Bab.6 Cemburunya Dirga

1309 Kata
Key akui meski merangkak dari nol dengan usahanya sendiri, namun nama besar keluarga dan orang-orang di sekelilingnya pun ikut berpengaruh memuluskan karirnya. Papanya pengusaha sukses, mamanya designer kondang, kakeknya seorang konglomerat dan para sahabat orang tuanya yang merupakan orang-orang berpengaruh. Di lingkar industri bisnis selain kemampuan, wajah cantik dan penampilan menariknya, tentu saja asal-usulnya yang bukan dari kalangan biasa adalah faktor menjual terhadap produk yang dia iklankan. Nilai plus lain yang sangat Key rasakan adalah sikap segan mereka. Apalagi Keyra sendiri juga sosok yang tidak banyak bicara, tapi ramah dan sopan. “Makan yang banyak, Key! Eka bilang kamu kemarin habis sakit,” ucap wanita paruh baya itu dengan senyum lebar makin membuat Keyra sungkan. “Cuma meriang kok, Tante. Mungkin kecapekan,” sahutnya. “Dia kan orang sibuk, Ma. Padahal duitnya sudah banyak, tapi kalau kerja kadang suka lupa waktu,” cibir Eka baskara yang ternyata mengajak mamanya, karena ingin berkenalan dengan Keyra. “Aku doyan jajan, Bang. Masih jomblo kalau nggak cari duit sendiri, terus minta uang jajan ke siapa dong? Malu, masa sudah gede mau menengadahkan tangan ke orang tua.” Pratiwi Baskara, ibu Eka itu mengangguk dan tidak ragu mengangkat jempolnya. Keuletan Key juga lah yang membuatnya mengagumi sosok gadis cantik itu, sampai minta ke anaknya untuk dikenalkan langsung. “Tante boleh tanya nggak, Key?” “Boleh, Tante,” angguknya. “Kenapa kamu justru tertarik ke dunia model, bukan meneruskan bisnis keluargamu atau jadi designer seperti mamamu. Setidaknya kamu tidak perlu mati-matian capek memulai dari nol sendiri,” tanya ibu Eka Baskara. Ini bukan pertama Key mendengar pertanyaan begini, bahkan sudah sangat sering sampai kadang bosan menjawabnya. “Mumpung masih muda jadi ingin mencoba hal yang lain, Tan. Perusahaan keluarga lebih cocok kalau adik laki-laki saya yang meneruskan,” jawabnya masih mencoba memberikan senyum, meski dadanya berdenyut sakit. Bukan, tentu saja bukan seperti itu. Impiannya sejak kecil adalah jadi designer seperti mamanya. Namun, kenyataan ternyata tidak memberinya jalan kesana. “Kamu sepertinya lebih suka tantangan, tapi Tante akui kamu hebat. Bisa membuktikan berhasil sukses dengan caramu sendiri,” sanjung ibu Eka Baskara. Key hanya meringis menikmati makan siangnya. Tadi dia sempat kaget melihat orang yang Eka Baskara maksud ingin ngobrol dengannya ternyata adalah ibunya. Untung wanita itu ramah bukan main, jadi dia tidak canggung. Namun, justru kehadiran sosok yang baru saja duduk di meja samping mereka itulah yang membuat Key kaget. Dirga, jantung Key jumpalitan mendapat lirikan tajamnya. Bagaimana bisa begitu kebetulan pria itu datang ke restoran yang sama. “Key … Keyra!” “Eh iya, maaf!” Key gelagapan menyahut panggilan Eka Baskara. “Kamu masih sakit?” tanya Ibu Eka menatap khawatir. “Nggak kok, Tante. Tadi cuma lagi mengingat jadwal besok.” “Makan dulu, mikir kerjanya nanti lagi! Pantas saja sampai jatuh sakit. Tubuh jangan terlalu diforsir, Key!” ucap Eka Baskara. “Namanya juga tanggung jawab, Bang. Kemarin saja aku malu setengah mati ke tim gara-gara tidak datang tanpa kabar, padahal mereka semua sudah stand by menunggu dari pagi buta.” “Tidak apa-apa, namanya juga sakit. Ini ada vitamin dan suplemen, mama bilang bagus jadi tadi aku beli buat kamu!” “Habis kasih kontrak kerja, sekarang kasih vitamin. Lain kali mau kasih apalagi, Bang?” gurau Keyra tertawa pelan menerima kotak berisi satu set vitamin dan suplemen itu. “Kasih mahar, kamu mau kan?” Kalau Key dan Pratiwi Baskara tertawa terbahak, tidak dengan Dirga yang menggeram marah. Tatapan Eka ke Key membuat Dirga panas. Andai bisa pasti sudah dia seret Key pergi dari sana. Dari kemarin dirinya tidak enak makan dan tidur, gadis kecilnya itu justru sudah tertawa senang makan siang bersama si bos skin care dan mamanya. “Tante juga mau banget punya menantu kamu, Key. Serius lho ini, nggak bercanda!” ucap Pratiwi Baskara. “Saya bukan tipe menantu idaman, Tante. Nggak bisa masak dan malas beres-beres rumah. Nanti Tante menyesal lho,” sahut Key blak-blakan mengakui kekurangannya. “Tante cari menantu, bukan pembantu. Tante biarpun bisa masak juga nyaris tidak pernah kok masuk ke dapur, apalagi beres-beres rumah. Hidup kalau sudah dikasih kemudahan, kenapa harus dibuat sulit. Iya kan?” “Iya,” angguk Key melirik ke Dirga yang mukanya makin keruh. “Terima kasih vitaminnya, Bang. Pasti aku minum.” “Harus, biar stamina kamu juga terjaga,” ucap Eka. Ponsel Key di atas meja tampak berkedip, bibirnya berkedut mendapati nama si om di meja sampingnya itu yang mengirimkan pesan. Tahu Key mengabaikannya, Dirga mengirim lagi chat. Tak hanya satu, tapi beberapa hingga ponselnya terus berkedip. Saat mata mereka bertemu, Dirga menatapnya kesal sambil mengedikkan dagunya ke arah ponsel. “Key ….” “Sudah baikan?” “Maaf, jangan marah lagi ya?” “Keyra ….” “Yang ….” Wajah Key seketika panas membaca isi pesan terakhir yang masuk. Baru saja dia mau meletakkan ponselnya, satu pesan sudah masuk lagi. Dirga yang menatap tajam membuat Keyra mau tidak mau membuka pesannya. “Temui aku di belakang, atau aku yang menyusul ke situ dan mengatakan ke calon mertuamu kalau semalam kamu tidur denganku!” Hampir saja Keyra mengumpat, sedang Dirga beranjak dari duduknya meninggalkan meja yang sudah terisi menu makan siangnya. Sial sekali nasibnya sampai bisa bertemu dengan si om di sini. “Kamu kenapa dari tadi seperti tidak fokus? Ada hal penting yang terlewatkan?” tanya Eka Baskara melihat Key seperti bingung sekaligus kesal memegangi ponselnya. “Nggak kok, saya ke toilet sebentar,” pamitnya segera berdiri dari kursinya dan bergegas ke arah toilet. Tidak, Key sangat tahu senekat apa Dirga. Keras kepala hanya akan membuatnya malu, karena om sialannya itu pasti membuktikan ancamannya. Sampai di belakang saat Key celingukan mencari keberadaan pria itu, tiba-tiba bahunya dirangkul dan dibawa melangkah ke arah dekat taman. Jangankan protes, menoleh pun hanya wajah lempengnya yang dia dapat. “Mau Om sebenarnya apa sih?!” dengusnya kesal, namun dia justru ditarik ke belakang tembok dan dikungkung di sana. “Aku maunya kamu,” ucapnya dengan mata berkilat tajam dan wajah yang begitu dekat, nyaris tak menyisakan jarak. “Jangan gila, nanti ada yang lihat! Minggir!” protes Key panik berusaha mendorong Dirga menjauh, tapi apa yang dilakukan pria itu malah makin gila. Wajahnya kian mendekat, lalu mengecup ujung bibir Keyra. “Om!” pekik Key tertahan dengan jantung berdegup kencang. Harum parfum dan hangat hembusan nafas pria kurang ajar itu, sialnya justru melempar kembali ingatannya akan adegan panas mereka. “Jangan harap bisa dekat dengan pria manapun! Calon ibu mertuamu cuma Mama Dewi. Paham?” bisiknya di telinga Key. “Sinting!” gumam Key. Dirga menjauhkan wajahnya. Tersenyum dengan tangan terulur membelai lembut wajah cantik gadis kecil kesayangannya. Key sepertinya belum sadar juga, kalau sejak dulu dia memang sudah gila hingga rela menunggu tiga belas tahun lamanya. “Aku bahkan lebih sinting dari yang kamu pikir. Tiga belas tahun aku menunggu untuk bisa meraihmu, mana mungkin membiarkan orang lain mendekatimu. Mulai sekarang jangan harap bisa lari dariku!” Nafas Key tersengal. Sapuan lembut jemari Dirga di bibirnya seperti sengat yang membungkamnya. “Apapun akan aku lakukan demi bisa hidup bersamamu, Key. Bahkan, aku juga tidak peduli jika harus berhadapan dengan papamu.” Sesekali mata Key melirik, khawatir ada yang datang dan memergoki mereka. Tubuhnya kaku, sentuhan tangan Dirga yang merengkuh pinggangnya dan menariknya merapat membuat Key semakin tidak bisa berkutik. “Kalau ada yang mau memberimu mahar, bilang ke dia, suruh langkahi dulu mayatku!” “Om ….” Dirga menyeringai, lalu mengecup bibir mungil di depannya itu sebelum melepaskan rengkuhannya. “Lain kali kalau masih berani sedekat itu dengan dia, akan aku buat pria itu menyesal sudah lancang mengusik calon istriku! Dengar nggak?!” “Nggak!” sahut Key ketus, lalu mendorong Dirga mundur dan ngeloyor pergi dari sana. Dirga tersenyum menatap punggung gadis kecil kesayangannya yang makin menjauh. Jangankan menyambut badai, nyawa pun akan dia pertaruhkan untuk bisa memiliki Key.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN