Aku tersenyum seraya menjilat bibirnya sedikit. Sumpah demi Dewa marmut dan Dewa Udin, hanya lelaki g****k yang menolak memberi kenikmatan pada wanita secantik dan semulus dan seseksi Tante Nadia, walau wajahnya tidak banyak memakai make up. "Ta...tapi saya belum pernah gituan, sumpah! Tante mau ngajarin gak?" tanyaku dengan suara yang sedikit gelagapan. Jika tadi aku sengaja menggodanya, kini justri aku yang benar-benar bergemuruh dalam daada dengan jantung yang dag-dig-dug. Lebih mendebarkan dibanding saat pertama berciuman dan onani dengan Firda atau Bu Anhar. "Praaaas, kamu ganteng banget sih. Kenapa gak tinggal sama Mbak Ines aja di sini." Tante Nadia mendesah seraya mengecup bibirku berulang-ulang dan dengan penuh gairh aku pun membalas kecupan hingga menjadi lumatan lembut saling