AKHIRNYA BERSAMA

1086 Kata
Mobil Adrian memasuki pekarangan rumah Matthew. Suara decitan rem terdengar saat mobil Adrian berhenti. "Sheila! Sheila! Aku...Aku," ucap Adrian dengan napas tersengal-sengal saat turun dari mobilnya. Dia menunduk dan tangannya berpegangan pada lututnya untuk mengambil napas. "Iya Adrian, nanti aja ngomongnya. Kamu masuk dulu," saran Sheila tersenyum geli dan saling melemparkan pandangan dengan Matthew. Adrian mengangguk, menghapus peluhnya kemudian masuk ke rumah. "Aku tinggalin kalian berdua ya. Bicarakan dengan kepala dingin," ucap Matthew. "Iya Bang," ujar Sheila dan Adrian ikut mengiyakan. Matthew kemudian masuk ke kamarnya dan memberikan ruang untuk keduanya. "Aku minta maaf!" ucap keduanya bersamaan. Mereka saling bertatapan kemudian tertawa. "Serius, aku minta maaf," ucap Adrian lebih dulu. "Iya aku maafin." "Gak. Aku yang salah. Aku yang gak jelasin apapun ke kamu dan malah membuat kamu salah paham," tegaskan Adrian lagi. "Iya Adrian. Aku udah maafin kamu." "Soal aku dan Angel, itu hanya masa lalu." "Iya udah jangan dibahas. Aku minta maaf karena aku yang egois sehingga tanpa sadar telah membuka luka lama yang ingin kamu kubur dalam-dalam." "Sheila kita nikah yuk?" ucap Adrian mengeluarkan cincin dari balik saku jasnya sembari berlutut. Kedua tangan Sheila sontak menutup mulutnya yang memberikan ekspresi tak percaya. "Adrian...," lirih Sheila. "Iya. Aku gak mau kehilangan kamu lagi. Aku mau kamu yang jadi pendamping aku seumur hidup dan memberikan Mama cucu yang lucu," ujar Adrian dengan tatapan bersungguh-sungguh. Sheila mengangguk dengan mata berkaca-kaca, "Iya aku mau," jawab Sheila. Adrian segera memasangkan cincin di jari manis Sheila, kemudian memeluknya erat. Cincin yang beberapa hari lalu dibeli oleh Adrian dan akhirnya hanya menjadi penghuni dashboard mobilnya. "Adriaaaan!" teriak Sheila saat Adrian mengangkatnya ke udara. Matthew dan Angel ikut bergabung merayakan kebahagiaan Adrian dan Sheila. Matthew memeluk pinggang Angel sedangkan Angel menaruh kepalanya di bahu suaminya, melihat haru pasangan baru itu. *** Kabar mengenai keputusan Adrian dan Sheila telah sampai di telinga Selma. Tentu saja Selma sangat bahagia dan bersyukur mendengarnya. Keluarga Adrian juga seolah menutup kuping dari omongan orang-orang yang tidak habis pikir dengan jalinan cinta antara Adrian dan Sheila. Bagi Selma, Adrian yang akan menjadi menantunya sama saja akan menjadi anak kandungnya, jadi tidak ada bedanya. Toh sebelum meninggal, Abimanyu Tanuwijaya telah merestui keduanya. Jadi tidak adalagi hal yang menghalangi mereka untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan. Pernikahan Adrian dan Sheila berlangsung private tapi mewah. Ini sesuai permintaan Sheila yang tidak ingin membuat pesta yang ramai. Tentu ada alasan dibaliknya, yaitu misi rahasia Sheila yang mesti dia jalankan. Sheila juga menutupi pernikahannya dari atasan dan rekan kerjanya karena takut dianggap tidak fokus bekerja. Adrian dan Sheila memilih melangsungkan pernikahan di Bali. Tempat yang menjadi lokasi favorit para pasangan. Keindahan dan panorama pantainya membuat siapapun pasti berdecak kagum. Adrian kini berdiri di altar menunggu Sheila yang berjalan. Matanya berkaca-kaca melihat wanita yang sebentar lagi akan menjadi istrinya dari kejauhan. Sheila berjalan sembari menggamit lengan Marvel, berjalan perlahan menuju altar. Senyum mengembang tampak jelas di wajah Sheila. 'i love you' sebuah ucapan tanpa suara diberikan Adrian saat Sheila semakin mendekat. 'love you too' balas Sheila juga tanpa suara. Di tempat duduk, ada Angel yang terus mengelus lengan Selma. Ibu kandung Sheila itu tak henti-hentinya meneteskan air mata haru melihat putrinya kini akan bersanding dengan Adrian-anak tirinya. Baginya itu adalah kebahagiaan yang sulit dilukiskan. Keluarga Adiwijaya juga turut menghadiri pernikahan tersebut, tidak lupa Gea-sekretaris Adrian yang juga duduk sembari tersenyum bangga melihat atasannya yang dijuluki playboy itu, kini telah menemukan tambatan hatinya. "Silakan cium pengantin wanitanya," ucap pendeta setelah prosesi pernikahan selesai. Adrian tanpa menunggu lama langsung mencium bibir Sheila, mengulumnya lembut. Sheila menepuk punggung Adrian agar menghentikan ciumannya. Dia sampai lupa diri. "Huu, nanti aja di kamar Adrian, gak sabar amat!" teriak salah satu teman Adrian yang menetap di Bali dan telah lama menikah juga mempunyai usaha penginapan di sana. Teriakan teman Adrian itu membuat suasana yang tadinya sakral menjadi ceria. Semua tamu undangan ikut terkekeh geli melihat tingkah Adrian. "Kamu sih!" tatap tajam Sheila sekaligus menutupi rasa malunya. Adrian juga mengelus tengkuknya dan menunduk malu. Keduanya kini menerima ucapan selamat, bergantian dan mendoakan agar perjalanan pernikahan mereka berjalan lancar hingga akhir hayat. "Uh lelahnya!" ucap Sheila. Kini dia sudah merebahkan tubuhnya di ranjang tetapi masih memakai gaun pengantinnya. Adrian hanya tersenyum melihat istrinya itu. Dia membuka lebih dulu jasnya dan membuka kancing bajunya bagian atas serta menggulung lengan kemejanya. "Capek ya sayang. Mau aku pijitin?" tawarkan Adrian dengan tatapan mesumnya. "Kamu emang gak capek?" tanya Sheila heran. Apalagi mengingat Adrian yang lebih banyak memastikan acara pernikahan mereka berjalan sesuai rencana. Sheila bahkan dilarang terlibat langsung karena Adrian tidak mau Sheila kelelahan. "Gak dong, sampai pagi juga aku bisa," ucap Adrian ambigu. "Maksudnya?" tanya Sheila tidak mengerti. "Udah. Nanti kamu tahu sendiri," Adrian terkekeh geli karena melihat wajah polos istrinya itu. Adrian kemudian mengambil minyak urut yang telah disiapkan sebelumnya. "Kok kamu punya minyak urut?" "Ehm feeling aja. Aku tahu ini bakalan dibutuhin. Siapa tahu kamu capek dan minta dipijitin." "Oh gitu. Kamu punya feeling yang bagus kalau gitu," puji Sheila dan Adrian mengangguk bangga. Adrian kemudian memberikan minyak pada telapak tangannya dan memulai memijat betis putih nan bersih milik Sheila. Pijatan demi pijatan membuat Sheila merasakan kenyamanan. Dia bahkan sampai menutup mata menikmatinya. Berbeda dengan Adrian yang mereguk salivanya berkali-kali. Keimanannya seolah tergoyahkan hanya memandangi betis Sheila saja. "Adrian," tegur Sheila karena tangan Adrian berhenti memijatnya. "Ah i-iya," ucap Adrian yang tersadar. "Sayang, sepertinya kamu harus ganti baju deh. Apa punggung kamu gak mau aku pijitin?" saran Adrian. "Oh gitu ya. Oke aku ganti baju dulu." Sheila kemudian bangkit dan berusaha membuka gaun pengantinnya. "Adrian bantuin dong!" pinta Sheila. "Oh iya sayang. Segera!" Benar saja, Sheila sekali lagi menggoda Adrian. Punggung putih nan mulus Sheila kini tampak jelas. "Makasih. Aku ke kamar mandi dulu." "Iya sayang." Setelah Sheila masuk, Adrian mengusap wajahnya kasar karena frustasi. Apakah bisa dia langsung menerkam Sheila dan membawanya ke ranjang. Adrian kemudian duduk di meja dan mencicipi minuman yang disiapkan oleh hotel. Seteguk demi seteguk alkohol telah melewati tenggorokannya. Entah apa yang dilakukan Sheila di dalam, sepertinya istrinya itu sudah cukup lama berada di kamar mandi. Adrian bangkit dari duduknya bersamaan dengan Sheila yang membuka pintu kamar mandi. "Sa-sayang!" ucap gagap Adrian melihat Sheila keluar dari kamar mandi memakai gaun tidur hitam yang menerawang. Bibirnya dipoles lipstik merah menyala. Rambutnya diikat satu ke atas. "Adriaaan!" teriak Sheila karena Adrian setengah berlari dan kemudian menggendongnya menuju ranjang. "Siapa suruh kamu menggodaku," ucap Adrian bagikan singa yang sigap menghabisi mangsanya. "Hahaha, kalau gitu aku ingin lihat seberapa besar pengaruhnya aku menggodamu," tantang Sheila mengedipkan satu matanya sembari mengigit bibirnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN