06 - Bertemu kekasih Criss.

1508 Kata
1 minggu adalah waktu yang Evelyn butuhkan untuk berpikir, apa dirinya harus memberi tahu Criss atau tidak jika saat ini dirinya tengah hamil? Dan setelah cukup lama berpikir, Evelyn akhirnya memutuskan untuk memberi tahu Criss, karena itulah kini Evelyn berada di basement gedung apartemen Criss. Kurang lebih 30 menit sudah berlalu sejak Evelyn tiba, namun sampai saat ini Evelyn masih berada di dalam mobil. Saat akan berangkat menuju apartemen Criss, Evelyn sudah yakin 100% kalau dirinya akan pergi menemui Criss, lalu memberi tahu Criss jika saat ini dirinya hamil, namun sesampainya di lokasi, Evelyn tiba-tiba merasa ragu, bahkan sempat berpikir untuk mengurungkan niatnya menemui Criss. Untuk kesekian kalinya Evelyn melirik ke arah lift di samping kanannya. "Turun atau enggak ya?" tanyanya pada diri sendiri. Evelyn lalu melirik ke arah mobil warna hitam yang terparkir tepat di samping kiri mobilnya. Evelyn mengenali mobil tersebut, dan itu adalah mobil Criss. "Mobilnya ada, itu artinya saat ini Criss ada di apartemennya. Setelah cukup lama berpikir, Evelyn akhirnya memantapkan diri untuk pergi menemui Criss. Saat ini Evelyn sudah berdiri di depan unit apartemen Criss. Dengan perasaan ragu, Evelyn menekan bel, dan menunggu pintu di hadapannya terbuka dengan perasaan gugup, saking gugupnya, bahkan kini kedua tangannya yang saling bertaut mulai berkeringat. "Tenang, Eve, tenang," gumam Evelyn pada dirinya sendiri. Evelyn menarik dalam nafasnya, kemudian menghembuskannya secara perlahan. Evelyn mendongak begitu pintu di hadapannya terbuka, namun sayangnya orang yang kini berdiri di hadapannya ternyata bukanlah Criss, melainkan seorang wanita yang Evelyn tak tahu siapa. Tanpa sadar, Evelyn mulai mengamati wanita tersebut, mulai dari ujung kaki sampai ujung kepala. "Apa gue salah apartemen?" Evelyn membatin, mulai berpikir jika ia mendatangi unit apartemen yang salah. "Tapi gue yakin kalau ini unit apartemennya, Criss," lanjutnya sesaat setelah mengamati setiap unit apartemen di sekitarnya. "Siapa ya?" Suara lemah lembut dari wanita tersebut menyadarkan Evelyn dari lamunanya. "Bel, siapa yang datang?" "Itu suara Criss." Evelyn membatin, 100% yakin jika pria yang baru saja berteriak adalah Criss. Evelyn langsung berpikir jika wanita yang saat ini berdiri tepat hadapannya adalah kekasih Criss, atau mungkin istrinya. Pandangan Evelyn tiba-tiba tertuju pada leher si wanita yang dipenuhi oleh kissmark. "Maaf, sepertinya saya salah alamat." Evelyn langsung berbicara, menyela Bela yang baru saja akan membalas teriakan Criss. Atensi Bela kembali tertuju pada Evelyn. "Salah alamat?" tanyanya memastikan. "Iya, maaf ya." Evelyn menjawab cepat pertanyaan Bela. "Kalau begitu saya permisi, maaf karena sudah menganggu waktunya, selamat siang," lanjutnya pamit sambil sedikit menundukkan wajahnya sebagai tanda permintaan maaf. Belum juga Bela menanggapi ucapan Evelyn, Evelyn bergegas pergi dari hadapan Bela. Evelyn takut kalau Criss akan mengetahui kedatangannya. Setelah memastikan jika Evelyn memasuki lift, Bela kembali memasuki apartemen. "Siapa yang datang, Bel?" tanya Criss yang baru saja keluar dari dapur. "Gak tahu, katanya sih salah alamat." Bela duduk di sofa, begitu juga Criss yang kini duduk di hadapannya. "Salah alamat?" "Iya, katanya sih salah alamat." "Yang datang pria atau wanita?" "Wanita." "Muda atau tua?" "Masih muda kayaknya." Bela menjawab penuh keraguan pertanyaan Criss, karena memang tidak sepenuhnya yakin, apa mereka seumuran atau tidak. "Kenapa lo ragu?" "Soalnya tadi gue gak bisa lihat jelas wajahnya, dia pakai topi dan juga pakai masker, tapi kayaknya kita seumuran deh." Jawaban Bela menarik perhatian Criss yang sejak tadi fokus menatap layar ponselnya. "Yang datang wanita seumuran lo?" tanyanya memastikan. "Iya, kayaknya sih seumuran gue." "Siapa ya?" gumam Criss dengan kening mengkerut dan alis bertaut. "Ya gue juga gak tahu, orang dia bilang kalau dia salah alamat." Criss tidak menanggapi lagi ucapan Bela, dan kini kembali fokus membalas pesan-pesan yang baru saja masuk. "1 jam lagi kita berangkat, jadi sebaiknya lo mandi sekarang deh." "Iya juga ya, sebentar lagi kita berangkat," gumam Bela setelah melihat jam yang terpasang di dinding. "Lo udah mandi?" "Menurut lo?" tanya ketus Criss sambil memutar jengah matanya. "Lo udah mandi," jawab Bela sambil terkekeh. "Padahal tadinya gue mau ngajakin lo mandi bareng," lanjutnya dengan nada yang dibuat sesedih mungkin. "Dalam mimpi lo," balas ketus Criss. Reaksi super cepat yang Criss berikan membuat Bela terkekeh. "Ya udah, gue mandi dulu ya." "Iya, sebaiknya lo buruan mandi, supaya bau gak sedap yang ada di tubuh lo cepat hilang." "Emang aromanya tercium jelas ya?" Bela mulai membaui tubuhnya sendiri, dan ternyata memang benar, aroma bekas percintaannya beberapa jam yang lalu masih tercium. "Masih, makanya buruan mandi." "Iya, iya, dasar bawel." Bela pun pergi meninggalkan Criss. Setelah Bela pergi, Cris memasuki ruang CCTV untuk mencari tahu, siapa sebenarnya wanita yang tadi datang. Entah kenapa, Criss merasa jika sebenarnya wanita tersebut tidak salah alamat. Sementara itu saat ini Evelyn sudah berada baru di luar kawasan apartemen Criss. "Gue hampir aja merusak hubungan orang lain," gumam Evelyn sambil tersenyum miris. "Sekarang apa yang harus gue lakukan?" tanyanya sambil terus membelai perutnya menggunakan salah satu tangannya. Lampu lalu lintas berubah menjadi merah, membuat laju mobil yang Evelyn kemudikan terhenti. Tanpa sadar, Evelyn malah melamun, memikirkan tentang langkah apa yang selanjutnya harus ia ambil. Evelyn terlalu larut dalam lamunanya sampai tak sadar kalau lampu lalu lintas sudah berubah warna menjadi hijau. "Tin! Tin! Tin!" Suara klakson mobil dari mobil yang berada tepat di belakangnya akhirnya menyadarkan Evelyn dari lamunanya. Evelyn langsung memacu mobilnya, dan tak lupa untuk meminta maaf. "Sebaiknya gue pergi ke dokter dulu." Sejak tahu kalau dirinya hamil melalui alat tes kehamilan, Evelyn belum pergi memeriksakan kandungannya. Alasannya karena Evelyn takut, takut untuk melihat janin yang kini tumbuh dalam rahimnya. 30 menit telah berlalu sejak Evelyn tiba di rumah sakit. Saat ini Evelyn sudah berada di ruangan Dokter Adina, dan Dokter Adina baru saja selesai memeriksa kondisi Evelyn. "Dok." "Iya." "Kegiatan apa saja yang boleh dan tidak boleh saya lakukan supaya saya tidak mengalami keguguran?" Dokter Adina menjawab secara detail pertanyaan Evelyn. Memberi tahu Evelyn tentang kegiatan apa saja yang boleh dan tidak boleh Evelyn lakukan, juga makanan apa saja yang boleh dan tidak boleh Evelyn konsumsi. Sebelum keluar dari ruangan Dokter Adina, Evelyn terlebih dulu membetulkan letak topi juga masker yang saat ini ia kenakan. Alasan Evelyn menggunakan topi dan masker karena Evelyn tidak mau jika ada orang yang mengenalinya. Jika sampai ada yang melihatnya mendatangi dokter kandungan, bisa Evelyn pastikan hanya dalam hitungan menit atau jam, pasti akan muncul berita tentang dirinya di berbagai macam flatform social media dengan headline yang aneh-aneh. Hanya dengan membayangkannya saja Evelyn sudah takut. Sayangnya penyamaran Evelyn tidak berlaku bagi seorang pria yang sejak beberapa saat lalu selalu mengikutinya. Ya, tanpa Evelyn sadari, sejak tadi ada seorang pria bertubuh kekar yang mengikutinya. Saat ini pria tersebut duduk di kursi ruang tunggu sambil terus mengamati Evelyn. Tiba-tiba ponsel milik pria tersebut berdering. Pria bernama Dion tersebut langsung mengangkat panggilan dari sang bos sambil terus memperhatikan Evelyn. "Halo, Tuan." "Apa kamu sudah menemukan Evelyn?" "Saya sudah menemukan keberadaan Nona Evelyn, Tuan." "Bagus, lalu di mana dia?" "Saat ini Nona Evelyn berada di rumah sakit, Tuan." Si penelepon sangat terkejut. "Rumah sakit? Evelyn sakit?" "Saya tidak tahu pasti, apa Nona Evelyn sakit atau tidak, tapi dokter yang baru saja Nona Evelyn datangi adalah dokter kandungan." "Apa? Evelyn mendatangi dokter kandungan?" Si penelepon secara spontan berteriak, terlalu terkejut dengan jawaban yang baru saja bawahannya berikan. "Iya, Tuan." "Kalian di rumah sakit mana?" "Rumah sakit Bakhtiar, Tuan." "Siapa Dokter kandungan yang Evelyn pilih?" "Dokter Adina, Tuan." "Apa Evelyn masih berada di dokter dalam ruangan Dokter Adina?" "Evelyn baru saja keluar dari ruangan Dokter Adina, Tuan." "Kalau begitu, terus ikuti Evelyn, jangan sampai lengah dan kehilangan jejaknya." "Baik, Tuan." Evelyn baru saja akan melajukan mobilnya keluar dari area parkir basement rumah sakit saat ada panggilan masuk dari Siena. Evelyn meraih ponselnya, lalu mengangkat panggilan dari Siena. "Halo." "Eve, lo di mana?" "Gue dalam perjalanan pulang ke apartemen." Evelyn tidak akan memberi tahu Siena kalau saat ini dirinya berada di rumah sakit, dan baru saja memeriksakan kondisi kandungannya. "Lo kenapa?" Evelyn menjawab lirih pertanyaannya, membuat Siena seketika berpikir jika sang sahabat t dalam keadaan tidak baik-baik saja. "Tadi gue pergi ke apartemennya Criss." Evelyn akhirnya memberi tahu Siena tentang kunjungannya ke apartemen Criss. "Terus apa tanggapan Criss saat tahu kalau saat ini lo hamil?" Siena terdengar sekali tidak sabaran. Apa Criss akan bertanggung jawab dengan cara menikahi Evelyn? Atau justru Criss akan meminta Evelyn untuk menggugurkan kandungannya? "Gue gak ketemu sama Criss, tapi gue ketemu sama pacarnya." "Apa? Lo ketemu sama pacarnya?" Secara spontan Siena berteriak karena jawaban yang Evelyn berikan di luar dugaannya. "Iya, tapi sebenarnya gue berpikir kalau dia bukan pacarnya sih, tapi istrinya." "s**t!" Tanpa sadar Siena mengumpat. "Jadi si Criss udah punya istri?" tanyanya dengan nada tinggi. "Ya gue juga gak tahu pasti, sebenarnya dia itu pacarnya atau istrinya," jawab lirih Evelyn sambil tersenyum miris. "Gue gak mau merusak hubungan mereka, Siena. Karena itulah gue mengurungkan niat gue untuk memberi tahu Criss kalau saat ini gue sedang hamil." Siena diam karena tak tahu, tanggapan apa yang harus ia berikan. Di satu sisi, Siena sadar kalau apa yang Evelyn lakukan memang benar, namun di saat yang bersamaan, Siena juga tahu kalau seharusnya Evelyn tetap memberi tahu Criss tentang kehamilannya, karena walau bagaimana pun, saat ini Evelyn tengah mengandung darah dagingnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN