Sheila tiap hari menemani Adrian di rumah sakit, selain karena permintaan Adrian sendiri juga karena rasa bersalahnya Adrian harus tertembak.
"Suapin ya," pinta manja Adrian. Selma yang berada di situ hanya mengulum senyum.
"I-iya," ucap Sheila salah tingkah dan mengambil semangkuk bubur yang telah dibelinya untuk Adrian.
"Kata dokter kapan kamu bisa keluar?" tanya Sheila sembari menyuapi Adrian bubur.
"Harusnya sih besok tapi aku gak yakin. Nanti aja deh. Seminggu lagi," jawab Adrian. Dia yang sengaja keluar lebih lama dari rumah sakit karena ingin bersama Sheila setiap harinya, memang menunda kepulangannya.
"Jadi kamu sengaja berlama-lama di rumah sakit!" Sheila sengaja menepuk bahu Adrian, untung saja bukan di bagian yang sakit.
"Aduh!" teriak Adrian berpura-pura.
"Sheila jangan kasar gitu dong!" tegur Selma.
"Iya Ma. Dia kok kasar banget," tambahkan Adrian sembari memajukan bibirnya. Sheila hanya mendengus kesal.
"Setelah sarapan aku balik ya. Aku ada urusan lain soalnya," ijin Sheila.
"Tapi kamu balik lagi kan?"
"Liat nanti aja."
Janji Sheila untuk kembali menemui Adrian ternyata tidak terjadi. Hingga malam hari Adrian menunggu kedatangan Sheila tetapi wanita itu tak kunjung menampakkan wajah cantiknya.
Padahal Adrian sudah menyuruh Selma untuk pulang ke rumah dan tidak menemaninya di rumah sakit karena ingin berduaan dengan Sheila. Kini, Adrian hanya seorang diri di kamar perawatan, terasa sunyi dan juga kesepian.
Sheila tiba di rumah sakit tepat pukul dua belas malam. Dia perlahan-lahan membuka pintu perawatan takut Adrian akan terbangun. Benar saja, pria itu kini tidur terlelap di kamar seorang diri. Sheila begitu kasihan melihatnya sendirian.
"Adrian, aku pamit ya. Kamu jaga diri baik-baik," pamit Sheila dan mencium kening Adrian. Pria itu sedikit menggeliat di tidurnya tetapi masih terpejam.
Keesokan harinya, Abimanyu dan Selma terlihat datang mengunjungi Adrian. Abimanyu yang sejak hari itu terkejut mendengar Adrian tertembak, merasakan kesehatannya perlahan-lahan menurun. Mungkin juga karena pengaruh usia.
"Pa, kok dateng ke sini. Kata Mama, Papa butuh istirahat yang banyak," ucap heran Adrian.
"Iya. Tapi masa iya Papa hanya sekali mengunjungi kamu selama kamu di rumah sakit. Apalagi kata Mama kamu masih harus dirawat seminggu lagi."
Adrian yang tersenyum salah tingkah karena kini membuat Papanya ikut khawatir.
"Pa, Adrian sebenarnya udah sehat kok. Adrian hanya ingin berlama-lama di rumah sakit," ungkap Adrian.
"Sengaja? Kenapa?" tanya Abimanyu heran.
"Pa, Ma, Adrian boleh ngomong jujur gak?" tanya Adrian dengan nada wajah serius. Abimanyu dan Selma saling menatap.
"Pa, Ma. Adrian suka sama Sheila."
"Oh iya emang dia anak yang baik," balas Abimanyu belum tahu maksud Adrian.
"Gak Pa. Adrian suka dalam artian, suka ke Sheila sebagai wanita. Adrian sayang dan cinta sama dia."
"Hah!? Adrian? Kamu tahu kan, Sheila itu anak Mama. Kalian bisa dikatakan adalah saudara sambung karena Papa menikah dengan Mama Selma," tegaskan Abimanyu.
"Iya Pa, Adrian tahu. Tapi Adrian bukan saudara kandung. Jadi hubungan kami masih bisa diterima," balas Adrian.
"Astaga," Abimanyu memijat kepalanya yang sakit. Selma kemudian mengarahkannya untuk duduk di sofa.
"Pa, kamu tenang ya. Takut penyakit kamu kambuh,"
"Gimana menurut kamu sayang?" tanya Abimanyu meminta pendapat.
"Aku juga gak tahu Mas. Aku juga bingung."
Abimanyu menghela napas panjang. Begitu banyak wanita di dunia ini, mengapa Adrian malah menjatuhkan pilihannya kepada Sheila yang notabene anak dari istrinya.
Abimanyu juga paham bahwa anaknya ini telah sampai pada titik di mana dia ingin mencoba berhubungan serius dengan wanita. Sejak putusnya hubungan Adrian dan Vannessa Angelica, Adrian memang belum pernah lagi dekat dengan seorang wanita. Hal itu sedikit banyak membuat Abimanyu khawatir karenanya tetapi mengapa harus Sheila, Abimanyu tak habis pikir.
"Papa ingin bicara dengan Sheila. Kita harus mengkonfirmasi apakah dia juga mempunyai perasaan yang sama. Jangan sampai ini cinta sepihak."
"Adrian yakin Sheila punya perasaan yang sama Pa. Tapi untuk mengakuinya sepertinya sulit. Dia terlalu gengsian dan juga takut dengan reaksi Papa dan Mama mengenai hubungan kami."
"Lagipula ini sulit. Sheila telah kembali ke Inggris tadi subuh. Mama hanya dikabari lewat pesan saja," sela Selma.
"Dia udah kembali ke Inggris Ma?"
"Iya. Subuh tadi."
"Apakah dia menghindari kamu Adrian?"
"Sepertinya begitu Pa."
"Jadi apa yang akan kamu lakukan?" tanya Abimanyu ingin mengetahui sejauh mana keseriusan Adrian.
"Adrian akan menyusulnya Pa. Tentu saja setelah Adrian sembuh."
Abimanyu dan Selma tak bisa berkata-kata lagi.
***
Sheila sudah tiba di Inggris. Kepulangannya bukan hanya karena atasan memanggilnya untuk melaporkan mengenai misi mereka yang gagal.
Dia punya alasan yang lebih penting. Kepergiannya diharapkan bisa membuat Adrian melupakannya dan dia juga akan menghapus nama Adrian di hatinya, selamanya.
Mengenai Robert Bailey, Sheila meminta kepada atasannya untuk mengirim Agen K untuk menggantikannya di Indonesia. Apalagi mendengar kabar bahwa Robert Bailey akan menjalankan bisnis haramnya di Indonesia. Mereka juga akan mengirim surat resmi ke pemerintah Indonesia dan meminta kerja sama untuk menangkap Robert Bailey.
Sebulan lebih, Sheila hanya menghabiskan waktu bersantai sesekali mengunjungi tempat atau cafe yang bisa membuatnya rileks. Dia mengambil cuti yang panjang demi menenangkan dirinya di Inggris setelah itu akan kembali fokus kepada pekerjaannya.
Sheila tak lupa mengabadikan fotonya di tempat-tempat dengan pemandangan yang indah nan estetik.
"Sorry!" ucap Sheila yang tidak sengaja menabrak seorang pria dan akhirnya menjatuhkan tasnya.
Dia yang kini berjalan di pinggiran sungai Thames, ingin melihat pemandangan Kota London dari sana. Sungai yang mengalir indah dengan air yang terlihat jernih menjadi salah satu obyek wisata khas Kota London. Para turis dan juga warga asli London sangat senang berjalan-jalan di sekitar sana.
"No problem," ucap pria dan berlalu. Bahkan tidak membantu Sheila. Pria yang tidak tahu sopan santun, pikir Sheila.
Sheila berbalik dan melihat punggung pria itu. Seketika ingatannya kembali saat dia tak sengaja menabrak pria yang sama di bandara beberapa tahun yang lalu.
Punggung pria itu juga mengingatkan dirinya kepada seseorang. Pria yang selama ini berusaha dilupakannya.
"Sheila?" ucap seorang pria membuat Sheila menoleh. Pria yang tadi ditabraknya kini memanggil namanya. Mata Sheila berkaca-kaca menatap pria itu yang kini tersenyum sumringah menatapnya.
"Aku merindukanmu," ucap pria itu lagi dan membuat air mata yang berusaha Sheila tahan kini luruh pipinya. Pertahanan Sheila runtuh seketika. Dia kini berjongkok sembari menutup matanya. Mengapa pria itu kembali di hadapannya setelah dia bersusah payah melupakannya.
Adrian kini ikut berjongkok dan memeluk Sheila yang menangis sesenggukan.
"Kamu ngapain ke sini! Kamu menyebalkan!" Sheila memukul pelan d**a Adrian. Keduanya bahkan tak menghiraukan tatapan heran orang-orang yang melihatnya.
"Karena aku merindukanmu. Hari-hariku begitu sulit tanpa kamu," ucap lembut Adrian dan semakin mengeratkan pelukannya ke Sheila.