4. Work Day

1133 Kata
Setelah cuti menikah beberapa hari, Relline dan Bayu kembali pada rutinitas mereka yaitu bekerja. Mereka tidak pergi honeymoon karena Relline selaku Direktur Utama sangat sibuk akan pekerjaannya, Rika yang memang tidak menyukai Relline menyindir-nyindir dirinya yang lebih mementingkan pekerjaan daripada putranya. Sebenarnya Relline sudah berbicara kepada Bayu bahwa honeymoon mereka ditunda dan pria itu pun manggut manut saja berbeda dengan mertuanya yang selalu sinis dan menyindir membuat Relline hampir saja ingin menggunakan kuasanya untuk memberikan pelajaran, namun tidak ia lakukan karena sebagai rasa hormat menantu terhadap mertua. Relline berdiri didepan meja rias mematut dirinya yang sudah rapi dengan rok span hitam dan kemeja berwarna ungu muda, ia merapikan sedikit rambutnya kemudian tersenyum menampilkan wajah cantiknya yang begitu memukau. Relline sudah siap kini ia tinggal menunggu Bayu yang sepertinya sedang kesusahan memakai dasinya, Relline pun mendekat dan berinisiatif memasangkan dasi dileher Bayu. "Sini aku pasangin." Relline mengambil alih dasi berwarna coklat tua milik Bayu dan memasangkannya dileher pria itu. "Makasih." Ucap Bayu yang dihadiahi sebuah kecupan manis dibibir dari Relline. "Sama-sama." Setelah memberikan sebuah kecupan dibibir Bayu, Relline beringsut menjauh untuk mengambil tasnya. "Ayo.." Bayu mengangguk dan berjalan berdampingan bersama Relline keluar dari kamar. "Pagi Pa.." "Pagi Pa.." Sapa Relline dan Bayu serentak sambil mendudukan diri mereka disalah satu kursi tepat dihadapan Handoko. "Pagi putri dan menantu kesayangan Papa." Balas Handoko. Relline memang lebih memutuskan untuk mengajak Bayu tinggal bersama dirumahnya dengan Papanya, ia tidak ingin berpisah dari Papanya dan meninggalkan cinta pertamanya itu sendirian di rumah sebesar ini. Untunglah Bayu orang yang penurut dan polos, jadi ia mengangguk saja dengan tawaran Relline. Sungguh beruntung Relline yang suka mengatur dipasangkam dengan Bayu yang penurut, bertolak belakang namun saling melengkapi. Bukankah seharusnya begitukah sebuah pasangan? Menutupi kekurangan dengan kelebihan yang ada pada masing-masing pihak. "Papa gak ngantor?" Tanya Relline ketika melihat pakaian yang dipakai Papanya hari ini terlihat kasual. "Enggak Papa mau istirahat dulu dirumah, sebenarnya Papa mau pensiun mengingat usia Papa sudah semakin tua tapi karena suami kamu yang belum siap menggantikan posisi Papa ya Papa harus terpaksa menghandle semuanya sendiri." Ucap Handoko dengan nada sedikit menyindir. "Pah udah dong jangan godain Bayu mulu." Ucap Relline ketika melihat raut wajah Bayu yang terlihat seperti merasa sangat-sangat bersalah, Handoko pun menyemburkan tawanya. "Ha..ha..ha.. Papa hanya bercanda Bayu, kalau memang kamu belum siap dan ingin belajar dari awal juga Papa setuju. Cuma ya Papa berharapnya kamu segera mengambil alih posisi Papa agar Papa cepat-cepat pensiun dan memiliki banyak waktu untuk cucu Papa nantinya." Ucap Handoko. "M-maaf ya Pa..." Ucap Bayu sedikit merasa tak enak hati karena menolak permintaan Handoko. "Tidak apa-apa, Papa mengerti. Papa juga tau kamu pasti ingin berada di kantor yang sama dengan Relline karena ingin terus bersama Rellinekan?" Dan ucapan Handoki berhasil membuat pipi Bayu bersemu membuat Relline tersenyum, gemas sekali sih kalau saja tidak ada Papanya mungkin saja sebuah kecupan akan mendarat dibibir Bayu saat ini juga. "Udah Pa, kapan sarapannya kalau Papa terus-terusan godain Bayu. Kasihan tuh pipinya sampe merah gitu." Ungkap Relline yang sebenarnya tidak tahan untuk memberikan banyak kecupan karena wajah polos dan menggemaskan Bayu. Setelah sarapan Handoko mengantarkan Bayu dan Relline ke depan pintu, mereka menyalami tangan Handoko bergantian. "Pa Relline sama Bayu berangkat dulu ya, Papa hati-hati di rumah." Handoko tertawa mendengar wejangan sebelum pergi dari Relline. "Harusnya Papa yang bilang seperti itu, kamu dan Bayu hati-hati dijalan." Setelah berpamitan Bayu dan Relline memasuki mobil dengan Bayu yang memegang kemudi. Relline sibuk dengan akun sosial medianya sedangkan Bayu fokus dengan kegiatan menyetirnya, tak ada pembicaraan karena mereka lebih memilih sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing hingga tak terasa waktu yang dihabiskan kurang lebih 20 menit mereka tiba di pelataran kantor. Relline turun terlebih dahulu sedangkan Bayu akan memarkirkan mobilnya diarea parkir kantor. "Pagi Bu Relline..." Sapa seorang resepsionis ketika Relline melewatinya, Relline hanya mengangguk singkat kemudian melanjutkan langkahnya. Seperti itulah Relline di kantor dia akan berubah menjadi sosok bos yang angkuh, pemaksa dan sombong namun ketika di rumah ia akan menjadi putri sekaligus istri yang manis bagi Handoko dan Bayu meskipun sifat pemaksa dan egoisnya tidak hilang baik di rumah ataupun di kantor. Apapun yang dia inginkan harus dituruti jika tidak ingin dipecat seperti harus menyelesaikan laporan dengan cepat dan teliti dan mengantarkan berkas ke ruangannya harus tepat waktu, sosok yang egois dan perfectionis melekat didiri Relline. Relline tak perlu menunggui Bayu agar mereka bisa masuk lift bersama karena Relline menjunjung tinggi yang namanya profesionalitas baik antar urusan pribadi dan urusan hubungan keluarga, Relline tak segan-segan memecat atau memindah tugaskan seseorang yang melakukan kesalahan meskipun masih ada hubungan kerabat dengannya. "Pagi Bu..." Sapa sekretaris Relline yang bernama Nita. "Pagi, Nita coba kamu cek jadwal saya hari ini apa." Nita dengan cekatan mengambil sebuah notes kecil yang berada disakunya. "Hari ini Bu Relline ada meeting bersama Pak Ardi di restoran C&R.." Ucap Nita lalu menutup notes ditangannya. "Oke siapkan semuanya, kita berangkat sekarang." Nita mengangguk lalu mulai menyiapkan beberapa berkas. Relline dan Nita dalam perjalanan menuju restoran C&R dengan diantara seorang supir pribadi kantor, Relline membuka tabletnya untuk memeriksa beberapa email bisnis yang masuk sedangkan Nita fokus untuk mempelajari isi dari berkas yang sedang ia bawa. "Nanti saya telfon kalau kami sudah selesai, sekarang Bapak boleh kembali ke kantor." Ucap Relline yang diangguk Pak Tio. "Baik Bu.." Relline berjalan anggun mendahului Nita memasuki sebuah restoran yang cukup terkenal di kota ini, ia langsung menghampiri meja yang terdapat seorang pria muda yang tengah duduk sambil menyesap secangkir kopi. Relline bisa menganali karena mereka memang sangat sering bekerjasama. "Selamat pagi Bu Relline.." Sapa Ardi, rekan kerja Relline. "Selamat pagi juga Pak Ardi." Balas Relline dan mendudukan dirinya disebuah kursi diikuti Nita yang duduk disamping Relline. "Oke langsung saja kita kembali membahas yang saat pertemuan sebelumnya belum terselesaikan..." "Gak usah terlalu formal gitu ah, gue geli dengernya." Ucap Ardi sambil terkekeh membuat Relline ikut tertawa kecil. Ardi memang bukan sekedar rekan kerja Relline melainkan salah satu sahabat masa SMAnya, Ardi itu sosok pria yang bisa dikatakan idaman namun bukan idaman bagi Relline. Wajar saja mengingat beberapa selera pria yang selalu aneh sudah pasti Ardj tidak termasuk dalam idaman Relline. "Oke sekarang gue mau bahas kontrak kita yang kemarin, jadi gimana?" Nita dengan sigap memberikan berkas laporan kepada Ardi. "Mmm menarik sih.." Ucap Ardi sambil membolak-balik dan membaca berkas ditangannya. "Ya udah gue terima.." "Lo tanda tangan kontrak dulu, sebagai tanda bukti kalau lo setuju." Nita menyerahkan pulpen kearah Ardi. "Nah beres, ayo Nita kita pulang.." Belum sempat Relline beranjak tangan Ardi menahan lengannya. "Eehh mau kemana? Gak mau nostalgia dulu gitu?" Ardi menaik-turunkan alisnya. "Gue lagi sibuk, lain kali aja." Ucap Relline. "Relline ya selalu sibuk." "Kayak lo gak tau kerjaan gue aja." Kekeh Relline. "Tau sih." "Ya udah gue pulang duluan.. Ayo Nita."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN