Calon Imam Ku episode Dua Satu
Universitas Madangkara …
Dengan langkah kaki ringan, bibirnya selalu tersenyum serta hati berbunga. Di tangannya terdapat ponsel, digenggam erat ponsel tersebut."Masih pagi, mana mungkin mas Zein akan kemari. Tapi aku sangat ingin bertemu dengannya."
Ckit …
Hampir saja jantung melompat mendengar suara decitan mobil, ia menoleh kebelakang. Mobil ferarry merah berhenti tepat di halaman, gadis itu membalikkan tubuh menatap mobil tersebut. Tak lama kemudian pemilik mobil keluar dari dalam, membuka penutup bagian atas.
"Pagi, Sayang."
"Kamu? Ngapain kamu pagi-pagi sudah ke sini?" omel Faeyza seakan melupakan bahwa pria itu juga merupakan seorang mahasiswa.
"Za, pertanyaan mu sungguh tidak masuk akal. Kamu lupa kalau aku juga salah satu mahasiswa di sini. Atau kamu berharap yang datang itu Kak Zein? Kamu jangan bermimpi di siang bolong begini. Kak Zein itu seorang owner sekaligus CEO ZEM, dia harus pergi ke kantor. Lagi pula dia itu tidak perlu menjadi mahasiswa lagi, pendidikannya saja sudah S3, aku juga … kalau bukan karena Ayah ku meminta ku mencari jodoh aku juga lebih enak di kantor. Tapi kalau sekarang aku lebih suka di sini, karena aku bisa melihat mu," balas Tanvir dengan senyum manisnya.
Faeyza masih diam menatap teman sekelasnya tersebut, memang benar apa yang pria itu katakan. Ia menghela napas, bahunya melorot. Hayalan dan haraan akan bertemu dengan pria pujaan hatinya terpaksa harus ambyar.
"He? Kenapa wajah mu berubah seperti itu? Jangan bilang kalau tebakan ku benar," kata Tanvir.
"Apakah perusahaan ZEM tidak menerima kerja paruh waktu? Siapa tahu saja aku bisa kerja di sana. Aku butuh uang, kamu tahu bukan kalau keluarga ku tidak sekaya dirimu," bukannya menjawab, gadis malah mencari cara agar bisa selalu dekat dengan Zein.
"Nggak ada, kecuali kamu mau menjadi OG. Aku bisa daftarkan kamu di perusahaan Kak Zein," jawab Tanvir dongkol, sengaja menawarkan pekerjaan paling rendah agar gadis itu menolak.
"Baik, aku setuju," kata Faeyza cepat tanpa sedikit pun ada keraguan di dalamnya. Tanvir melongo, belum pernah dia melihat seorang wanita bersedia menerima pekerjaan rendah hanya karena ingin mendapatkan penghasilan.
"Tanvir, kamu sangat baik. Bagaimana kalau kita berangkat sekarang saja? Tadi aku mendapatkan kabar kalau bu Fitri mengganti jadwal menjadi pukul 2 siang." Faeyza langsung menarik tangan Tanvir membawanya menuju mobil seakan mobil Fararry itu adalah miliknya.
"Kasihan sekali kamu, Sayang ku. Kamu harus kerja menjadi OG hanya karena butuh uang, kalau saja kamu bersedia, aku bersedia memberimu uang tiap bulan. Cukup kamu menikah dengan ku saja," kata Tanvir saat mereka sudah duduk dengan nyaman di dalam mobil.
Faeyza melotot galak."Siapa yang mau menjadi Istri seorang pria yang suka mengomel seperti mu?! harusnya seorang pria itu seperti mas Zein, dia hanya akan bicara kalau diperlukan, bukan seperti mu yang selalu saja mengomel dan narsis."
"Siapa yang suka mengomel dan narsis?!" balas Tanvir tersungut-sungut karena gadi itu membandingkan dirinya dengan Zein. Faeyza memalingkan muka, sudah jelas kalau pria itu memang suka mengomel dan ditambah lagi, suka marah.
"Sudalah, ayo kita berangkat. Jangan sampai pendaftaran tertutup."
"Kamu tenang saja, aku ini juga Presiden Direktuk perusahaan ZEM. Jadi kalau aku bilang kamu bisa kerja ya bisa, kecuali kalau Kak Zein yang langsung melarang mu. Karena keputusannya adalah mutlak," balas Tanvir sambil menghidupkan mesin mobilnya, setelah itu ia melajukan mobil tersebut.
ZEM Corp …
Safira mengira kalau hari ini Tanvir akan datang dan Zein belum kembali, dia sengaja menggunakan baju seksi untuk menarik perhatian bossnya tersebut, ia pun melangkahkan kaki menuju ruangan Presiden Direktur. Langkahnya terhentik ketika melihat sosok Zein Ekky Maulana berjalan menuju, gadis itu segera bersembunyi agar tidal diketahui oleh Owner sekaligus CEO ZEM tersebut. Kalau tidak dirinya akan langsung dipecat dan tidak bisa bekerja lagi di perusahaan manapun.
"Pagi, Pak," sapa seorang pria.
"Selamat pagi," balas Zein ramah, pria itu memang terlihat sangat ramah tapi sangat tegas ketika memberikan sangsi tidak ada yang bisa membantahnya. Pria bermata safir tersebut masuk ke dalam ruangannya.
"Sudah dua tahun aku tidak mengurus perusahaan ini, Tanvir sangat baik dalam mengurusnya. Aku harus mulai bekerja sekarang," katanya sambil berjalan menuju kursi kebesarannya. Perusahaan ZEM adalah perusahaan berlian terbesar, sekaligus penerbit buku n****+ religi. Sekalipun usaha penerbitan n****+ itu masih baru dibuka selama tiga tahun, tapi sudah banyak yang mempercayakan novelnya di perusahaan tersebut.
Di atas meja terdapat sebuah sktesa kalung terbuat dari belian, kalung tersebut digambar dengan sangat indah. Zein mengambil gambar tersebut dan memperhatikannya."Gambar yang sangat bagus, siapa yang bisa menggambar sebagus ini?"
Pria itu mengambil telpon lalu menghubungi asistennya."Rizky, apa kamu tahu siapa yang menaruh sketsa gambar kalung di meja ku?"
"Saya tidak tahu, Pak. Tapi kemarin Presdir Tanvir masuk ke dalam ruangan Bapak," jelas Rizky.
"Baiklah, aku akan tanya Tanvir," jawab Zein, setelah itu ia menutup panggilan telponnya. Dia mengambil selembar kertas dan pensil setelah itu mulai melukis sebuah cincin.
Setelah selesai, ia memeriksa laporan yang sudah menumpuk di atas mejanya."Baru masuk pekerjaan ku sudah sangat banyak," katanya.
Di sisi lain, Tanvir bersama Faeyza masuk ke perusahaan ZEM. Mereka melangkahkan kaki menuju ruangan Zein."Kantor ini besar sekali," kata Faeyza kagum.
"Kalau kecil itu rumah mu," balas Tanvir tersenyum tipis.
"Iya, iya, Presdir. Sudalah, mana ruangan mas Zein? Kenapa dari tadi aku tidak menemukannya?" jawab Faeyza tidak sabar.
"Ini kita sampai, aku harus mengetuk pintu duli. Bagaimana pun juga jabatan Kak Zein itu paling besar, karena dia adalah Owner yang merangkap menjadi CEO. Bahkan dewan komisaris saja tidak dapat membantah ucapannya," kata Tanvir. Ia mengulurkan tangan mengetuk pintu tersebut.
Tok …
Tok …
Tok …
"Masuk."
Tanvir membuka pintu tersebut, Faeyza terdiam melihat penampilan Zein hari ini. Pria itu mengenakan kemaja warna Cinnampn dan celana Penny, sama persis dengan sosok pria yang ada dalam mimpinya. Dia semakin yakin kalau orang yang ada dalam mimpinya itu memang Zein Ekky Maulana.
Zein mengangkat kepalanya."Tanvir, kenapa kamu kesini? Bukankah tadi kamu bilang ada kelas?"
"Faeyza butuh pekerjaan, dia ingin mencari OG paruh waktu di sini. Meski sebenarnya di sini tidak ada pekerjaan paruh waktu, tapi khusus untuknya Kak Zein izinin ya? Anggap ini khusus untuk calon adik ipar mu," balas Tanvir sambil melangkahkan kaki mendekati Kakaknya. Sedangkan Faeyza masih berdiri di depan pintu, segala macam bayangan tentang pria rupawan berbaju warna Cinnamon itu muncul di kepalanya.
"Apakah sungguh mas Zein adalah sosok pria yang ada dalam mimpi ku?" batinnya semakin penasaran.