6. Akta Nikah

1670 Kata
Perasaan Lyria tidak bisa dijelaskan saat ini. Dia benar-benar telah mendapatkan akta nikah dengan Axelsev Leander, penerus dari Leander Grup yang digilai oleh banyak wanita. Lyria pasti akan dikutuk oleh ribuan wanita jika sampai mereka tahu bahwa ia kini sudah mendapatkan sertifikat pernikahan dengan Axelsev. "Ke mana kita akan pergi sekarang?" tanya Lyria. "Ke rumah kita." Axelsev berkata dengan lembut. Rumah kita? Lyria sudah lama kehilangan rumah. Rasanya hangat menyebar di dalam diri Lyria karena kata-kata Axelsev. Setengah jam kemudian mobil Axelsev yang diikuti oleh empat mobil sedan lain telah sampai di sebuah kediaman yang menempati ribuan hektar tanah. Lyria tertegun, dia seperti sedang melihat sebuah istana yang sangat megah. Apakah ini tempat yang akan menjadi rumahnya? "Ayo turun." Axelsev menarik kembali kesadaran Lyria. Ketika mereka turun, puluhan pelayan segera menyambut mereka. Seorang pria berpakaian hitam putih menyambut Axelsev dan Lyria. "Selamat datang di rumah, Tuan Axelsev." Pria itu merupakan kepala pelayan Axelsev di kediaman lamanya, tapi karena dia mungkin akan berada di negara itu cukup lama maka dia memanggil kepala pelayannya serta puluhan pelayan lain untuk mengurus kediaman barunya yang akan ia tempati bersama dengan Lyria. "Lyria, ini adalah Peter, kepala pelayan di kediaman ini," seru Axelsev. "Dan Peter, ini adalah Nyonya Lyria, istriku." Wajah Peter tampak terkejut, dia menatap Lyria beberapa saat sebelum akhirnya tersenyum segan. "Selamat datang di rumah, Nyonya Lyria." "Terima kasih." "Jika kau membutuhkan sesuatu kau bisa memberitahu Peter," seru Axelsev. "Ya." "Ayo masuk." Axelsev meraih pinggang Lyria. Awalnya Lyria terkejut, tapi kemudian dia mengikuti langkah Axelsev. Dia harus membiasakan dirinya mulai dari sekarang. Dia merupakan istri Axelsev dan dia akan menjalankan tugasnya dengan baik. "Jika kau tidak menyukai design rumah ini kau bisa mengubahnya sesuka hatimu." Axelsev hanya ingin Lyria nyaman di kediaman mereka. Dia percaya bahwa apapun yang diatur oleh istrinya akan terlihat baik. Axelsev membawa Lyria ke kamar mereka. "Ini adalah kamar kita." Telinga Lyria memerah. Mulai hari ini dia akan berbagi kamar dengan pria yang baru dia temui tiga kali. Bukankah hidup benar-benar penuh teka teki? "Apakah kau menyukai kamar ini?" tanya Axelsev. Lyria melihat ke sekeliling dan kamar itu lebih luas berkali lipat dari kamar yang dia tempati di kediaman neneknya. Suasana ruangan itu juga sangat nyaman dan mewah. Lyria tidak mungkin tidak menyukainya. "Ya. Ini sangat nyaman." "Aku senang mendengarnya kalau begitu." Axelsev berkata pelan. Ponsel pria itu berdering. Itu merupakan sebuah panggilan bisnis. "Aku akan menjawab telepon, kau bisa berkeliling kediaman ini, Peter akan menemanimu." "Baik." Lyria kemudian keluar, ia mulai berkeliling dengan Peter. Kediaman itu benar-benar luas dengan fasilitas hiburan dan kebugaran yang lengkap. Selain itu terdapat taman bunga subur, air mancur dan air terjun buatan yang membuat halaman belakang kediaman itu sangat nyaman dan indah. Hampir di setiap sisi kediaman itu dijaga oleh penjaga dan diawasi dengan kamera pengintai. Tidak akan ada penjahat yang bisa menembus tingkat keamanan kediaman itu. Setiap detail tempat itu merupakan bukti kekayaan seorang Axelsev Leander. Setelah berkeliling, Lyria kembali ke kamar. Axelsev baru saja menutup panggilan. Pria itu segera mendekati istrinya. "Bisakah aku kembali ke rumah nenekku?" tanya Lyria. "Kenapa kau ingin kembali ke sana? Apakah kau berpikir untuk hidup terpisah dengan suamimu?" "Bukan seperti itu. Aku akan mengambil barang-barangku dari sana." "Lakukan nanti saja. Semua keperluanmu sudah disiapkan." Axelsev memeluk pinggang Lyria. Lyria tersentak, dia tidak terbiasa dengan sentuhan tiba-tiba seperti ini. Senyum geli tampak di wajah Axelsev. Istrinya benar-benar seperti kelinci putih yang sedang berada dalam cengkraman serigala. "Lyria, aku benar-benar tidak bisa menahan diriku. Aku sangat ingin menyentuhmu." Axelsev membelai kepala Lyria dengan lembut. Wajah Lyria tersipu. Dia tidak membenci sentuhan Axelsev, sebaliknya dia sangat menyukai sentuhan pria itu. Dan itu dibuktikan dengan seberapa dia menikmati cinta satu malam yang pernah terjadi di antara mereka. "Aku pikir aku ini masih sangat siang, Axel." Lyria memanggil Axelsev dengan panggilan yang biasa dilakukan oleh keluarga dan teman-temannya. Lyria sudah tidak lagi bicara formal dengan suaminya karena permintaan dari Axelsev sendiri. Axelsev terkekeh geli. "Tidak ada aturan tidak boleh bercinta di siang hari, Istriku." Lyria sudah beberapa kali mendengar Axelsev memanggilnya istri setelah mereka resmi menikah. Lyria sangat menyukai suara seksi Axelsev. Mungkin sebentar lagi dia akan tergila-gila pada suaminya. Tidak akan sulit jatuh cinta pada Axelsev jika pria itu terus memperlakukannya seperti ini. Axelsev mencium bibir Lyria, segera pikiran Lyria menjadi kosong. Setelah beberapa saat Axelsev melepaskan ciumannya dari bibir manis Lyria, pria itu kemudian mendekatkan mulutnya ke telinga Lyria. "Istriku, kau benar-benar menggoda. Aku tidak bisa mengendalikan diriku. Katakan padaku apa yang bisa aku lakukan?" Lyria menatap iri abu-abu perak Axelsev. "Jika kau menginginkannya mari kita lakukan." Axelsev senang Lyria tidak menolaknya. "Istriku, aku menyukaimu pada pandangan pertama. Kau akan menjadi satu-satunya yang akan menemaniku sampai tua." Semakin banyak Axelsev berkata, Lyria semakin terlena. Suara hangat pria itu membuat hati Lyria yang telah mati rasa kini merasakan lebih banyak kehangatan. Untuk kali ini saja, Lyria ingin mengandalkan orang lain. Dia ingin dilindungi dan dicintai dengan cara yang benar dan tidak terbagi. "Jika suatu hari nanti kau menemukan wanita yang kau cintai maka berbicaralah padaku. Aku sangat benci dikhianati." Lyria berkata sungguh-sungguh, pengalaman dikhianati oleh orang yang dia cintai telah membuat jiwanya layu. Dia tidak ingin merasakan hal itu untuk yang kedua kalinya. "Aku juga sama sepertimu, sangat benci dikhianati. Namun, aku tidak akan pernah membiarkan kau berdekatan dengan pria mana pun kecuali aku, begitu juga dengan aku. Hanya kau satu-satunya wanita yang aku izinkan menyentuh tubuhku. Hanya kau yang satu-satunya aku izinkan masuk ke dalam hidupku." Lyria sudah cukup mendengar kata-kata manis Axelsev. Wanita itu sedikit berjinjit lalu mencium kembali bibir Axelsev. Senyum kecil terlihat di wajah Axelsev, dia menyukai kelinci kecilnya mengambil inisiatif sendiri untuk menciumnya. Axelsev menggendong Lyria, membawa istrinya menuju ke ranjang lalu kemudian mencium istrinya lagi. Setelah puas menjarah mulut Lyria, bibir Axelsev berpindah ke leher angsa Lyria lalu kemudian menghisapnya dan meninggalkan jejak kepemilikan di sana. Kedua tangan Axelsev membuka pakaian Lyria hingga yang tersisa hanyalah celana dalam dan bra saja. Axelsev sangat menyukai pemandangan di depannya. Itu merupakan pemandangan terbaik yang pernah ia lihat seumur hidupnya. Tangan pria itu membuka kaitan bra Lyria lalu kemudian mulai menyentuh p******a Lyria. Meremasnya seperti mainan favoritnya. Erangan keluar dari mulut Lyria saat jari Axelsev bermain dengan putingnya. Rasa seperti tersengat listrik sampai ke bagian kewanitaannya. Axelsev menarik tangannya, menggantikannya dengan mulutnya. Lidahnya mulai membelai puncak paayudara Lyria lalu setelah itu menghisapnya dan menggigitnya dengan gemas. Suara desahan Lyria semakin terdengar. Wanita itu menggerakan kakinya dengan gelisah. Bagian bawah tubuhnya mulai berdenyut-denyut. Tangan Axelsev berpindah ke bawah, ia bermain-main dengan milik Lyria yang sudah basah. Tubuh Lyria memang memberikan reaksi yang sangat baik setelah ia sentuh. Lidah panas Axelsev terus menjelajahi tubuh Lyria, pria itu menarik celana dalam Lyria lalu membuangnya ke lantai. Lyria merasa malu ketika Axelsev memperhatikannya dengan mata yang menggoda. "Kau benar-benar cantik, Istriku." Suara Axelsev terdengar berat. Detik selanjutnya pria itu mulai menjarah tubuh Lyria lagi. Ia membuka kemeja putihnya dengan tergesa-gesa, lalu beralih ke sabuk dipinggangnya dan celananya. Kedua tangan Axelsev meraih kedua kaki Lyria lalu berikutnya Axelsev mulai menghujam Lyria, memberikan kesenangan pada istrinya. Suara desahan dan erangan memenuhi ruangan itu. Peluh membasahi tubuh Lyria dan Axelsev. Kamar itu menjadi saksi bisa bagaimana tubuh keduanya terjalin menjadi satu. Ketika mereka selesai hari sudah sore keduanya baru berhenti. Lyria terlelap di ranjang karena kelelahan. Wanita itu bahkan tidak repot memakai pakaiannya. Axelsev menyelimuti tubuh Lyria, lalu setelah itu ia memperhatikan wajah cantik Lyria. "Bahkan dalam tidur pun kau masih sangat menggoda, Lyria." Jari telunjuk Axelsev menelusuri garis rahang Lyria yang indah. Pria itu telah melihat begitu banyak wanita cantik, tapi menurutnya tidak ada yang lebih cantik dari Lyria. Lyria bergerak mencari kenyamanan. Wanita itu memeluk pinggang Axelsev seperti gurita. Ia menempelkan wajahnya ke d**a Axelsev, dan rasanya begitu nyaman. Lyria menjadi lebih nyenyak. Sudah lama sekali dia tidak tidur tanpa beban seperti sekarang. Axelsev awalnya tidak mengantuk, tapi pada akhirnya dia juga terlelap di sebelah Lyria. Lyria terjaga ketika perutnya terasa sangat lapar. Wanita itu membuka mata dan dia terkejut melihat d**a telanjang Axelsev di depannya. Kemudian dia menyadari posisi yang cukup memalukan baginya. Dia memeluk Axelsev sangat erat. Malu, Lyria perlahan melepaskan tangannya dari tubuh Axelsev, tapi gerakannya membuat Axelsev terjaga. "Kau sudah bangun," seru Axelsev dengan suara berat. "Ya." "Apakah kau lapar?" Axelsev ingat bahwa mereka melewatkan makan siang. Dan ketika ia melihat jam, itu sudah melewati jam makan malam. Lyria menganggukan kepalanya. "Baiklah, tunggu di sini, aku akan meminta Peter untuk menyiapkan makan malammu." "Ya." Axelsev turun dari ranjang, pria itu memakai kembali pakaiannya. Lyria memerah karena ternyata Axelsev telanjang ketika mereka tidur. Setelah Axelsev pergi, Lyria menyingkap selimut. Ia melihat tubuhnya dipenuhi oleh jejak kepemilikian Axelsev. Pria itu benar-benar buas. Merasa tubuhnya lengket, Lyria turun dari ranjang. Ia merasa sakit di bagian bawah tubuhnya. Tidak heran, tadi ia dan Axelsev sangat bersemangat. Melangkah perlahan, Lyria akhirnya sampai ke kamar mandi. Wanita itu mengisi air bak mandi dengan suhu yang sesuai. Setelah cukup terisi ia baru masuk ke dalam sana. "Ah, sangat nyaman." Lyria mendesah lega. Lyria berada di dalam bak mandi untuk waktu yang tidak terlalu lama. Dia harus bergegas karena perutnya sangat lapar. Ketika Lyria sampai ke ruang pakaian yang dua kali lebih luas dari kamarnya, Lyria tercengang. Ruangan itu lebih tepatnya seperti sebuah toko pakaian. Di bagian tengah terdapat etalase kaca yang berisi banyak jam bermerk dan perhiasan yang sangat indah. Di lemari yang menempel ke dinding, ada deretan tas dan sepatu yang dirancang oleh perancang terkenal. Itu semua edisi terbatas. Untuk Lyria yang berkerja di dunia fesyen, dia jelas tahu bahwa harga-harga pakaiannya lebih mahal dari harga mobil yang sering ia kendarai untuk bekerja. Dari tas dan sepatu, Lyria melihat ke baju-bajunya, entah itu pakaian dalam atau gaun santai dan gaun pesta semuanya edisi terbatas. Lyria tercengang. Dia tidak pernah memikirkan bahwa dia akan mengenakan pakaian yang sangat mahal seperti ini. Suaminya benar-benar murah hati. Pria itu membelanjakan uangnya untuk membelikan kebutuhannya dengan kualitas terbaik dan indah. Memikirkan hal ini, Lyria merasa tersanjung. Axelsev benar-benar memperlakukannya dengan baik, setidaknya tentang kebutuhannya pria itu sangat perhatian.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN