2. Pesan Burung Hantu

1016 Kata
Gherardo menatap Rodger tajam. "Kau cari saja sendiri darah sucinya. Jangan memerintahkan hal ini padaku!" suara Gherardo meninggi, Rodger selalu ingin bersaing dengan dirinya. Rodger mengangguk. "Ingatlah baik-baik Gherardo. Aku akan merebut mangsamu itu!" nada ancaman yang di tunjukkan pada Gherardo itu membuat Rodger menahan amarahnya. Malam itu di istana Vampir terjadi keributan antara Rodger dan Gherardo, mereka saling bertarung dalam kondisi amarah yang memuncak. Bahkan tidak ada satu Vampir pun memisahkan keduanya. "Ahh!!" Rodger terlempar menimbulkan bunyi keras membentur dinding istana, kekuatan Gherardo benar-benar besar. Ia tidak bisa menyeimbangi setiap serangannya. Tawa menyeramkan menggema di seluruh sudut istana itu membuat para Vampir lainnya diam tidak ada yang berbicara satu kalimat saja. Karena energi tawa Gherardo, beberapa guci dan foto para leluhur Vampir berjatuhan bersama bunyi pecahnya kaca. "APAKAH KAU MASIH BAGIAN DARI VAMPIR?" Gherardo bertanya emosi pada Rodger, mangsa itu adalah korban terakhirnya setelah populasi manusia hampir punah karena wabah buatannya sendiri. Rodger batuk mengeluarkan cairan darah pekat dari mulutnya. "Berhentilah. Apa kau senang menjadi objek perhatian seluruh vampir?" Gherardo menggeleng. "Bangunlah. Kau masih sanggup berdiri bukan?" Kaki lemah Rodger yang berusaha untuk berdiri itu tidak sanggup menyeimbangi tubuhnya. Sehingga pada akhirnya Rodger hanya bisa duduk lemas. "Besok kau pasti sembuh. Jangan terlihat lemah sebagai Vampir," ucap Gherardo kemudian berlalu pergi. *** "Aku haus sekali," Akira sudah terlalu bosan terbaring di ranjangnya. Tenggorokannya kering setelah berjam-jam tidak meminum air. Menunggu kedatangan Sherard mungkin membutuhkan waktu lama mengenai prajuritnya itu berkeliling desa memeriksa kondisi para rakyatnya yang sudah terjangkit oleh wabah aneh. Tangan Akira merasa kesulitan saat menggapai gelas. "Aku haus. Kenapa sangat sulit sekali. Bahkan aku-" tangan Akira hampir menyentuh gelasnya namun terjatuh dan pecah. "PUTRI AKIRA!" suara Sherard yang berseru panik itu langkah tergesanya menghampiri Putri Akira. "Jangan meminum air!" Sherad memberikan peringatan tegas pada Putri Akira sesuai saran dari tabib beberapa jam yang lalu, sangat membahayakan perkembangan kesehatan Putri Akira. "Sherard, aku sangat haus. Tubuhku lemah dan membutuhkan air. Apa kau tega melihatku hampir dehidrasi seperti ini?" Akira menatap Sherard tajam, ia tidak percaya dengan saran dari tabib istana. Itu hanya bohong. Sherard menggeleng. "Maaf Putri. Aku kesini hanya memberikan sebuah surat ini. Salah satu warga mendapatkannya dari burung hantu," Sherard memberikan sebuah kertas yang sudah usang berwarna coklat pada Putri Akira. Akira meraih surat itu. Tulisan Old English sedikit berantakan membuatnya kesulitan membaca. "Bersiaplah akan datangnya perang kedua. Bangsa Vampir tidak akan kalah lagi dan menyerah dengan mudahnya. Karena kekalahan di tahun-tahun sebelumnya membuat sebagian bangsa Vampir musnah, " Akira menatap Sherard. "Bagaimana bisa aku mengalahkan jumlah mereka yang terlalu banyak Sherard?" "Putri Akira sebaiknya menyusun strategi sekarang. Aku akan selalu membantu Putri dan siap setiap waktu," jawab Sherard tersenyum. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri sejak kecil hingga sampai detik ini selalu melindungi Putri Akira dari bahaya apapun. "Sherard besok pagi siapkan gandum untuk persediaan makan sebelum bangsa Vampir menyerang. Semua rakyatku juga akan tinggal di dalam istana." Sherard yang mendengar itu tidak setuju. Jika para rakyat berada di dalam istana, kemungkinan besar akan memjadi korbanangsa bangsa Vampir. "Tapi-" ucapan Sherard terpotong karena Putri Akira mengatakan. "Demi keselamatan kita semua. Disini ada sebuah ruangan yang cukup luas untuk tempat persembunyian. Kau tidak perlu khawatir Sherard," ujar Akira. Menurutnya tempat itu adalah yang paling aman untuk persembunyian. "Ruangan apa? Aku sama sekali tidak pernah memasuki ruangan rahasia di istana ini Putri. Apakah akan muat untuk para rakyat nanti?" berbagai pertanyaan dari Sherard untuk Putri Akira. "Jika besok aku pulih, aku akan menujukkan ruangan itu." *** Keesokan harinya Putri Akira menunjukkan ruangan rahasia pada Sherard. "Luas sekali. Bahkan aku tidak berpikir jika ruangannya berada di bawah tanah," Sherard di buat takjub. Menurutnya ruangan itu akan muat menampung para rakyat saat Vampir mulai menyerang. Seorang prajurit berlari tergesa menghampiri Putri Akira dan Sherard. "PUTRI AKIRA!" serunya lantang, raut wajahnya yang gelisah itu seperti menyimpan sesuatu tidak biasa. "Ada apa?" "Tabib istana kemarin yang mengobati Putri sekarang terbunuh," jawabnya memberikan laporan. Nafasnya tidak beraturan, berlari dari setiap ruangan istana kemudian menuju ruang bawah tanah membutuhkan hampir 10 menit. Akira terkejut, tabib itu terbunuh? Siapa pelakunya? Apakah tabib-nya mempunyai sebuah kesalahan? "Dimana sekarang? Aku ingin melihatnya secara langsung," karena penasaran dan ingin tau, ini cukup misterius. "Ada di-" ucapan sang prajurit itu tersela oleh Sherard. "Sebaiknya Putri jangan keluar. Dan kau tidak perlu mengurus jasad tabib istana. Daripada nanti kau akan menjadi korban selanjutnya," ujar Sherard cukup bijaksana, sangat mencurigakan. "Pergilah dan tetap menjaga istana. Siapapun orang asing yang ingin memasuki istana, laporkan padaku saja," kata Sherard. Selain menghindari p*********n musuh dari luar juga melindungi Putri Akira yang baru saja pulih. "Baiklah," sang prajurit mengangguk dan bergegas pergi. "Putri, aku takut para Vampir itu menyerang istana dalam waktu dekat," Sherard mulai gelisah, jumlah yang tidak biasa dan banyak itu pasti akan mudah mengalahkan Putri Akira. "Besok aku akan bertemu dengan beberapa Raja untuk bekerja sama. Kau siapkan saja persediaan gandumnya." Sherard hanya bisa patuh, setelah 7 tahun lamanya usai kekalahan Vampir pada masa kejayaan istana Dream Island masih berlanjut. Para Vampir melakukan balas dendam dengan menyerang secara berkelompok. Di tempat lain, Gherardo mengusap bibirnya yang di penuhi darah manusia. Ia baru saja menghisap seorang tabib istana Dream Island. Gherardo sedang bersembunyi diantara dedauan pohon yang cukup lebat. Hampir saja tertangkap basah oleh prajurit dari istana itu. "SIAL!" Gherardo berteriak kesal. Seharusnya ia sudah kenyang menghabiskan darah mangsanya. "Tapi, aku tidak merasa rugi meskipun harus menyerah saat ada orang-orang yang melihatku sedang meminum darah. Pasti akan lebih menantang jika aku mendapatkan darah suci lezat dari istana itu. Sebentar lagi, hanya menunggu dalam waktu dekat," senyuman jahat dari bibir merah merona Gherardo terlihat menyeramkan bagi siapa saja. Namun tidak ada yang mengetahui bahwa tabib istana setengah sadar. "Tubuhku terasa kaku. Ada apa ini? Semuanya terasa sulit untuk di gerakkan," sang tabib mulai panik. Apakah ia akan terbujur kaku di tanah yang gersang bersama teriknya panas matahari? Mendengar sebuah suara, pandangan Gherardo langsung fokus pada tabib yang baru saja ia mangsa. Gherardo merasa heran. "Kenapa dja tidak mati saja? Ah ini akan membuatku merasa tidak tenang. Aku harus menghabisinya sekali lagi," jubah merahnya mulai terbang menghampiri tabib istana. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN