rasa kecewa saat Samudera mengakhiri ciumannya. "Kamu masih mau bilang kalau kamu benci aku? " Samudera kembali mencium Bening. kali ini lebih tidak lembut seperti sebelumnya. Bening sedikit membuka bibirnya dan disaat itulah Samudera memperdalam ciumannya. Ia pun menarik pinggang wanita itu agar menempel pada tubuhnya untuk menghapus jarak diantara mereka. Bening masih ingin melepaskan diri. Sayangnya ia kalah dengan keinginan untuk membalas ciuman Samudera. Kedua tangannya pun mulai bergerak untuk memeluk leher laki-laki itu namun harus berhenti di tengah udara saat kewarasan masih mengingatkannya. Ini salah. Ini tidak benar. Dia membenci laki-laki itu. Dan dengan satu dorongan kuat ia bisa terlepas dari Samudera lalu pergi meninggalkannya begitu saja. Samudera sadar, seharusnya dia tidak melakukan hal itu. Sayangnya dia tidak bisa menahan diri. Dan mungkin sekarang Bening lebih membencinya lagi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN