Episode 14 : Juan dan Teman Masa Kecil

1649 Kata
Dua pasang peserta permainan cinta paling syahdu di abad ini, Couple Games, tengah terjebak di dalam elevator yang macet di lantai 3 dan sewaktu-waktu bisa dijatuhkan oleh administrator paling kejam di negara Paperville, Pota. Sebagai seorang narator, aku berani mengungkap bahwa sebenarnya Pota sangat kejam. Karena Pota sebenarnya adalah… Cuplikan adegan di episode sebelumnya menayangkan jika Pota tengah memainkan “Jujur atau Tantangan” kepada pemain yang terjebak di dalam elevator sebagai syarat untuk mereka bisa keluar dari sana. Lubang di atap elevator yang muncul tiba-tiba dan menjatuhkan pisau, menimbulkan tanda tanya besar bagi para peserta.Apa yang Pota inginkan dari mereka? Permainan kali ini sebenarnya sangat sederhana, yaitu setiap peserta hanya harus memilih antara berkata jujur atau melaksanakan tantangan yang diberikan. Permainan yang sangat sederhana, bukan? Tapi apakah eksekusi permainan ini sesederhana itu? Mari kita lihat. Empat orang peserta saling berhadapan dengan pasangan mereka masing-masing, kemudian dari pengeras suara, Pota memberikan pertanyaan kepada setiap peserta. “Untuk peserta laki-laki nomor 22, siapa wanita yang kau temui pada hari senin, dua bulan yang lalu? kemudian untuk peserta wanita nomor 22, apa yang dilakukan salah satu direktur perusahaan tekstil kepadamu di pada hari selasa dua bulan yang lalu?” Juan dan Eva saling merenung dan bertanya kepada diri mereka sendiri, apa yang terjadi pada hari yang disebut oleh Pota? Terlalu banyak hal yang terjadi pada keseharian mereka. Kehidupan jalanan yang keras, membuat hidup mereka selalu berliku. Juan dan Eva memang harus berjuang keras untuk bertahan hidup. Setelah berpikir beberapa saat, Juan dan Eva ingat kejadian yang dimaksud oleh Pota. Juan dan Eva saling menarik nafas panjang dengan mata yang seakan ingin keluar dari kelopaknya. Sesaat kemudian, Juan mengalihkan pandangan dari kekasihnya sambil berdecih. Juan bingung, bagaimana bisa Pota mengetahui sesuatu yang tidak ia ceritakan kepada Eva? Eva pun bertindak serupa, ia hanya menunduk, raut wajahnya tampak murung, sepertinya kejadian yang mendasari pertanyaan ini adalah aib bagi mereka berdua. Sejatinya, kejujuran di dalam sebuah hubungan selalu dimulai dari hal kecil. Sayangnya, banyak orang yang memilih bungkam untuk menjaga perasaan orang yang mereka cintai. Apakah sikap itu bisa dibenarkan? Entahlah, kita lihat bagaimana masing-masing pasangan ini menyikapi cerita rahasia yang diungkap kepada mereka. “Untuk peserta nomor 22, apa pilihan kalian? Jujur atau tantangan?” Juan dan Eva saling tatap dengan mata yang menunjukkan rasa kecewa. Dua sejoli itu hanya bisa menghela nafas saat mengetahui ada sesuatu yang disembunyikan dari mereka. Juan dan Eva berpikir keras, bagaimana cara menjawab pertanyaan dari Pota tanpa menyakiti hati orang yang mereka cintai? “Jujur!” jawab Juan dan Eva hampir bersamaan. “Jujur? Wah, pilihan yang menarik. Baiklah, sekarang, ceritakan apa yang terjadi kepada orang di hadapanmu!” Pota terlihat mulai mendapatkan antusiasmenya kembali. Juan dan Eva diam sejenak sambil terus saling memandang. Melihat Eva yang tidak segera mengambil tindakan, Juan berinisiatif memulai bercerita, karena ia berpikir jika membuang waktu di sini maka Pota akan mulai marah kepada mereka dan hal buruk bisa saja terjadi. Juan kembali mengambil nafas panjang, ia akan mengatakan sesuatu yang mungkin sangat dibenci oleh Eva. Meski begitu, mungkin memang lebih baik jika Eva mengetahuinya. Juan mulai membuka mulut, setiap kalimat yang diucapkan olehnya disambut oleh air mata yang mulai membasahi pipi Eva. Kejadian itu sebenarnya bermula sejak sebelum hari yang dikatakan oleh Pota. Dahulu, ketika masih berusia awal belasan tahun, Juan berteman dengan seorang perempuan tomboy yang menemaninya ke manapun Juan pergi. Mereka berdua hidup di jalanan bersama-sama. Bahkan saat itu, Juan dan sahabatnya itu tinggal di bilik yang sama. Di jalanan tempat Juan tinggal waktu itu, tidak ada rumah yang layak untuk dijadikan tempat tinggal, membuat Juan harus membuat bilik sederhana di kawasan kumuh untuk ia gunakan berteduh sehari-hari. Saat itu, ia melihat seorang gadis lemah yang ditindas oleh anak jalanan lain. Juan kala itu tidak memiliki keberanian untuk melawan, karena selain kalah jumlah, badan mereka juga lebih besar dari Juan. Terpaksa, Juan hanya mengintip dari kejauhan dan menunggu mereka semua selesai menyiksa gadis lemah yang tidak berdaya itu. Beruntung, para perundung jalanan itu hanya sedikit bermain-main dengan si gadis lemah dan mereka meninggalkan gadis itu setelah merasa puas bermain-main. Juan melihat ke sekitar, memeriksa apakah para perundung itu sudah menghilang dari tempat itu atau belum. Setelah dirasa aman, Juan segera berlari ke arah gadis itu dan menyelamatkannya. Juan membawa gadis itu ke dalam bilik miliknya dan ia juga merawat gadis itu hingga pulih. Itulah awal mula Juan mengenal gadis yang akhirnya menjadi seseorang yang paling dicemburui oleh Eva. Sebuah awal yang manis, bagi persahabatan yang berakhir buruk. Perpecahan Juan dan gadis itu bermula ketika Juan sudah mulai dekat dengan Eva. Gadis yang menjadi teman Juan sejak lama itu, merasa tidak suka dan tersaingi oleh kehadiran Eva yang dianggap sebagai orang ketiga di antara mereka, sehingga membuat gadis itu melakukan segala cara untuk memisahkan dua sejoli yang mulai dimabuk asmara. Belum lagi, sejak mengenal Eva, gadis itu menganggap Juan telah berubah. Juan tidak lagi perhatian kepadanya seperti dahulu, bahkan cenderung cuek. Suatu hari, Gadis itu secara pribadi pergi menemui Eva, tanpa sepengetahuan Juan. Di sana, terjadi obrolan antar gadis yang membekas di kepala Eva hingga hari ini. Gadis itu memberitahu Eva agar menjauhi Juan, karena Juan bukanlah pria yang baik untuknya. Kala itu, Eva hanya mengangguk dan menuruti permintaan si gadis. Eva yang saat itu baru berusia 15 tahun, hanya bisa pasrah dan menganggap bahwa kedekatannya dengan Juan hanya sekadar cinta monyet belaka. Merasa aneh dengan Eva yang tiba-tiba menghilang, Juan berinisiatif mencarinya. Hingga suatu hari, Juan kembali bertemu dengan Eva tanpa sengaja, di salah satu sudut Kota Industri. Di sana, Juan meminta penjelasan dari Eva mengenai alasan yang membuatnya tiba-tiba menghilang darinya. Sayangnya, jawaban yang diberikan oleh Eva hanyalah kalimat klise. “Tidak apa-apa,” begitu kata Eva. Hal itu membuat Juan marah. Sayangnya saat itu, si gadis teman kecil Juan tanpa sengaja melihat mereka berdua sedang berbincang. Gadis itu sengaja menunggu Juan berpisah dengan Eva, lalu ia menghampiri Eva setelah Juan dirasa sudah cukup jauh. Bukannya berbicara baik-baik, gadis itu justru menghempaskan Eva tanpa salam selamat datang terlebih dahulu. Hal itu terang saja membuat Eva kaget, karena ia tidak merasa melakukan sesuatu yang salah. Tanpa memberi kesempatan untuk Eva berbicara, gadis itu berkata, “aku sudah memperingatkanmu untuk menjauh dari Juan. Kenapa kau masih menemuinya?” Eva hanya bisa diam, pandangannya melihat ke arah lain, seakan melihat ke arah balik punggung gadis di depannya, bukan tepat ke arah mata si gadis. Setelah diam beberapa saat karena bingung, gadis itu menyusuri arah mata Eva dan menemukan jika Juan rupanya masih ada di sana. Juan melihat dengan jelas bagaimana teman masa kecilnya mencengkram leher Eva dan melemparnya ke lantai. Mengetahui Juan melihat segalanya, tidak membuat gadis itu merasa bersalah. Ia justru menyalahkan Eva. Gadis itu berkata bahwa sejak awal, Eva berniat menjauhkan dirinya dari Juan. Hal itu membuat dirinya marah dan meminta Eva untuk pergi, karena dirinya lah orang yang lebih dahulu mengenal Juan. “Kau tidak perlu berbohong, aku sudah melihat apa yang baru saja kau lakukan di sini!” ucap Juan sebelum akhirnya ia mengusir teman masa kecilnya dan hidup bersama dengan Eva. Memang, jika ditelaah lebih lanjut, apa yang terjadi dengan mereka bertiga hanyalah drama remaja receh yang terkesan remeh untuk dibahas. Tapi tahukah kalian? Bibit-bibit penghasut dan ular di masa depan, berawal dari orang-orang yang suka membolak-balik omongan sejak ia belum dewasa. Entah, mungkin memang kondisi lingkungan atau perlakuan yang diberikan orang lain padanya yang akhirnya membuat seseorang memiliki pribadi yang menyebalkan seperti itu. Tapi percayalah, jika orang-orang seperti itu tidak diperbaiki sejak awal, maka ia akan menjadi biang masalah di masa depan. Gadis yang sangat dibenci oleh Eva itulah yang ditemui oleh Juan pada hari senin, dua bulan yang lalu. Berawal dari kondisi Juan yang sedang tidak baik-baik saja karena kekurangan uang, tiba-tiba gadis yang merupakan teman masa awal remaja Juan datang menawarkan pekerjaan. Memang, apa yang ditawarkan hanyalah pekerjaan kotor khas orang-orang golongan bawah tanah. Sayangnya, pekerjaan yang ditawarkan tergolong kriminal kelas berat sehingga beresiko tinggi apabila tertangkap. Awalnya, Juan ingin menolak. Tetapi sayang, kondisi keuangan yang tidak memungkinkan membuat Juan terpaksa menerima pekerjaan tersebut. Mendengar cerita itu dari Juan, membuat Eva merasa sangat geram. Eva sebenarnya tidak terlalu mempermasalahkan jika memang Juan tidak sengaja bertemu dengan gadis itu. Tetapi, mendengar apa yang dikatakan oleh Juan, membuat Eva berpikir jika gadis itu ingin balas dendam terhadap Juan. “Kau pikir gadis itu ingin membantu keuanganmu secara sukarela? Tidak, Juan! Gadis itu hanya ingin menjebakmu!” bentak Eva. Juan hanya diam, ia tahu jika keputusannya saat itu memang salah. “Aku tahu aku salah, Eva, maafkan aku. Aku pun tidak tahu jika akhirnya menjadi seperti itu. Saat itu, aku pun hampir tertangkap oleh petugas kepolisian. Beruntung, aku bisa lolos dari kejaran mereka.” Juan tidak berani menatap mata Eva saat berbicara, menandakan betapa merasa bersalahnya Juan terhadap kekasihnya tersebut. “Benar apa yang aku bilang, bukan? Orang itu ingin menjebakmu! Aku tidak menyangka kau berbohong kepadaku seperti itu, Juan! Aku tahu, aku tahu kau tidak akan berkhianat! Aku tahu, kau tidak akan mencari wanita lain! Tapi ini, kau membahayakan diri sendiri! Kau adalah lelaki yang seharusnya bisa mengambil keputusan dan sadar akan resiko. Tetapi apa yang kau lakukan itu, sama sekali tidak mencerminkan jika kau adalah lelaki, Juan! Aku benci dirimu yang seperti itu!” Eva mengepalkan tangan, air mata yang menggenang di kelopak mata kini mengalir membasahi pipinya. Eva marah, bukan karena ia cemburu kepada gadis yang ditemui oleh Juan. Eva marah, karena khawatir terhadap keselamatan Juan setelah menerima pekerjaan dari teman masa kecilnya. “Hei, sudahlah! Jika kalian ingin bertengkar, bukan di sini tempatnya!” Mendengar ucapan Pota dari balik pengeras suara, membuat Eva menutup mulut. Ia harus menahan emosi jika ingin selamat dari permainan di dalam elevator ini. “Bagaimana jika kita dengarkan kisah dari sisi perempuan nomor 22? Aku yakin, kau memiliki kisah menarik tentang direktur salah satu perusahaan tekstil yang kau temui pada hari selasa, dua bulan yang lalu.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN