CRASING ON ROYAL PRINCESS-THE ENGAGEMENT

1802 Kata
THE ENGAGEMENT ELLE merasakan kehangatan menjalar di pipinya. Ia sangat yakin kalau saat ini wajahnya pasti merona atau lebih parahnya berubah warna menjadi merah seperti tomat. Kata-kata vulgar yang keluar dari mulut Edwin benar-benar membuatnya malu. Bayangkan saja, seorang putri raja yang akan menghadiri salah satu rapat penting tanpa menggunakan celana dalam. Sekali lagi, celana dalam. Memalukan. Di bawah lampu hias antic yang tergantung indah di langit-langit, Elle memicingkan matanya. Ia ingin sekali mengumpat atau menyerah Edwin saat itu juga. Namun, Elle urung melakukannya karena ia menyadari waktunya tidak banyak lagi. Elle harus segera pergi dari sana sebelum ada yang melihat mereka berdua. Dengan elegan, Elle berputar dan segera pergi meninggalkan Edwin. Pria itu juga melakukan hal yang sama dengannya, menutu pintu dengan perlahan sebelum akhirnya tersenyum simpul. Edwin mengambil celana dalam Elle dari dalam saku celananya. Pria itu meremas benda tersebut sebelum melipatnya dengan rapi kemudian memasukkan lagi ke sakunya. Tidak aka nada yang tahu kalau sebenarnya ia membawa celana dalam seorang wanita yang semalam tidur dengannya. Dan tidak aka nada yang tahu kalau pemilik celana itu adalah putrid seorang raja. Edwin tidak lagi mendengar suara derap langkah atau sejenisnya. Pria tersebut kemudian memutuskan untuk keluar dari persembunyiannya dan terjalan tegap menuju meeting room. Sesampainya di sana, Edwin segera mencari keberadaaan Elle. Tatapannya tertuju pada seorang pria yang tengah asyik berbincang dengan Elle. Peserta rapat yang lain mulai membahas apa yang akan mereka sampaikan. Ada rasa tidak nyaman, atau entah apa jika orang lain yang menyebutnya. Perasaan tidak suka melihat bagaimana pria itu membuat Elle tertawa sampai memegangi perutnya. Dalam jarak yang bahkan tidak lebih dari setengah meter itu, sang pria bisa saja mendaratkan bibirnya di bibir Elle. Bahkan tanpa harus menggunakan sebuah usaha yang cukup menguras emosi. Kedua tangan Elle menggenggam di pangkuannya, pria di hadapan Elle bisa saja menarik tangannya untuk dicium atau untuk sekedar diletakkan di tengkuk dan mereka bisa bebas mencium bibir masing-masing, Edwin tidak menyadari kalau saat ini dirinya menjadi pusat perhatian beberapa peserta rapat. Pria itu berdiri di bawah bingkai pintu dan alasan kenapa rapat belum juga dimulai adalah karena semua perserta rapat tengah menunggunya. “Hey, bukankah dia perwakilan dari New York?” ucap salah seorang wanita paruh baya. Ucapan itu sontak menarik perhatian seluruh peserta rapat. Termasuk Elle dan pria yang sejak beberapa saat yang lalu berbincang ramah dengannya. Edwin mengutuk kebodohannya atas sikap yang ceroboh itu. Sepertinya Elle sudah menularkan virus ceroboh kepada dirinya. Sedetik yang lalu, sebelum ada yang menyadari kehadirannya, Edwin memang berdiri mematung di bawah bingkai pintu. Dan sekarang, ia harus bergegas mencari kursi dan duduk agar rapat bisa segera dimulai. Pandangan Edwin menyapu meja besar yang dikelilingi beberapa kursi. Dengan gerakan bak seorang pria terhormat di kalangannya, Edwin berjalan mencari kursi kosong. Sialnya hanya ada satu kursi yang tersisa. Dan kursi tersebut berada tepat di sisi Elle. Untuk setiap langkah yang terasa sangat berat sekaligus ringan, Edwin membimbing kedua kakinya untuk pergi menuju kursi tersebut. Pemimpin rapat menengadah kemudian melihat sekililing. Begitu melihat Edwin telah duduk nyaman di sisi Elle, pria paruh baya itu memulai rapat. Sementara itu, Edwin meletakkan kedua tangannya di paha. Begitu semua orang berkonsentrasi pada rapat yang sudah berjalan sejak semenit yang lalu itu, satu tangan Edwin berpindah ke paha mulus Elle.  ** Elle terkesiap. wanita itu hampir saja terlonjak karena tiba-tiba tangan Edwin sudah berada di pahanya. Gaunnya terlalu rendah sehingga ia bisa merasakan jemari keras itu bermain tepat di atas kulitnya. Saat itu juga, ingin sekali Elle berteriak dan mengumpat. Mencari maki Edwin di depan semua orang. Namun ia berusaha untuk tetap tenang dan fokus pada rapat yang tengah berlangsung. Elle mengabaikan Edwin hanya agar pria itu berhenti menganggunya. Titik. Lima menit berlalu. Edwin mulai frustasi karena Elle tidak kunjung meresponnya. Bahkan setelah Edwin berusaha menggerakkan jemarinya di sana. Kini giliran Edwin yang mendapat  bagian menyampaikan maksud dan tujuannya datang ke tempat itu. Edwin diminta untuk menjelaskan apa saja kelebihan dan kekurangan senjata yang diproduksi oleh perusahaan Brooklyn. Mereka akan membeli produk terbaik dari perusahaan terbaik di kelasnya. Dan beruntungnya Brooklyn karena memiliki Edwin yang hampir tidak pernah ditolak saat menawarkan produk atau berdiskusi mengenai semua yang berkaitan untuk perusahaan. Seperti yang pernah dijelaskan sebelumnya. Edwin memiliki kemampuan menarik perhatian seseorang atau sekelompok orang. Pria itu seolah memiliki magnet untuk menjerat sebuah kelompok dan memerangkap kelompok tersebut ke dalam kubangan bisnisnya. Menakjubkan. Seperti saat ini, Edwin telah melepaskan jemarinya dari paha Elle. Pria itu berdiri gagah dan mulai menjelaskan berbagai macam senjata yang berhasil diciptakan oleh kedua Montano bersaudara. Kelebihan apa saja jika Negara itu memiliki sederet senjata yang mungkin di perlukan oleh pemerintah atau pihak kerajaan. Mengingat setahun yang lalu, salah satu anggota kerajaan sengaja diserang oleh seseorang yang tidak dikenal. Penjelasannya usai. Sebagian besar peserta rapat memutuskan akan membeli senjata yang ditawarkan oleh Edwin demi kepentingan Negara dan kerajaan. Senyum Edwin mengembang melihat presentasinya diterima baik oleh peserta rapat di sana. Dan tanpa sepengetahuannya, ada yang dengan kagum melihat betapa mempesonanya pria itu saat bekerja. Orang itu adalah Elle. Edwin kembali duduk di kursinya. Semula,  tujuannya kemari hanya untuk membuat kesepakatan bisnis yang menguntungkan perusahaan Brooklyn Montano. Namun, sekarang tujuannya berbeda. Lebih dari itu, Edwin ingin bersama Elle dan melihat apa yang akan dilakukan wanita itu. Saat ini, Ewin telah mencapai tujuan pertamanya. Dan sebentar lagi ia akan melancarkan aksinya. Menahklukkan Elle lagi. Elle melihat bagaimana pria bernama Edwin yang sudah dua kali bercinta dengannya itu begitu ahli dalam menjelaskan sesuatu. Di satu sisi, Elle teramat senang karena Edwin ternyata tidak hanya pandai merayu wanita, tetapi isi otak pria itu juga perlu dipertimbangkan. Sekarang, dirinya mulai tertarik dengan kecerdasan Edwin. Bukan hanya tampang yang menawan serta keahlian pria itu di atas ranjang. Lebih dari itu, Elle menyukai ketika Edwin menjadi begitu saat sedang bekerja. Tanpa Elle sadari, tatapannya hanya tertuju pada Edwin seorang. Seolah dunia tiba-tiba berhenti berputar. Waktu terhenti begitu saja dan semua yang ada di dekat mereka menghilang, meninggalkan Edwin dan Elle yang sedang menyusun rencana gila untuk- “Hmbbb…” suara dehaman mengembalikan Elle dari lamunan gilanya. Elle membayangkan bagaimana Edwin bisa jauh lebih tampan saat berdiri tepat di sisinya. Elle meneguk salivanya kasar. Saat ini wajahnya pasti terlihat seperti seorang wanita t***l dan kampungan yang dihadapkan pada sepotong kue yang bahkan baru saja selesai dipanggang sehingga mengeluarkan aroma yang sangat menggoda. Elle mengalihkan pandangannya dari Edwin. Wanita itu tidak akan mengulangi kesalahannya lagi-memandangi Edwin, untuk kedua kalinya. Bagaimana pun Edwin tetaplah Edwin. Seorang iblis yang akan meniduri semua orang yang memiliki lubang kelamin. Tidak lebih! Elle tidak akan membiarkan dirinya terjebak dalam pesona palsu pria itu. Tidak peduli bagaimana pun caranya, meskipun saat diam juga Edwin terlihat jauh sangat mempesona. Kembali Elle memusatkan perhatiannya pada peserta rapat yang sedang menjelaskan sesuatu. Sesekali suara riuh rendah menggema di ruangan tersebut. Elle mencacat setiap kata yang diucapkan oleh seseorang yang berdiri tak jauh dari tempat duduknya. Mencatat di otaknya. Elle memiliki kemampuan mengingat banyak hal termasuk isi dari sebuah buku beserta halamannya. Jadi, ia hampir tidak pernah mencatat saat menghadiri sebuah rapat. Elle menulis bukunya sendiri. Berisi percakapannya dengan banyak orang dan hal-hal yang terjadi di sekelilingnya. Ditulis secara manual dengan buku dan pulpen. Fokus Elle terganggu karena lagi-lagi Edwin meletakkan salah satu tangannya di paha Elle. Kali ini Elle benar-benar melihat Edwin. Kekesalannya semakin memuncak saat Edwin bahkan masih bersikap tenang dan fokus dengan rapat tersebut. Seolah tidak terjadi apa-apa di antara mereka berdua. Edwin menggerakkan jemarinya di paha Elle. Menggoda kulit lembut bak sutra itu. Sudah cukup lama ia menantikan momen ini. Padahal baru sejam yang lalu mereka saling memiliki. Edwin tidak suka dengan pria itu. Siapa pun dia. Caranya memandang Elle benar-benar konyol. Pria itu seperti singa sirkus yang siap menarik perhatian dari orang yang disukainya dengan bertindak sepertinya seseorang yang sangat bodoh dan t***l. Edwin tidak rela membiarkan Elle menjadi bodoh. Apa pun alasannya. Jemari Edwin bergerak semakin liar dan dalam. Pria itu menggunakan kesempatan emas saat Elle harus menjawab pertanyaan dari seorang pria beruban. Elle berkali-kali meneguk salivanya. Dan dari yang bisa ditangkapnya, Edwin melihat semburan merah muda menghiasi pipi Elle. Sungguh indah dan terlalu natural bagi wanita seperti Elle. Wanita liar. Elle berhenti bicara. Pertanyaan yang diajukan untuknya sudah terjawab dengan baik.Wanita itu menunduk dalam. Melihat jemari Edwin yang masih di pangkuannya. Edwin menggukan kesempatan itu untuk menjelajahi lebih dalam. Edwin berhenti tepat di bagian sensitive Elle. Ia menyelinapkan jari tengah dan telunjuknya untuk menggoda bagian itu. Beruntungnya Edwin pernah melakukan itu dengan wanita lain sehingga ia tahu bagaimana menggunakan jemarinya demi membuat pasangannya terpuaskan. Berkali-kali Elle mengembuskan napas dan menoleh kepada Edwin. Namun Edwin mengabaikan tatapan itu. Jika Elle saja bisa mengacuhkannya dengan semudah itu, kenapa dia tidak? pikir Edwin.  Edwin melihat kedua tangan Elle meremas pulpen dan notes kecil di tangannya. Wajah Elle semakin memerah seiring gerakan jemarinya yang semakin cepat. Edwin bisa melihat Elle hampir mencapai puncaknya, wanita itu menggigit bibir bawahnya keras. Seandainya saja tidak ada mereka hanya berdua di sana, ia akan merelakan bibirnya digigit sedemikian rupa oleh Elle. Dengan senang hati malah.  Ia terus menggerakkan jemarinya dan memainkan bagian sensitive wanita itu hingga jemarinya kini dipenuhi oleh cairan yang berhasil dikeluarkan oleh Elle. Senyum Edwin mengembang melihat Elle telah mencapai puncaknya. Seiring dengan itu, rapat selesai digelar. Kesepakatan telah dicapai. Masing-masing dari peseta rapat akan melaksanakan tugas yang telah diberikan. Termasuk Edwin, ia akan mengirim puluhan atau bahkan ratusan senjata dalam waktu dekat. Edwin menarik tangannya paha Elle yang masih terbuka. Ia kemudian mengelap sisa cairan kenikmatan itu dengan celana hitamnya dan siap berdiri setelah rapat ditutup. Namun, seseorang menghentikan keinginan peserta rapat untuk segera beranjak. Dan orang itu adalah pria yang tadi berbincang dengan Elle. “Maaf mengganggu waktu kalian.” Pria itu berdiri dari duduknya. “Aku meminta sedikit perhatian dari kalian. Aku ingin membagikan kabar gembira untuk kalian semua.” Pria yang tidak diketahui namanya itu melihat Elle dengan ekspresi bahagia. “Aku ingin mengundang kalian  ke acara pertunanganku dengan Putri Elle.” Ucap pria itu lantang. Seketika, semua orang yang hadir di berdiri dan memeluk sang pria dan Putri Elle. Mereka memberi ucapan selamat dan berjanji akan datang ke pesta yang akan diadakan di istana malam ini. Elle tampak bahagia menyambut pelukan dan ucapan selamat dari sebagian peserta rapat. Senyumnya mengembang, membuatnya jauh terlihat lebih cantik dari sebelumnya. Sekaligus menciptakan rasa sakit di d**a Edwin. Satu per satu para peserta rapat mulai meninggalkan ruangan tersebut. Tampak Elle tengah asyik dengan notes dan pulpennya. Sementara calon tunangannya yang tak lain adalah calon raja dari kerajaan Belanda itu masih tertawa dan berbicara dengan seorang pria yang usianya hanya terpaut satu atau dua tahun darinya. Edwin beranjak. Sudah cukup ia melihat drama romansa spektakuler siang ini. Sepertinya malam ini Elle tidak akan menemuinya lagi. Namun, saat tubuh Edwin belum sepenuhya berdiri. Tiba-tiba Elle menyelinapkan secarik kertas di tangannya tanpa mengucapkan sepatah kata pun, seolah tidak terjadi sesuatu di antara mereka. Edwin menerima potongan kertas itu dan kembali duduk. Untung saja tidak ada yang melihat mereka di sana. Satu tangannya membuka kertas itu sementara tangan yang lain menarik tangan Elle ke dalam genggaman. Dalam kertas itu, tertulis; Datanglah malam ini. Aku menunggumu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN