Merawat Sara saat perempuan itu sakit ternyata tak mengubah sikap Robin menjadi lebih baik pada istrinya. Ia masih sering mengunci Sara jika moodnya sedang buruk .Kadang, Sara bisa kelaparan seharian, karena Robin lupa untuk menyuruh pelayan di rumahnya mengirimkan makanan untuk Sara.
Atau Jika Robin sedang kesal, ia selalu membully dan menyakiti Sara dengan kata katanya. Ia hanya ingin melihat Sara kesal atau merasa terganggu, dan sering kali sampai Sara menangis.
Tapi kali ini, tak pernah ada keluhan dari Sara walau Robin lebih sering memperlakukannya buruk. Walau matanya sering sembab dan bengkak karena menangis, tapi ia hanya diam.
Entah mengapa sepertinya ia mulai jatuh cinta pada Robin.
Dibalik sikapnya yang kasar, Sara melihat ada sisi lain yang kesepian dan sedih. Ia seolah menyembunyikan dirinya yg sebenarnya. Semalam apapun, semabuk apapun Robin pasti kembali kerumah dan menenggelamkan dirinya untuk memeluk Sara. Setiap pagi melihat wajah Robin yang segar dan tampan seolah obat penenang untuk hati Sara.
Seringkali hati Sara merasa terluka saat ia melihat ada bekas lipstik dan aroma parfum wanita di kemeja Robin.
Dulu ia pernah mencoba menanyakan hal itu pada Robin, tapi Robin berbalik marah padanya dan berkata apapun yg ia lakukan diluar sana bukan urusannya dan akhirnya berhari hari Robin bersikap sangat menyebalkan pada Sara.
Tapi Sara mencoba untuk bersabar. Kali ini ia mencoba untuk tak mempedulikan apapun yg dilakukan Robin diluar sana. Selama Robin masih pulang kerumah dan memeluknya erat, itu sudah cukup untuk Sara. Sekasar apapun ucapan Robin padanya, semalam dan semabuk apapun ia pulang, Sara tetap menunggu.
Seperti malam ini, dengan setia Sara menunggu Robin pulang. Menurut Zen, malam ini Robin harus menghadiri acara peresmian usaha baru koleganya.
Waktu menunjukan pukul 2 pagi saat Robin kembali dalam keadaan mabuk.
Saat melihat Sara yg masih terbangun Robin menghampirinya dan menciumnya kasar. Hati Sara terasa sedih, saat melihat leher Robin yang penuh dengan lipstik dan ada sachet kondom yg sudah robek tak ada isinya.
Entah apa yang membuat Sara jatuh cinta pada Robin. Walau bibirnya bergetar sedih ia tetap membersihkan suaminya yg tertidur.
" Selama engkau pulang dan kembali padaku itu sudah cukup" bisik Sara ditelinga Robin seolah meyakinkan dirinya sendiri untuk tetap bertahan demi perasaannya. Sara pun berbaring disisi Robin, dan tanpa sadar Robin segera beringsut memeluk Sara dari belakang. Sara pun menutup matanya dengan perasaan senang, bagaimanapun ia merasa Robin juga membutuhkannya, walau tak mencintainya.
***
Malam belum terlalu larut dan Robin kembali lebih cepat dari biasanya. Sesampainya dirumah ia langsung memasuki ruangan kerjanya tanpa menyapa Sara.
Sara mencoba mengintip dari balik jendela, terlihat, Robin tampak sibuk didepan laptop dan sesekali menghubungi koleganya.
Ada sesuatu yang ingin Sara bicarakan dengan Robin tapi ia memilih untuk mengurungkan niatnya menemui Robin, tapi saat ia membalikan tubuh ternyata ada Zen berdiri di berada di belakang dirinya. Pria itu menatap Sara dengan pandangan datar.
" Zen!" pekik Sara terkejut.
" Kenapa tidak masuk?" tanya Zen mempertanyakan gerak gerik Sara.
" Akh, tak usah, sepertinya Mas Robin sedang sibuk, aku tak ingin mengganggu." jawab Sara cepat.
" Apa ada pesan?" tanya Zen lagi karena tak biasanya melihat Sara bolak balik hendak menemui Robin.
" Akh,tak usah, nanti saja." ucap Sara cepat lalu meninggalkan Zen yang masih berdiri didepan pintu.
Sebenarnya tak ada yang terlalu penting. Tetapi setelah hampir 6 bulan lebih tinggal bersama Robin, suaminya belum mengembalikan dompet milik Sara.
Walau tak banyak, tapi Sara membutuhkan uang yang di dalam atm untuk membeli kebutuhan pribadi.
Robin memang menyediakan semuanya, seperti pakaian, tas, sepatu dan lainnya. Tapi sebagai wanita ia juga membutuhkan uang untuk membeli kebutuhan pribadi.
Sara mengelus pipinya perlahan. Kulit wajahnya mulai terasa kering karena saat ini ia sedang irit menggunakan Skincare. Skincare itu pun ia dapat dari hadiah perkawinannya beberapa bulan yang lalu.
Sebagai perempuan ia ingin merawat dirinya dan membeli hal kecil kecil untuk dirinya sendiri. Tetapi Sara terlalu enggan memintanya pada Robin. Sampai detik ini, ia masih banyak dirumah, tak kemana mana. Untuk soal pekerjaan saja, ia harus mengingatkan Robin dan suaminya itu jarang sekali menanggapi.
Sara mulai merasa bosan dan jenuh hanya menjadi pelampiasan hasrat untuk Robin.
Walau ia mulai jatuh cinta pada pria itu, tapi Sara tak ingin Robin hanya melihatnya sebagai pemuas nafsu saja. Bagaimanapun Sara menyadari, akan ada saatnya Robin merasa bosan pada dirinya dan akan membuangnya. Jika saat itu tiba, Sara harus bersiap siap dan sudah bisa hidup mandiri. Ada rasa sakit, jika ia mengingat hal itu, tapi Sara sadar, ia berada disisi Robin bukan karena cinta, tapi karena dirinya adalah sebuah jaminan.
Sara tengah duduk termenung di depan meja riasnya ketika Robin masuk kedalam kamar.
" Kata Zen kamu mencariku? Ada apa?" tanya Robin mengejutkan Sara yang sedang melamun.
Sara menatap Robin ragu dari balik kaca rias. Lalu ia membalikan tubuhnya dan duduk menghadap Robin yang tengah berjalan ke arahnya sembari membuka kancing kemejanya untuk berganti pakaian.
" Aku…ingin meminta dompetku kembali." ucap Sara pelan tapi pasti
" Dompet?"
" Iya, aku butuh uang untuk membeli kebutuhanku, walau tak banyak, tapi didalam kartu atm aku masih ada uang..."
" Apa yang kurang? Rasanya aku memberikan semuanya." tanya Robin sambil mengganti pakaiannya.
" Aku ingin membeli kebutuhan pribadiku seperti skincare..."
" Beli saja online, nanti aku bayar.." potong Robin
" Aku juga ingin ke salon, rambutku sudah berantakan, harus dipotong" ucap Sara cepat
" Hhmm, jangan jangan ini hanya alasan agar kamu bisa keluar dari rumah?"
" Jujur, saat ini aku hanya butuh itu..."
Robin hanya diam dan tampak berpikir.
" Besok, Zen akan mengantarmu ke mall, kamu tinggal pilih saja, biar dia yang bayar. Ada lagi?" tanya Robin sambil berjalan menuju pintu dan berhenti sesaat sambil menoleh kearah Sara.
Sara menggelengkan kepalanya dan menghela nafas perlahan. Hatinya sedikit kesal dan penasaran mengapa Robin masih bersikeras untuk menyimpan dompetnya.
Sedangkan Robin kembali keruangan kerjanya dan terdiam sesaat mendengar permintaan Sara.
Musti ia akui, sejak menikah dengan Sara, perempuan itu memang seperti ia sembunyikan. Sebenarnya Robin tak pernah bermaksud seperti itu, tapi entah mengapa, hatinya merasa tak ingin orang orang tahu bahwa Sara adalah istrinya yang sah. Ia tak ingin orang orang tahu dan ia tak ingin melihat Sara keluyuran diluar sana. Robin pun menyuruh Zen untuk mengantarkan kemanapun Sara ingin pergi di Mall esok hari.
***
Keesokan harinya Sara sudah berada di Mall bersama Zen.
Wajah Zen yang tampan dengan sorot mata tajam ditambah tubuhnya yang tinggi dan proporsional membuat orang orang tak akan menyangka kalau dirinya seorang asisten CEO sekaligus bodyguard.
Berjalan berjalan beriringan dengan Sara membuat orang orang berpikir mereka berdua sedang berkencan karena sikap mereka yang canggung satu sama lain.
Sara tengah mencari skincare di sebuah counter perawatan kulit. Kali ini ia senang, bisa mencoba skincare yang lebih mahal dari yang mampu ia beli karena Robin menyuruhnya untuk mencari yang terbaik.
" Sudah?" tanya Zen saat Sara berjalan menuju kasir.
Sara mengangguk lalu Zen segera membayarkan semuanya.
" Butuh apalagi?" tanya Zen sambil mengambil kantong belanjaan Sara.
" Aku butuh ke Salon" jawab Sara perlahan karena melihat para penjaga counter memperhatikan dirinya dan Zen. Zen hanya mengangguk perlahan dan mempersilahkan Sara berjalan terlebih dahulu.
Dengan sabar Zen menunggu Sara untuk merapikan rambutnya di sebuah Salon di dalam Mall. Saat selesai, Zen sempat terlihat terkejut sesaat melihat betapa cantiknya Sara. Rambutnya dipotong sebahu sedikit melebihi punggung dan membuatnya tampak lebih segar. Wajah cantiknya yang dulu tertutup rambut kini terlihat semakin jelas.
" Wah cantik sekali, cocok potongan rambutnya dengan wajah mbak. Jadi semakin cantik. suaminya aja tadi terpesona loh..." goda penjaga kasir pada Sara saat Zen tengah membayar.
Zen baru saja hendak menjelaskan siapa dirinya tapi Sara sudah menjawab lebih dulu.
" Terimakasih... semoga suami saya suka ya..." ucap Sara cepat sambil tersenyum.
Mereka pun berjalan beriringan keluar dari Salon.
" Aku lapar..." ucap Sara saat melihat beberapa restoran.
" Mau makan dulu sebelum ke kantor pak Robin?" tanya Zen baru sadar bahwa hari sudah menjelang sore dan sejak tadi Sara belum mengisi perutnya.
Sara mengangguk dan memilih sebuah restoran.
" Duduk saja disini… aku tak ingin makan sendirian" ucap Sara saat melihat Zen memilih tempat duduk yang berbeda dengannya.
Zen pun berpindah tempat lalu duduk dihadapan Sara. Saat makanan tiba dengan telaten Zen menyajikannya di piring Sara.
" Wah, kamu sepertinya jago masak, daging bakar ini enak sekali" ucap Sara memuji panggangan Zen dan memakannya dengan lahap.
" Silahkan makan yang banyak" jawab Zen tenang.
Sambil memanggang daging ia memperhatikan wajah Sara yang tengah makan sangat lahap.
Perempuan itu terlihat pucat dan lebih kurus dari pertama kali mereka bertemu. Ada raut wajah sedih yg terpasang di wajah Sara. Menikahi Robin membuat perempuan itu tampak tak bahagia.
Saat sedang asik makan, tiba tiba Robin menelpon.
" Dimana kalian?" tanya Robin datar.
" Sedang makan, aku belum sempat makan siang" jawab Sara sambil menikmati makanannya.
" Cepat kesini" suruh Robin lalu memutuskan sambungan telponnya.
Sara segera menghabiskan makanannya terburu buru.
" Sudah, tak usah terburu buru. Mall dari sini ke kantor Pak Robin tak begitu jauh. " ucap Zen merasa kasihan melihat wajah takut Sara sembari menuangkan air minum untuk Sara.
Sara mengangguk tapi tetap mengunyah makanannya dengan cepat dan segea membersihkan mulutnya.
***
Robin tampak telah menyelesaikan pekerjaannya saat lift pribadinya terbuka dan melihat Sara keluar dari lift. Ia segera menghampiri Sara dan mencium aroma asap tipis ditubuhnya.
" Kamu bau asap. Mandi sana. " suruh Robin sambil membuka pintu kamar pribadinya di dalam ruangan kantor.
" Tapi aku bawa baju ganti" ucap Sara ragu.
Robin segera membuka cardigan yg menutupi pakaian Sara. Karena mengenakan pakaian tanpa lengan, saat cardigan dibuka terlihat lengan tangan Sara yang bersih dan ramping
"Tak usah pakai cardigan ini, aroma asapnya menempel disini. Lagian lengan ini cantik sekali!" ucap Robin sambil mengelus lengan Sara.
" Ayo kita pulang…Sudah puas berbelanja?" tanya Robin sambil melemparkan cardigan Sara ketempat sampah dan menarik Sara kedalam lift untuk mengajaknya pulang.
Sara hanya mengangguk dan membiarkan Robin memeluknya dan mencium tangannya lembut.
" Aku suka potongan rambutmu yang sekarang. Kamu tampak lebih sexy. " bisik Robin saat di dalam mobil, sambil menarik Sara kedalam pelukannya lalu menciumi wajah Sara sembari meremas remas rambutnya.
" Hmmmp.." jawab Sara perlahan karena mulutnya tertutup mulut Robin.
Sedangkan Zen mengalihkan spionnya sedikit agar tak melihat adegan mesra di belakang.
Hari ini mood Robin sedang baik. Sampai dirumah ia mengajak Sara untuk menemaninya makan malam. Robin tampak mesra memperlakukan Sara.
Tapi setelahnya, sepanjang malam itu Robin menjadikannya bak boneka pemuas nafsu. Tangan dan tubuhnya tampak menempel dimanapun Sara berada.
Setelah puas Robin mengajak Sara untuk mandi bersama. Sepasang suami itu berendam dalam air hangat sambil mendengarkan musik lembut. Sara bersandar di d**a Robin, sedangkan Robin sibuk menghabiskan minumannya sambil melamun.
Sara yang kelelahan tertidur di d**a Robin. Kepalanya sampai terjatuh hampir menyentuh bathtub. Robin segera menyangganya dan baru menyadari Sara tertidur. Perlahan ia membangunkan Sara dan mengajaknya untuk menyelesaikan mandi mereka.Robin berdiri dan keluar dari bathtub dan segera memakaikan handuk untuk dirinya dan Sara.
" Sini, aku gendong" ucap Robin mengulurkan tangannya pada Sara lalu membopong istrinya keluar dari kamar mandi.
Robin menarik handuk dari tubuh Sara saat meletakkannya di ranjang lalu melepaskan handuknya sendiri dan membiarkannya tergeletak dilantai.
Ia menyelimuti Sara sampai leher dan memeluknya dari belakang
" Kamu ingin lagi?" tanya Sara lemas sambil setengah mengantuk seolah bersiap siap melayani Robin.
" Tidurlah.. " ucap Robin sambil memeluknya erat.
Ada rasa tak tega melihat Sara yang kelelahan. Tubuhnya yang kurus dan tampak ringkih itu lama lama akan hancur jika harus melayani nafsu buas Robin.