BAB 2

1072 Kata
MAYA POV Aku di besarkan dari keluarga sederhana dan sejak kecil aku hidup berdua dengan ibuku. Ayahku meninggal semenjak aku berada di dalam kandungan dan rasanya aku sangat merindukan sosok ayahku yang sudah lama telah tiada. Sesekali aku dan ibu pergi ke makam ayah sambil membawakan bunga kesukaannya. Kami berdoa semoga ayah tenang berada di sisi Tuhan dan saat itu aku berjanji kepada diriku sendiri untuk merubah perekenomian keluargaku sehingga aku memutuskan untuk merantau ke kota. Saat itu aku meminta ijin kepada ibu untuk mencari pekerjaan di ibukota Jakarta dan ibu merestui keinginanku. Aku sangat bahagia karena selama ini ibu selalu mendukung keputusanku asal hal itu positif. Waktu itu ibu menyuruhku untuk pergi ke rumah pamanku yang berada di Jakarta. Saat itu aku bertekad untuk berjuang keras agar kehidupanku bersama ibu terjamin. Aku membawa uang seadanya yang selama ini aku tabung selama bertahun - tahun. Aku teringat dengan ibu yang selama puluhan tahun bekerja sebagai buruh pabrik agar bisa menyekolahkanku sampai aku tamat sekolah dan aku memutuskan untuk segera mencari kerja agar aku bisa memberi ibu uang bulanan agar ibu berhenti bekerja mengingat usia beliau yang tidak muda lagi. " Ibu, doakan aku agar bisa diterima bekerja di Jakarta." Kataku sambil membaringkan kepalaku di pundak ibu. " Ibu selalu mendoakan yang terbaik untukmu." Kata ibu sambil mengelus rambutku. Sejujurnya aku sangat ingin mengajak ibu tinggal di Jakarta tetapi beliau bersikeras untuk tetap tinggal di desa karena beliau tidak ingin meninggalkan rumah yang sejak dulu kami tempati. Dengan berat hati aku pergi meninggalkan ibu dan aku berdoa semoga ibu baik - baik saja selama aku tinggal pergi ke Jakarta. Aku menaiki bis yang tujuannya ke Jakarta dan di sepanjang jalan aku di tatap orang dengan pandangan heran. Sepertinya mereka menganggap penampilanku terlihat sangat kuno dan aku menyadari jika aku tidaklah seperti wanita modern pada umumnya. Membutuhkan waktu sekitar lima jam sampai akhirnya aku tiba di Jakarta. Rasanya sudah lama aku tidak ke Jakarta semenjak Paman Haris pindah ke Jakarta dan selama ini hanya paman Haris satu - satunya keluarga yang kami miliki sehingga aku memutuskan untuk tinggal di rumah paman Haris. Saat aku tiba di terminal bis, aku berusaha bertanya kepada orang - orang tentang letak alamat rumah paman Haris sampai akhirnya ada tukang ojek yang mengantarku sampai ke rumah paman Haris. " Terima kasih sudah mengantar saya sampai ke rumah paman." Kataku sambil memberikan uang kepada tukang ojek. " Terima kasih nona. Saya sangat senang membantu anda." Kata tukang ojek itu sambil pergi meninggalkanku. Saat itu aku melihat paman Haris sudah menungguku di teras rumah dan beliau menyuruhku untuk masuk ke dalam rumah. Beliau menyuruhku untuk makan dan minum karena paman tau jika aku sangat kelaparan dan kehausan. Aku merasa paman sangat baik padaku dan ia menganggapku seperti anak kandungnya sendiri. Paman menyuruhku untuk melamar kerja di tempat ia bekerja dan aku sangat bersemangat untuk mencari pekerjaan karena aku sangat ingin merubah kehidupanku supaya lebih baik kedepannya. Saat itu paman menyuruhku untuk beristirahat karena beliau tau aku sangat kelelahan. Waktu itu aku memilih untuk mengirim lamaran ke kantor pamanku karena aku sangat ingin di panggil untuk wawancara kerja. Paman memberiku alamat kantornya dan aku segera pergi ke kantor untuk memberikan lamaranku. Saat tiba di kantor, aku melihat banyak orang yang menaruh lamaran di satpam kantor. Tiba - tiba aku melihat seorang pria keluar dari mobil dan aku terpana melihat ketampanan pria itu. " Sepertinya pria itu adalah calon bos kita. Rasanya aku tidak sabar ingin menjadi sekretarisnya." Kata salah satu wanita yang juga menaruh lamaran dan sepertinya ia sangat berambisi untuk bekerja di perusahaan. Saat itu aku berbincang sebentar dengan wanita itu hingga akhirnya aku memutuskan untuk pulang. Tiba - tiba ada seorang pria yang memanggilku dan ia menyuruhku untuk mengikuti wawancara kerja. Sejujurnya aku sangat terkejut karena di hari itu juga aku langsung mengikuti wawancara kerja dan aku mengikuti prosedur yang berlaku di perusahaan itu. Aku mengikuti wawancara kerja selama lima belas menit dan aku sangat terkejut ketika diterima bekerja sebagai sekretaris di perusahaan itu. Rasanya aku sangat bahagia dan sangat ingin memberitahu ibu tentang hal ini tetapi rasanya tidak mungkin karena ibu berada sangat jauh dariku. Lalu aku di ajak oleh pewawancara untuk bertemu dengan bosku dan rasanya aku sangat gugup untuk pertama kalinya bertemu dengan atasanku padahal tadi aku sempat melihatnya sekilas. Aku berharap kali ini ia tidak mengejekku karena penampilanku yang sangat jauh dari kata modern. Saat aku bertemu dengan bosku, ia terlihat bingung saat bertemu denganku apalagi ia melihatku dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. Aku merasa kali ini akan mendapatkan cemoohan darinya dan saat itu aku berusaha mengenalkan diri di depannya. Waktu itu ia langsung menarik tanganku dan membawaku pergi dari kantor. " Kita mau pergi kemana?" Tanyaku sambil mengikuti langkahnya yang terburu - buru " Kau tidak usah banyak bertanya. Nanti kau akan tau sendiri." Kata pria itu sambil mengajakku masuk ke dalam mobilnya. Rasanya itu pertama kalinya aku menaiki mobil mewah yang biasanya selalu aku lihat saat berada di jalan dan jantungku berdebar kencang saat berada di dekat pria itu. Aku merasa berada di surga saat bersama pria setampan dirinya dan kali ini aku tidak tau ia mau membawaku kemana sampai akhirnya kami tiba di sebuah butik dan aku sangat terkejut ketika ia ingin membelikan baju untukku. Aku sudah merasa jika ia ingin merubah penampilanku supaya aku terlihat lebih modis seperti wanita modern. Aku sangat terkejut ketika ia memilihkan pakaian yang terlihat sangat minim dan aku tidak percaya diri mengenakan baju seketat itu tetapi aku tidak bisa membantah perintahnya ketika ia menyuruhku memakai pakaian itu. Setelah selesai berbelanja, ia mengajakku pergi ke salon dan aku tidak menyangka jika kali ini ia benar - benar ingin merubah penampilanku terutama rambutku. Rasanya sudah bertahun - tahun aku berusaha memanjangkan rambutku dan kali ini aku harus merelakan rambut panjangku di potong dan menyisakan rambutku yang hanya sepanjang pundakku. Sejujurnya aku sangat sedih dengan perubahan yang mendadak seperti ini tetapi aku tidak bisa berbuat apapun karena jika aku membantah maka bosku tidak akan segan untuk menggantikanku dengan orang lain dan aku tidak ingin hal itu terjadi padaku karena aku sangat membutuhkan pekerjaan ini untuk bertahan hidup selama aku berada di Jakarta. Aku berharap ibu bersabar menunggu kepulanganku ke desa karena aku akan berjuang sekeras mungkin agar aku bisa menjadi orang yang sukses dan bisa merubah perekonomian keluargaku. Aku hanya bisa berdoa kepada Tuhan agar selalu memudahkan jalanku untuk menjadi orang yang sukses dan bisa membuat ibuku bahagia.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN