BAB 13: TANTE SUDAH TUA

1842 Kata
Morin tiba di Graph Tower satu jam kemudian. Dari informasi yang diberikan Raymond, perusahaan yang dimiliki keluarga Pak Raphael itu menempati hampir setengah dari gedung Graph Tower ini. Dia memperhatikan interior gedung ini tidak jauh berbeda dengan Volle Tower. Hanya saja Volle Tower lebih mewah dan hanya diisi perusahaan Volle Group. Karena baru makan banyak di tempat Diego, Morin memilih menunggu di sofa yang ada di lobby Graph Tower. Sofa itu tepat menghadap lift, Morin sengaja memilih duduk disana agar bisa langsung mengetahui kalau omnya sudah keluar dari lift. Raymond duduk di sofa yang berada di sisi yang berbeda. Morin sudah memintanya untuk duduk di sofa yang berada di dekatnya, namun pria itu menolak. Morin mengisi waktunya dengan bermain game di ponsel, dia bosan karena obrolannya dengan teman temannya masih seputar Diego. Mereka masih terus merengek agar Morin pulang membawa Diego ke Jakarta, mereka tidak peduli dengan Darius. Mereka tidak habis pikir mengapa Morin yang begitu cantik dengan segala kelebihannya memaksa harus dengan Darius? Dari segi penampakan jauh lebih tampan Diego, dari segi usia juga jauh lebih cocok juga dengan Morin daripada Darius yang lebih cocok jadi ayahnya! Kecuali soal ketebalan dompet, itu tidak bisa dilawan. Mereka sibuk menghibahkan Morin di grup chat mereka seakan yang bersangkutan tidak ada. Dan tentu saja yang bersangkutan kesal karena om tercintanya di jelek jelekan teman temannya. Pakaiannya kali ini tidak terlalu tebal, karena dia berpikir tidak akan berjalan di luar seperti kemarin. Dia menggunakan pakaian yang membuatnya terlihat stylish dan elegan, dengan coat pas badan berwarna cokelat muda dan sepatu boot setinggi lutut. Dan dia pun memilih dandanan flawless yang menonjolkan kemudaannya, tapi juga terlihat menggoda dengan sentuhan lipstik merah, tidak lupa dia menggulung ujung rambutnya. Dan tentu saja semua ini untuk memukul telak si jendis gatel yang pasti akan dia temui sebentar lagi. Rencananya dia hanya mau mengajak omnya kencan ke mall. Omnya kan sudah setuju untuk berperan sebagai sugar daddynya, jadi dia harus mengoptimalkan modusannya ini. Jam bubaran kantor sudah berlalu setengah jam dan ini membuat Morin sedikit kerepotan karena banyaknya pria yang minta berkenalan dengannya. Mereka bahkan tidak keberatan menemaninya saat dia mengatakan kalau dia sedang menunggu pacarnya. Karena hal ini juga, Raymond sekarang duduk di sofa yang berada di belakang dia. Pria itu takut terjadi kasus seperti di kampus kemarin. ting Lift terbuka dan Darius keluar dengan beberapa orang lainnya, termasuk Raphael dan Christine. Itu adalah lift direksi, jadi yang keluar dari sana adalah yang ikut meeting siang ini. Saat keluar dari lift, Darius langsung melihat ke arah Morin, rambut gadis itu seperti magnet yang langsung menarik orang melihat padanya. Dan dia tidak suka melihat pemandangan yang tersaji di depannya, beberapa pria berkerumun di sisi keponakannya itu. Begitu juga Morin langsung menoleh saat mendengar suara lift, lalu dia melihat om tercintanya keluar dari lift itu, yang juga sekarang sedang melihatnya. Dia langsung memberikan senyum manisnya, yang membuat semua pria disana terpana, baik yang lagi menemaninya duduk, maupun pria pria yang keluar dari lift bersama Darius. Morin tidak menyadari efek senyuman mautnya itu, bahkan dia tidak melihat pria lain yang juga keluar dari lift selain Darius, di matanya hanya ada om tercintanya itu. Diibaratkan seperti di film drama romantis, adegan slow motion pemeran utama wanita dan pria saling menatap, pemeran figurannya buram. Lalu dia pun langsung berdiri dan berjalan menghampiri Darius dengan senyum yang masih terpatri di bibirnya. Darius sebenarnya juga terpana melihat senyum cantik nan menggoda Morin, namun dia bisa menyembunyikannya dengan baik di wajah datarnya. Tapi tidak dengan pria pria yang keluar lift bersamanya, sebagian dari mereka malah membalas senyum Morin walaupun tidak mengenal gadis itu. Gadis itu berhenti tepat di depan Darius dan pria pria itu, dan mereka juga serentak berhenti berjalan. Mereka penasaran siapa yang dicari gadis itu. “Om sudah selesai?” tanyanya manis. Dan mereka semua pasti merasa normal kalau gadis belia cantik di depan mereka memanggil mereka om, usia mereka rata rata hampir atau sudah diatas kepala empat. “Iya. kamu sudah lama menunggu?” jawab Darius dengan pertanyaan juga. Dan semua orang disana tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Darius yang selama ini sedingin cuaca di luar pada wanita manapun, sekarang bicara dengan intonasi yang tidak pernah mereka dengar pada seorang wanita. “Lumayan” jawab Morin. “Maaf membuatmu menunggu lama. Sekarang kamu mau kemana?” tanya Darius. Mereka mengobrol berdua tanpa menyadari kalau belum ada yang bergerak di sekitar mereka. Orang orang itu sedang memperhatikan interaksi mereka. Sampai salah satu dari mereka menyela. “Ternyata sekarang ada yang menjemput Pak Darius ya?” kata salah satu investor yang ikut meeting tadi sambil tertawa, mencoba mengambil hati Darius. “Iya. Mana cantik sekali lagi.” kata yang lain ikut tertawa, melakukan hal yang sama dengan temannya. “Dia sugar babynya Darius” kata Christine dari sisi Raphael, yang langsung membuat Raphael melotot pada wanita itu. Tiba tiba suasana menjadi hening, ini pembahasan yang tidak sopan untuk dibahas, apalagi di saat seperti ini. Christine tersenyum penuh kemenangan pada Morin, dia berhasil mempermalukan wanita itu. Sekarang semua pria disini akan menganggap wanita itu rendah, bukan dengan kekaguman seperti tadi. Morin menatap pada Christine, matanya mengerjap bingung. “Tante teman Om Darius kan ya? Saya pernah melihat tante minggu kemarin. Ternyata tante juga ikut meeting hari ini ya? Apa kabar tante? Semoga tante sehat selalu” sapa Morin manis. Dia terus menekankan kata ‘tante’ disana. Senyum di wajah Christine langsung pudar. “Aku bukan tantemu!” ketus Christine. “Tapi orang tua saya mengajarkan untuk sopan pada yang lebih tua. Tante kan jauh lebih tua daripada diriku, tidak sopan jika aku hanya memanggil tante dengan nama. Bukan saya bermaksud menyinggung tante, tapi saya memang diajarkan untuk menghormati orang yang lebih tua, apalagi yang terpaut usia sampai lebih dari sepuluh tahun seperti tante ini. Eh, hampir lima belas tahun bahkan, mana bisa saya tidak sopan pada tante.” sahut Morin dengan suara sopan dan manis. Namun kalimatnya tajam menusuk, masih menekankan kata ‘tante’ dan sekarang ditambah ‘tua’. Tentu saja semua orang disana mengerti penghinaan berbalut kesopanan yang dikatakan Morin dan mereka sekarang sedang berusaha menahan tawa. Semua orang tahu kalau Christine mengejar Darius dan sekarang mereka sedang menonton pertengkaran halus ala wanita dengan saling sindir. “Dasar kau pe.. eemmmhh” amuk Christine, namun kalimat Christine selanjutnya tertahan karena Raphael membekap mulut adiknya itu. Dan Raphael langsung melirik Darius, dia khawatir temannya itu mengerti apa yang akan dikatakan adiknya. Dan betul saja, dia melihat wajah Darius yang berubah dingin dengan tatapan tajamnya yang mengarah pada Christine. Bahkan wanita itu sampai berhenti berontak dari bekapan kakaknya karena takut dengan tatapan yang diarahkan kepadanya. Dan entah bagaimana suhu disekitar mereka langsung turun drastis. Sekarang semua orang kembali tidak berani bicara atau bergerak lagi. Mereka semua dalam hati mengutuk kebodohan Christine yang membuat mereka sekarang dalam masalah. Jangan membuat masalah dengan Darius kalau masih mau perusahaanmu aman! “Yuk jalan om” kalimat Morin beberapa saat kemudian, memutus mantra yang mengunci pergerakan semua orang disana. Dia kasihan pada orang orang yang sudah pucat pasi membeku disana walaupun saljunya diluar. Darius menoleh padanya dan berkata lembut. “Ayo” Darius memegang punggung Morin untuk mengarahkan gadis itu. “Mari bapak bapak dan tante, saya permisi dulu” sapa Morin. Dia tersenyum sopan sebelum berbalik dan berjalan bersama Darius. Raymond langsung berdiri dari tempatnya dan berjalan di depan bosnya menuju mobilnya. Mereka semua menatap kepergian Darius dengan wanita yang kata Christine sugar baby pria itu dengan tatapan tidak percaya. Wanita itu sekarang dengan santainya berceloteh dengan bahasa yang tidak mereka mengerti tanpa sedikitpun terlihat takut pada Darius. Butuh mental yang luar biasa untuk bisa mengabaikan sikap kaku dan mengintimidasi Darius. Bukan mereka tidak tahu juga kalau tadi wanita itu sengaja memanggil Darius agar pria itu berhenti mengintimidasi Christine, padahal itu adalah salah wanita itu sendiri berani menyinggung Darius. Mereka baru bisa berhenti menahan napas saat kedua orang itu keluar dari lobby gedung. “Berhentilah membuat masalah Christine!” omel Raphael melepas bekapannya pada adiknya. “p*****r itu kurang ajar!” maki Christine tidak terima dikatakan tante dan tua. “Hati hati dengan kata kata anda Bu Christine. Jika bukan wanita itu yang menyelamatkan kita, mungkin sekarang kontrak yang baru saja kita tanda tangani tadi batal” kata salah seorang investor dengan nada tidak suka pada Christine. “Saya harap anda bisa bersikap profesional. Sangat sulit untuk mendapatkan investasi dari Volle, jadi saya harap tidak ada kejadian semacam ini di lain hari. Saya akan menuntut perusahaan anda jika terjadi pembatalan” kata investor yang lain lagi. “Tolong ajari adik anda sopan santun Pak Raphael. Saya rasa kontrak ini adalah terakhir kalinya saya berhubungan dengan perusahaan anda. Saya permisi” kata yang lain lagi dengan nada kecewa yang tidak ditutupi. “Saya sungguh minta maaf karena adik saya telah membuat masalah untuk anda semua” kata Raphael, wajahnya sudah pucat membayangkan kemarahan ayahnya setelah ini. Dia menyenggol Christine dan akhirnya wanita itu juga meminta maaf walau terpaksa. BRAK! Raphael membanting pintu ruang kerjanya “Dimana otakmu! Bisa bisanya kau bicara seperti itu di depan semua orang!!” bentak Raphael begitu pintu sudah tertutup. “Memang apa salahnya mengatakan kebenaran! Mereka bertanya wanita itu siapa? aku hanya membantu menjawab!” bantah Christine tidak mau kalah. “Kau masih tidak merasa salah?! Kau tidak dengar tadi mereka bilang apa?! Kau bahkan membuat semua investor kita marah!!” teriak Raphael, dia sudah sangat kesal. “Kau tahu kan. Ini proyek yang sudah aku rencanakan dua tahun! Dua tahun Christine!! Akhirnya Darius bersedia berinvestasi dan kau hampir menghancurkan kerja kerasku selama ini hanya karena rasa cemburumu yang tidak pada tempatnya!! Pakai otakmu! Jika sampai proyek ini batal, kita bangkrut!!” Raphael melempar barang di mejanya hingga berserakan di lantai. Dia harus melampiaskan emosinya atau berakhir dia akan memukul adiknya sendiri. Christine diam, dia tidak berani lagi membantah kakaknya saat melihat emosi kakaknya itu sudah tidak terkontrol. “Sudah kubilang ratusan kali, dia tidak tertarik padamu! Cari pria lain Christine! Jangan mencari masalah lagi dengan wanita itu! Kau mau menunggu Darius menghancurkan perusahaan kita karena obsesimu!!!" Sekarang Raphael menendang tempat sampah di sebelah meja kerjanya. KLONTANG! Tempat sampah itu sekarang berakhir penyok mengenaskan karena tendangan Raphael. Dua tahun dia berusaha membujuk Darius untuk berinvestasi di mega proyeknya yang bernilai puluhan juta dollar. Jika sampai mega proyek ini gagal maka perusahaannya akan bangkrut! Jika bukan karena nama besar Volle, investor lain tidak akan berani berinvestasi di mega proyek ini. Baru saja akhirnya mereka menandatangani kerja sama untuk mega proyek ini. Dan sekarang adiknya yang tidak punya otak hampir membuat kontrak ini batal! “Ini peringatan terakhir. Jauhi Darius dan wanita itu! Jika kau masih mengganggu mereka, aku akan minta ayah untuk mengirimmu ke tempat grandma!” ancam Raphael. Christine memucat mendengar ancaman itu. Dia tidak suka dengan grandma yang sangat cerewet dan suka mengatur itu, apalagi grandma tinggal di desa. Habislah dia dan putranya kalau sampai dikirim ke pelosok desa tempat grandmanya itu, mau ngapain dia di kampung semacam itu? signal ponsel saja sulit! Sialan, ini semua karena p*****r kecil itu. Dia pasti akan membalas wanita itu! ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN