Selamat membaca!
Setibanya di suatu ruangan berdinding kaca yang dapat dilihat dari sisi luar, kini ketiganya mulai masuk ke dalam ruangan dengan pintu yang telah dibukakan oleh Alexa, sang sekretaris.
"Silahkan Tuan." Alexa mengatakan dengan senyum yang terulas di wajahnya.
Sepanjang perjalanan wanita itu terus berpikir, apakah Nick masih belum mengingat tentang pertemuan pertama mereka di sebuah hotel yang berada dekat dengan London Eye. Namun, hal itu tak sampai membuatnya larut dalam rasa penasarannya karena mau bagaimanapun, saat ini ia harus tetap fokus untuk menjalankan meeting penting yang akan berlangsung beberapa saat lagi.
"Terima kasih, Nona Alexa." Dave membalas senyuman itu dengan ramah.
Sementara Nick hanya dapat menatap Alexa yang sempat membuat pandangan mereka saling bertaut, walau hanya beberapa detik saja saat melewatinya.
"Sedekat itu saat menatapnya, membuatku aku seperti pernah bertemu dengan wanita ini sebelumnya, tapi aku tidak ingat kapan dan dimana. Aku merasa saat itu aku seperti jatuh hati padanya," batin Nick yang dipenuhi tanda tanya di dalam pikirannya.
Kini Nick menepikan semua hal yang membingungkannya dengan memulai meetingnya dengan pimpinan Jack Rodwell yang saat ini sudah berdiri dari posisi duduknya untuk menyambut kedatangannya.
"Selamat datang, Tuan Nick. Silahkan duduk!" sapa Jack dengan ramah.
"Terima kasih, Tuan Jack." Nick pun duduk di sebuah kursi yang memang telah disediakan untuknya.
Begitu juga dengan Alexa dan Dave yang juga telah duduk di kursinya masing-masing. Kini meeting yang menurut rencana akan berlangsung selama satu jam itu, segera di mulai dengan Alexa yang menjadi pembuka dalam meeting tersebut.
Saat itu Alexa mulai mempersentasikan segala materi meeting dengan mesin proyektor yang membantunya dalam menunjukkan beberapa gambar dan desain yang akan menjadi bagian dari proyek kerja sama mereka. Alexa yang kini telah berdiri di samping layar monitor besar terus menjabarkan dengan detail segala hal mengenai proyek kerjasama mereka ke depan dan juga keuntungan-keuntungan yang didapat RX Corporate bila setuju menjalin kerjasama dengan Galaxi Corporate.
Apa yang ditunjukkan Alexa membuat Nick semakin kagum dengan sosok wanita itu. Bagi pria itu, Alexa adalah sosok wanita yang tak hanya cantik, tapi juga sangat pintar dan sangat cocok dengan perannya sebagai sekretaris.
"Wanita ini semakin membuat kagum, entahlah, tapi aku merasa ingin mengenalnya lebih jauh lagi. Mungkin setelah meeting aku bisa mengajaknya bertemu di luar jam kerja," batin Nick yang lebih memperhatikan wajah Alexa ketimbang mendengar penjelasan wanita itu mengenai proyek kerjasamanya dengan Galaxi Corporate.
Satu jam pun sudah berlalu, kini meeting pun berakhir. Akhir kata, Alexa menutup meeting tersebut dengan sebuah pertanyaan yang langsung ia lontarkan kepada Nick. "Jadi bagaimana Tuan Nick, saya sudah membuat beberapa berkas dan proposal kerjasama untuk Anda tanda tangani, apakah Anda ingin langsung menandatangani atau ingin mempelajari dulu segala hal tentang proyek ini?" tanya Alexa yang dengan cepat dijawab oleh Nick.
"Baiklah saya setuju. Saya akan tanda tangani hari ini juga."
Jawaban yang penuh keyakinan dari Nick langsung disambut dengan tepuk tangan dari beberapa staf yang juga turut hadir di meeting tersebut. Bahkan saat ini Jack pun semakin dibuat kagum dengan kinerja Alexa yang kian hari menunjukkan progres yang memuaskan.
"Ini Tuan Ryan, tanda tangani di sini." Alexa menunjukkan sebuah berkas yang harus Nick tanda tangani. Namun, saat itu kedua mata Nick tak melihat apa yang Alexa tunjuk, melainkan terus menatap wajah wanita yang saat ini ada di hadapannya tanpa berkedip.
"Oh Tuhan, jantung ini kenapa berdebar tak beraturan ya saat memandang wajah wanita itu dari jarak sedekat ini. Aku merasa telah lama mengenalnya, aku merasa nyaman saat menatapnya. Apa aku telah jatuh cinta padanya? Tapi sejak kapan? Pada kenyataannya saja aku hanya mengingat ini adalah pertemuan pertamaku, walau hatiku mengatakan berbeda," batin Nick yang terpukau dengan kecantikan Alexa.
Bibir merah yang seksi dengan kedua mata yang indah, sungguh membuat Alexa begitu sempurna di mata seorang Nick Carter
Saat Nick masih termangu dan terus larut dalam kekagumannya, suara dehaman Alexa membuyarkan segala pikirannya dan membuat pria itu langsung tersadar bahwa saat ini ia hanya diam sambil memegangi sebuah bolpoin, tapi jemarinya berhenti untuk menandatangani berkas yang sudah berada di hadapannya itu.
"Tuan, mau sampai kapan kau hanya menatapku? Ayo Tuan, semua sudah menunggu untuk kau menandatangani berkas ini!" Alexa mengulas senyuman manis dari kedua sudut bibirnya. Ia mencoba bersikap ramah, walau sejak tadi wanita itu merasa risih karena Nick terus memandanginya.
Sadar akan perkataan Alexa, Nick pun langsung mengalihkan pandangan matanya untuk melihat berkas yang sudah ada di atas meja dan telah siap untuk ia tanda tangani.
"Maafkan saya ya." Nick mulai menandatangani lembar demi lembar dari berkas perjanjian kerjasama itu dan tidak biasanya seorang Nick tak membaca lengkap isi perjanjiannya itu. Saat ini ia begitu percaya bahwa Alexa tidak akan berlaku curang, hingga akan merugikan perusahaan. Terlebih dengan apa yang telah dipersentasikan oleh Alexa, langsung membuatnya mempercayai wanita itu sepenuhnya.
Saat meeting telah usai dan semua yang berada di dalam ruangan telah membubarkan dirinya. Tinggallah Alexa yang masih terlihat merapikan beberapa berkas untuk dibawanya kembali ke ruangannya. Namun, saat itu sudah tak ada Nick ataupun Dave di dalam ruangan karena keduanya telah keluar bersama Jack dan beberapa staf yang lainnya.
"Akhirnya semua berjalan baik dan memuaskan. Terima kasih Tuhan, atas semua kemudahan ini," gumam Alexa merasa bersyukur.
Selesai dengan mengemas semua barang bawaannya, kini Alexa mulai melangkahkan kakinya untuk keluar dari ruang meeting. Ada perasaan yang masih mengganjal tentang pria itu, terutama saat Nick masih saja seperti tak mengenalnya. Pria itu hanya terus menatapnya, tanpa mengatakan apapun. Bahkan semua hal manis yang pernah dilakukan Nick saat di pelataran hotel ketika mereka berpisah, seolah hanya seperti angin lewat saja untuk pria yang sejak pertemuan pertama mereka sudah berhasil mencuri hatinya.
"Sudahlah Alexa, pria itu orang kaya, sibuk, tampan dan memiliki kedudukan tinggi, pasti dia tidak akan mengingat tentang pertemuan itu," gumam Alexa yang terus melangkah keluar dari ruangan meeting.
Namun, baru saja ia keluar dari ruangan suara dehaman tiba-tiba saja terdengar dan langsung menghentikan langkah Alexa. Wanita itu pun menoleh ke arah sumber suara dan seketika kaget saat melihat sosok Dave tengah berdiri di samping pintu ruangan.
"Tuan Dave, ada apa ya? Bukankah Anda tadi bersama Tuan Nick?" tanya Alexa dengan raut penuh kebingungan akan maksud tujuan Dave menunggunya di depan ruang meeting.
"Ya, Tuan Nick sedang menuju ruangan Tuan Jack, mereka akan membahas lebih lanjut mengenai proyek kerjasama yang telah Anda terangkan tadi, Nona Alexa. Namun, sebelum saya dan Tuan Nick pergi ada hal yang ingin tanyakan kepada Anda?" Dave terlihat mulai menampilkan raut penuh keseriusan, hingga membuat Alexa semakin penasaran akan apa yang hendak ditanyakan oleh asisten Nick itu.
"Memang apa yang ingin Anda tanyakan Tuan Dave?" tanya Alexa menautkan kedua alisnya penuh tanda tanya.
Dave sebenarnya sangat yakin, jika tuannya itu sudah pernah bertemu dengan wanita itu sebelum pertemuan mereka sewaktu di mall. Namun, Dave ingin mendengar secara langsung dari Alexa tentang pertemuan itu, kapan dan dimananya.
"Saya ingin bertanya kepada Anda, kapan dan dimana Anda pertama kali bertemu dengan Tuan Nick?" tanya Dave yang saat ini begitu antusias menunggu jawaban dari Alexa.
"Apa ya kira-kira tujuannya menanyakan hal ini?" gumam Alexa yang tengah kebingungan untuk menjawab pertanyaan Dave.
()()()()()
Bersambung✍️