Selamat membaca!
Alexa yang takut jika Nick jadi salah paham dengan apa yang telah dilihatnya, semakin mempercepat langkah kakinya hingga wanita itu pun dapat meraih lengan Nick dan membuat mereka saling berhadapan.
"Hubby, dengarkan aku dulu! Aku mohon biarkan aku menjelaskan kesalahpahaman ini," pinta Alexa dengan napasnya yang terengah karena ia sempat berlari untuk menyusul pria yang saat ini sedang dilanda rasa cemburu.
Perkataan wanita itu hanya ditanggapi dingin oleh Nick yang kini menatap tajam wajah Alexa yang tampak kelelahan. "Ada apa lagi? Sepertinya aku tidak perlu lagi mendengar semua penjelasan darimu karena apa yang aku lihat sudah dapat menjelaskan semuanya," ucap Nick yang sangat enggan mendengarkan apa yang hendak dikatakan oleh Alexa.
Awalnya Alexa masih ingin menjelaskan semua yang terjadi kepada Nick. Namun, apa yang dikatakan oleh pria itu sungguh menggoreskan luka di hatinya, hingga ia pun memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan pria yang sebenarnya akan segera menjadi suaminya beberapa Minggu ke dapan.
"Sebaiknya kita tidak usah menikah karena mungkin ini sudah menjadi takdir untuk hubungan kita. Seharusnya kamu bisa menjadikan semua ini sebagai ujian yang Tuhan berikan untuk membuktikan seberapa besar rasa cinta kamu kepadaku, tapi ternyata kamu malah gagal melewatinya. Sekarang sudah tidak ada lagi yang perlu aku katakan, aku menganggap kejadian ini sebagai sebuah petunjuk bahwa kamu memang bukanlah takdirku." Selesai mengatakan semua itu dengan penuh kesungguhan, Alexa pun melangkah pergi dan tak lagi melihat Nick yang saat ini hanya menatap kepergiannya dengan sorot matanya yang nanar.
"Apa maksud perkataan Alexa ya?" Nick terus mencerna kata demi kata yang Alexa ucapkan, hingga akhirnya pria itu mulai menyadari bahwa apa yang dilihatnya tadi, tidak seperti apa yang ia pikirkan.
"Ya Tuhan, jangan-jangan aku salah menduga! Bodoh sekali kau Nick!" Pria itu terus merutuki kesalahannya dan mulai memacu langkah kakinya untuk menyusul Alexa yang sudah menghilang di ujung koridor kantor.
Alexa terus melangkah dengan tergesa untuk kembali ke ruangannya. Wanita berparas cantik itu tampak menangis dengan kedua matanya yang terlihat sembab. Ia benar-benar merasa sakit dan kecewa karena Nick tidak mempercayainya. Padahal baginya, suatu hubungan itu haruslah dilandasi dengan kepercayaan dari satu sama lain dan itu yang tidak dimiliki oleh Nick saat ini.
Di saat langkah Alexa baru saja akan memasuki ruang kerjanya, Nick tiba-tiba datang dari arah belakangnya dan langsung menahan langkah Alexa dengan menggenggam lengan wanita itu. Lengan yang terdapat luka cakaran dari Jessy dan membuat Alexa seketika berteriak kesakitan.
"Auuu, sakit..." Alexa saat ini masih mengaduh kesakitan, hingga membuat Nick merasa sangat bersalah dan heran, karena ia tidak merasa mencengkram lengan Alexa dengan keras.
"Kamu kenapa Alexa?" Nick dengan cepat menarik kembali tangannya dan melepas genggamannya dari lengan Alexa yang kini masih terlihat kesakitan.
Saat lengan Alexa mulai tampak di depan mata Nick, pria itu langsung terhenyak karena mendapati sebuah luka pada lengan wanita itu yang sempat tersentuh olehnya. "Kamu kenapa bisa seperti itu? Siapa yang telah melukaimu?" tanya Nick dengan raut cemasnya dan sorot mata yang penuh selidik.
Ketika pertanyaan Nick tak mendapat jawaban dari Alexa, tiba-tiba saja Jack yang memang masih berada di dalam ruangan Alexa, keluar dari ruangan dan langsung memberitahukan apa yang menimpa Alexa pada Nick yang merupakan partner kerjanya.
"Tadi itu ada seorang wanita yang datang ke sini dan melukai Alexa, tapi untungnya penjaga keamanan sudah bersiap di depan ruangan ini jadi wanita itu tidak sampai melukai Alexa terlalu parah."
Perkataan Jack benar-benar menyulut amarah Nick yang saat ini begitu penasaran akan sosok wanita yang telah melukai calon istrinya. "Siapa yang telah melukaimu Alexa?" tanya Nick dengan rahang yang mulai mengeras.
Walau Nick kembali bertanya pada Alexa. Namun, wanita itu masih diam dan memilih untuk tak menjawab pertanyaan dari Nick, hingga akhirnya Alexa pun masuk ke dalam ruangan dan di saat Nick ingin menyusulnya, Jack sebagai atasan langsung menghadang langkah pria itu.
"Tuan Nick, saat ini biarkan Alexa sendiri dulu saja! Saya sudah memanggilkan cleaning servise untuk merapikan ruang kerjanya yang berantakan dan juga dokter untuk mengobati luka di lengannya. Sekarang Anda bisa membuat janji dengan Alexa untuk menemuinya, tapi harus di luar jam kerja ya!"
Nick yang mengerti bahwa Jack memang memiliki wewenang penuh kepada Alexa, coba memakluminya dan memilih untuk menunggu sampai jam kerja Alexa usai di luar kantor.
"Baiklah Tuan Jack, saya akan menunggu di luar kantor ini saja. Oh ya, maaf jika saya tadi sudah salah paham dan terima kasih banyak karena Anda telah menghubungi Dokter untuk memeriksa kondisi calon istri saya."
Penyataan yang terungkap dari mulut Nick, seketika membuat harapan Jack untuk memiliki Alexa langsung pudar dan pria itu hanya menanggapi perkataan Nick dengan senyum dinginnya. "Bukan masalah Tuan Nick karena mau bagaimanapun kejadian ini terjadi di jam kerja dan di perusahaan saya, jadi sudah merupakan tanggung jawab saya untuk melakukan semua ini kepada Alexa, apalagi Alexa adalah sekretaris yang sangat saya percaya selama ini."
"Ya sudah kalau begitu saya undur diri ya, Tuan Jack." Nick pun beranjak pergi setelah sempat melihat ke arah dalam ruangan dimana Alexa sudah tak dapat lagi dilihatnya.
Nick kini terus menjauh dari ruang kerja Alexa dengan membawa penyesalan karena sempat tak mempercayai calon istrinya. Namun, saat ini yang paling mengganggu pikirannya adalah wanita mana yang berani mengganggu Alexa, bahkan sampai membuatnya terluka.
"Aku harus tahu, siapa wanita itu. Sebaiknya aku menyuruh Dave saja untuk mencari tahu siapa wanita yang telah berani melukai Alexa?" tanya Nick yang terus menyusuri koridor kantor untuk menuju sebuah lift yang berada di sudut sana.
Setelah mengambil ponsel dari saku jasnya, Nick pun langsung menghubungi Dave dan tanpa menunggu lama, percakapan pun mulai terjadi di antara keduanya.
"Ya, halo Tuan, ada yang bisa saya bantu?" tanya Dave saat panggilan telepon dari Nick mulai tersambung.
"Dave, aku punya tugas untukmu, selidiki siapa yang telah berani datang dan sampai melukai Alexa ke kantornya? Sekarang saya sedang berada di sini dan akan menunggu Alexa sampai jam kerjanya selesai."
"Baiklah Tuan saya akan segera memberi kabar pada Anda," jawab Dave dengan sigap dan saat ini pria itu langsung memfokuskan segala tuduhannya pada satu nama yaitu Jessy, wanita yang memang sangat kecewa karena Nick membatalkan rencana pernikahan dengannya dan memilih Alexa untuk menjadi istrinya.
Setelah sambungan telepon terputus, kini Nick kembali menyimpan ponselnya ke dalam saku jas dan mulai melihat waktu pada jam yang ia kenakan di pergelangan tangannya.
"Sekarang jam 11 siang, masih setengah hari. Mungkin aku bisa menemui Alexa saat jam makan siang. Jadi sebaiknya aku menunggu Alexa di kantin kantor ini saja," gumam Nick yang mulai merubah tujuannya untuk menuju kantin kantor yang ia tahu berada di lantai 2 gedung tersebut.
()()()()()()
Bersambung✍️