Jaga Lintang

1002 Kata
Keesokan harinya, Ajeng masih menjualkan dagangan kue ibunya, tapi tidak sebanyak biasanya. Ada sedikit kelegaan yang dia rasakan sejak tidak menitip kue di sekolah serta tidak ‘menumpang’ mobil Lintang, Ajeng merasa terbebas dari tatapan sinis Leslie dan teman-temannya. Tapi, dia tidak beruntung siang ini. Saat pulang dari sekolah, tiba-tiba mobil Lintang berhenti di sisinya yang sedang berjalan sendirian menuju ujung lorong. Hari itu Gita tidak masuk sekolah karena sakit perut di pagi hari, dan tentunya hanya Lintang yang sendiri di dalam mobil karena dia yang menyetir. Ajeng menolak awalnya, tapi Lintang tetap memaksa, karena merasa kasihan dengan Ajeng yang wajahnya merah menahan panas. Melihat wajah Lintang yang memaksa, Ajeng masuk dalam mobil setelah melihat ke sekelilingnya dan merasa aman. “Eh, duduk di depan dong. Aku bukan sopir gr*b,” ujar Lintang saat Ajeng sudah duduk di bangku belakang. Ajeng pun ke luar lagi hendak pindah duduk di samping Lintang di bagian depan mobil. Dia kaget, ternyata mobil yang dikendarai Alea tepat di belakang mobil Lintang. Apa yang diresahkan Ajeng bahwa Alea akan mengadukan ke Leslie adalah benar. Keesokan harinya, Leslie, Noni dan Alea langsung memantaunya. Pada saat Ajeng berada di toilet sendirian, ketiga gadis cantik itu mendatanginya dan langsung mengepungnya di dalam toilet. Dengan bebas Leslie mengancam dengan wajah bengisnya bahwa dia tidak main-main kali ini. Dia benar-benar muak dengan Ajeng yang dia pikir pandai mengambil kesempatan berduaan dengan Lintang. Tapi… “Hari ini aku beruntung, nilaiku tinggi dan aku sedang senang. Jadi aku nggak menghukummu. Tapi ingat, lain kali aku akan membuat perhitungan dengan kamu.” Leslie mengulurkan waktu menghukum Ajeng. Hampir saja tangannya ingin menjambak rambut kucir Ajeng, tapi tangan Noni dengan cepat pula menahannya. Setelah membiarkan Ajeng pergi bebas, Noni menegur Leslie agar tidak berlebihan dalam bersikap. “Kamu seharusnya tidak sejauh ini dengan Ajeng. Dia memang pendiam, orang pendiam itu berbahaya kalo terus ditekan. Kamu nggak khawatir seandainya dia dendam dan melakukan sesuatu yang bisa bikin kamu celaka.” Tidak terima dengan saran Noni, Leslie balas kata-kata Noni dengan sikap kesalnya. “Kamu nggak ngerti perasaanku, Noni. Setiap kali aku ke rumah Lintang, aku tidak pernah dianggap sama Mama Lintang, malah sibuk dengan Ajeng. Aku sudah berusaha membantu dan mengambil hati, tapi Ajeng yang dia perhatikan.” “Tapi bukan begini caranya. Kenapa kamu nggak mempertanyakan Lintang?” “Kamu pikir aku bodoh? Menanyakan Lintang? Menanyakan sejauh mana perasaannya dengan Ajeng? Yang ada nanti dia dengan senangnya mengejekku kamu cemburu dengan Ajeng? Ha? Ajeng? Dia bukan levelku.” Noni menggeleng tak setuju dengan sikap berlebihan Leslie. Dia menyesal ikut menumpahkan kue dagangan Ajeng suatu pagi dan menghardiknya pula. Entah kenapa, mengingat wajah pasrah Ajeng membuatnya merasa bersalah, tapi dia juga enggan meminta maaf. “Sudah.” Alea merangkul bahu Leslie menenangkan. “Kamu fokus Lintang, bila perlu kamu tambah waktu kebersamaan kalian. Libur bareng kek, kasih perhatian lebih. Hm … kamu tau maksudku?” “Aku bukan penjaja diri kayak kamu, Al. Merendahkan diri demi cinta.” Alea tertawa kecil. Sudah menjadi rahasia ketiganya bahwa dia dan kekasihnya Alaric berpacaran bak suami istri. “Ya sudah. Aku hanya memberi saran, dan terbukti Alaric baik-baik saja denganku dan nggak kepikiran menoleh perempuan lain.” Leslie menggeram, entah kenapa dia sangat mencemburui Ajeng yang selalu memiliki kesempatan berdekatan dengan Lintang. *** Sore ini Ajeng menghabiskan sorenya di rumah Gita. Kalau sudah berdekatan dengan Gita, lelah pikiran dan gelisah Ajeng bisa hilang dalam sekejap. Gita adalah gadis manja yang periang dan tidak cepat tersinggung. Dia juga lucu dan asyik diajak bicara. Temannya memang sangat banyak, baik di sekolah maupun di media sosial. Tapi dia mengaku hanya Ajeng teman yang paling tulus dekat dengannya. Sedari SD selalu bersama-sama, meski berbeda sekolah, mereka hampir setiap hari menghabiskan waktu bersama. Ada saja yang mereka bicarakan, dari soal sekolah, hal-hal yang sedang trendi dan viral sampai masalah cowok ganteng di sekolah. Lucunya, lelah memikirkan cowok ganteng di sekolah, mereka pada akhirnya mengakui bahwa Lintang adalah cowok yang paling ganteng di sekolah, lalu kedua jatuh kepada Alaric, kekasih Alea. “Hah. Cowok-cowok ganteng semua pada laku. Ayo kita ke Korea saja, di sana banyak cowok ganteng, Ajeeeeeng.” Gita berseloroh dan heboh sendiri saat tidak sengaja wajah artis cowok Korea berseliweran di beranda media sosialnya. “Hm, ramalan bintang.” “Wah, apa nih.” “Soal dendam kesumat. Capricorn, hm … kamu Capricorn kan Jeng.” “Apa tuh.” “Di sini dibilang bahwa cewek Capricorn itu setia. Soal dendam, dia emang nggak pendendam. Tapi kalo ada kesempatan datang, dia bisa kejam.” Gita melirik ke Ajeng yang senyum-senyum. Ternyata Ajeng sedang memperhatikan keseriusan Gita saat membaca ramalan bintang, yang menurutnya kuno dan tidak perlu dibesar-besarkan. “Kamu ada dendam nggak sama aku?” “Ada.” “Ih, Ajeeeeeng.” Gita merengek pura-pura ketakutan. “Iya. Aku mau balas dendam baiknya kamu sama aku selama ini.” Wajah Gita merona melihat bibir Ajeng berucap, senyum di wajahnya menunjukkan ketulusan luar biasa, seolah tidak pernah merasakan luka di hatinya. *** Ada kabar yang agak menyedihkan dari Batam, kampung halaman asal Widya. Kakak Widya satu-satunya yang bernama Wisnu, sedang berada di rumah sakit, karena mengalami kecelakaan motor. Memiliki hubungan emosional yang sangat dekat, Widya berangkat ke Batam bersama Gita. Sebenarnya Lintang juga diajak dan sudah memiliki tiket, tapi karena Lintang tiba-tiba sakit dan demam yang cukup tinggi, Widya dengan terpaksa meninggalkan Lintang sendirian di rumah. Widya terlihat sangat panik karena Wisnu dikabarkan semakin kritis. Dalam keadaan panik, dia meminta Arni dan Ajeng mengawasi Lintang, bahkan menginap di rumahnya saja. “Ajeng. Kamu temani Masmu ya?” Ajeng ragu mengangguk. Baru kali ini dia ditugaskan menemani Lintang yang sendirian di rumah. Sebenarnya bisa saja Widya menyuruh teman dekat Lintang, tapi dia yakin mereka pasti kurang telaten, dan dia percaya Ajeng bisa menjaga Lintang dengan baik. Lagi pula, sakit Lintang juga tidak parah, akan tetapi tetap tidak bisa ikut ke Batam. Melihat Widya panik dan pasrah, Arni pun ikut menegaskan. “Nanti aku dan Ajeng jaga Mas Lintang. Bu Wid jangan khawatir.” Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN