2. Wedding Day

1050 Kata
Relline memandangi wajahnya yang telah di make-up dengan tampilan mewah dan elegan, khas dirinya. Ia tersenyum miring dengan hati yang terpekik senang karena sebentar lagi ia akan menikah dengan pria yang sangat ia inginkan, ternyata bagi Relline mendapatkan sesuatu hal yang diinginkan sangatlah mudah. Karena Papanya pasti akan mengabulkan segala keinginannya, sesulit apapun itu. "Mbak mempelai prianya sudah sampai..." Kata Ellena, salah satu sepupu Relline yang usianya lima tahun lebih muda dari Relline. Ellena menghampiri Relline kemudian menuntun wanita itu keluar dari kamar menuju ruang tamu yang telah dihias untuk acara ijab kabul, sedangkan pesta pernikahan akan degelar secara besar-besaran di sebuah gedung hotel milik Papanya. Wanita itu jelas yang memilih semua konsep pernikahan dengan tema mewah dan elegan, Relline adalah sosok wanita dewasa yang menginginkan pernikahan mewah untuk sekali seumur hidupnya. Mata Relline memandang Bayu yang tengah duduk, didepannya ada Papanya dan para saksi pernikahan. Pria berkacamata itu terlihat begitu gugup dilihat dari gestur tubuh dan ekspresi wajahnya, kalau saja tidak ramai orang disini mungkin Relline akan tertawa melihat wajah lucu Bayu yang sangat menggemaskan. Relline duduk disamping Bayu dengan pria itu yang gugup setengah mati melihatnya sedangkan Relline sendiri terlihat tenang-tenang saja dalam situasi ini. "Saudara Bayu Setiadji Diningrat Bin Sutomo Diningrat, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri saya Relline Nadhira Handoko Binti Handoko Surya dengan maskawin 200 gram perhiasan emas dibayar tunai..." Handoko mengayunkan tangannya yang menjabat Bayu. "S-saya terima nikah dan kawinnya Relline Nadhira Handoko Binti Handoko Surya dengan maskawin tersebut tunai..." Bayu mengucapkan dengan satu tarikan nafas. Bayu dengan ragu mengulurkan tangannya kearah Relline yang langsung mencium punggung tangan Bayu disusul Bayu yang mencium kening Relline, mereka menandatangani buku nikah dan memasangkan cincin dijari masing-masing mempelai. Setelah acara Ijab Kobul, Relline dan Bayu digiring menuju hotel untuk acara resepsi mereka. Sepanjang perjalanan baik Relline dan Bayu hanya terdiam, mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing. Relline yang sibuk dengan fantasi liarnya sedangkan Bayu yang berusaha setenang mungkin agak tak terlihat bahwa ia sedang gugup saat ini. Bayu masih tidak menyangka bahwa ia menikah dengan atasannya sendiri, ia bahkan tak pernah berpikir akan menikah secepat ini. Namun yang mengherankan waktu Handoko mengajaknya bertemu dan menyampaikan maksudnya ia sama sekali tidak bisa menolak permintaan dari Handoko, apakah karena balas budi itu atau ada hal lainnya? Ia pun sedikit merasa heran dengan dirinya sendiri. Mereka tiba di hotel, Relline turun terlebih dahulu disusul Bayu yang menyusul langkah Relline sambil membenarkan letak kacamatanya. Relline menekan tombol lift kearah lantai lima, acaranya berada dilantai teratas yaitu lantai tujuh namun ia dan Bayu akan beristirahat dan membersihkan diri terlebih dahulu di kamar hotel mereka. Mengingat bahwa resepsi pernikahan diadakan pada malam hari dam saat ini masih sore hari, jadi masih tersisa beberapa waktu untuk beristirahat. Relline membuka pintu kamar menggunakan kartu yang ia peroleh dari resepsionis, mereka memasuki kamar suite room yang pastinya Relline-lah yang mempersiapkan karena Bayu sebenarnya tak tau menahu akan hal ini. Relline memperhatikan kamar yang didominasi hiasan berwarna merah, ia mendudukan dirinya ditepi ranjang. Tangannya meraih kelopak bunga yang ditabur dan disusun menjadi pola hati. "Cukup bagus.." Gumam Relline. Bayu menaruh koper milik mereka diujung ruangan, pria itu kemudian mendudukan dirinya di sofa. Tidak mungkinkan ia memilih duduk disamping Relline karena ia takut wanita itu akan marah padanya, sebenarnya ia sangat tidak suka bunga bahkan saat memasuki kamar ini ia bergidik melihat segala hiasan yang ada. Namun ia tidak bisa protes karena protes bukanlah hak kuasanya meskipun ia telah resmi menjadi suami Relline, mengingat kata suami ia jadi geli sendiri. Ia tidak menyangka akan menikah dengan wanita yang lebih tua lima tahun darinya, ia pikir ia akan menikah dengan wanita yang seumuran atau bahkan lebih muda darinya. Tapi takdir yang mengatur segalanya hingga ia bisa berada disini saat ini, sejujurnya ia cukup penasaran kenapa Relline yang cantik mau-mau saja menikah dengannya yang kata orang cupu begini. "Mmm Bu Relline..." Panggil Bayu membuat Relline menoleh kearah Pria itu. "Kita sudah menikah tapi kamu masih memanggil saya Ibu? Oh ya ampun disini bukan kantor Bayu..." Bayu tidak menyangka bahwa respon Relline akan seperti itu, ia juga bingung dengan sapaan yang tepat untuk Relline. Tidak mungkinkan ia memanggil Relline sayang, honey, baby dan lain sebagainya, bagaimana kalau wanita itu malah bergidik jijik. "M-maaf Mbak..." "Mbak? Really? Kamu memanggil istri kamu Mbak? Saya tidak menikah dengan Kakakmu Bayu.." Geram Relline. "Terus saya harus panggil apa Bu-.. eh Mbak-..." Bayu menjadi gugup ketika Relline menatapnya tajam. "Panggil saja Relline." "Tapi saya merasa tidak enak memanggil nama saja, Mbak kan lebih tua dari saya." Mata Relline semakin memandang tajam pada Bayu, ia merasa sangat tersinggung. Apakah dia terlalu tua untuk Bayu sehingga pria itu enggan memanggilnya dengan nama saja? "T-tapi gak apa-apa deh saya panggil nama saja." Ucap Bayu ketika menyadari bahwa ucapannya tadi bisa menyinggung perasaan Relline. "Mmm Relline..." Panggil Bayu agak kagok memanggil Relline hanya dengan nama saja. "Hhmm.." Gumam Relline, wanita itu sibuk memainkan jari-jari kukunya. "Apa alasan kamu mau menikah dengan saya? Apakah kamu terpaksa menikah dengan saya hanya karena permintaan Papa?" Tanya Bayu. Relline yang mendapati pertanyaan itu tersenyum kemudian beranjak mendekati Bayu lalu duduk disamping pria yang kini gugup setengah mati dengan langkah tiba-tiba Relline yang mendekatinya, Relline yang melihat kegugupan Bayu semakin mendekatkan tubuh mereka. "K-kalau semisal k-kamu terpaksa tolong maafkan saya yang asal menerima pernikahan ini tanpa tau menahu akan perasaanmu, karena jujur saya menerima pernikahan ini atas permintaan Papa." Ucap Bayu sedikit terbata. "Saya bahagia.." Bisik Relline kemudian sedikit menjauhkan tubuh mereka karena ingin melihat reaksi Bayu yang sangat menggemaskan menurut Relline. "Saya yang meminta Papa untuk bisa menikah dengan kamu." Bayu mengernyitkan dahinya. "Maksudnya?" "Awal saya melihat kamu... Saya tertarik, dan apa yang membuat saya tertarik akan saya dapatkan. Termasuk kamu.." Relline memajukan wajahnya, ia mengecup bibir bayu sekilas kemudian beranjak menuju kamar mandi meninggalkan Bayu yang terbengong. Ketika menyadari apa yang dilakukan Relline, Bayu memegangi sudut bibirnya. Tak lama pipinya bersemu merah dengan sendirinya, ia menepuk pipinya yang berani-beraninya memanas seperti ini. Aish ia seperti seorang gadis perawan yang diambil ciuman pertamanya saja, tapi itu memang ciuman pertamanya... Sedangkan didalam kamar mandi Relline tersenyum geli ketika tadi sebelum ia beranjak ia sempat melihat pipi Bayu yang memerah, betapa polosnya pria itu dan ia sungguh beruntung bisa memilikinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN