14. Menahan Diri

1094 Kata
Gea semakin mengeratkan pegangan handuk di tubuhnya, tanpa sadar dia melangkah mundur. Berniat untuk kembali masuk ke kamar mandi begitu melihat tatapan Rendra yang berbeda dari biasanya. Dia merasa takut, dia hanya ingin menjauh dari pria itu saat ini. Saat tangan Gea telah memegang ganggang pintu kamar mandi, dia terkesiap saat Rendra tiba-tiba saja ada di depannya. Pria itu menahan tangannya, membuat Gea merasa tersengat akibat sentuhan kulit mereka. "Mas, ada yang tertinggal di kamar mandi. Mas bisa keluar dulu sebentar?" Gea menekan rasa takut dan panik di wajahnya. "Gea," Rendra seolah tersihir, dia mengulurkan tangannya mengusap wajah Gea yang tampak kenyal dan sehat. Menurunkan tangannya perlahan hingga ke leher gadis itu yang putih bersih. "Mas, jangan seperti ini." Gea menggelengkan kepalanya, menahan tangan pria itu agar tidak bergerak menyentuh kulit lehernya. "Aku takut, jangan lakukan itu." Rendra tersadar akan apa yang dilakukannya. Baru saja dia bergerak mengikuti instingnya. Meski dia tidak melakukan apapun, namun tatapannya jelas memiliki tujuan tertentu yang sulit untuk bisa ditekan. Bahkan dengan sesuatu di bawah sana yang mengembang ingin memberontak keluar. Gadis di depannya ini, benar-benar terlalu sulit untuk bisa dia abaikan. "Maaf, Mas hanya sulit menahan diri." Rendra lalu beralih memegang tangan Gea, mengarahkannya ke pipi pria itu. "Gea, ayo kita menikah!" Gea spontan menggelengkan kepalanya. Ini adalah ketiga kalinya Rendra mengajaknya menikah. Hanya saja posisinya saat ini salah, pria itu sudah menikah. Akan tetapi masih saja tidak puas dan masih menginginkannya. "Mas, jangan jadikan aku sebagai istri simpananmu. Aku takut," kedua mata Gea berkaca-kaca. Dia benar-benar merasa takut dengan semua hal salah yang mereka jalani. Dia ingin pergi, namun pria itu selalu bisa memblokir semua jalan keluar untuknya lari dari situasi rumit ini. Gea menggelengkan kepalanya penuh tekad. Menarik Gea masuk ke dalam pelukannya, mengendus aroma wangi memabukkan pada tubuh kekasihnya. Aroma yang membuatnya merasa tenang dan nyaman. Sesuatu yang tidak bisa dia dapatkan dari istrinya sejak mereka menikah. Mengingat pernikahan mereka bukan berdasarkan atas cinta. Gea ingin mendorong Rendra pergi, dia merasa sekujur tubuhnya terasa merinding mengingat dia hanya mengenakan selembar handuk. Dia takut sesuatu hal yang tidak diinginkan bisa saja terjadi dengan posisi mereka yang terlalu intim. Namun pelukan Rendra terlalu erat dan membuatnya tidak berkutik. Tidak bisa melepaskan diri dan hanya bisa pasrah. "Mas, kalau aku ingin menjadi wanita jahat, aku akan meminta kamu memilih antara aku atau istrimu. Tapi aku bukan wanita sejahat itu, aku tidak ingin menjadi orang ketiga dalam hubungan rumah tanggamu. Apa lagi istrimu sedang mengandung anak kamu Mas, sadarlah!" Rendra dapat merasakan pundaknya basah, dia tahu Gea saat ini tengah menangis. Namun dia tidak mau melepaskannya apapun yang terjadi. Dia bahkan mulai merasa ragu dengan perasaannya sendiri. Apakah dia masih memiliki rasa pada istrinya saat ini atau tidak. "Mas ingin egois, Mas ingin menikahi kamu." "Tapi --" Perkataan Gea langsung terpotong saat bibirnya dibungkam dengan ciuman yang dalam dan penuh gairah oleh pria itu. Gea sempat memberontak, namun dia kalah dan berakhir mencengkeram handuk di tangannya sebisa mungkin. Entah berapa lama, rambut Gea yang semula terjepit rapi ke belakang kini telah berantakan. Rambutnya telah terurai. Sedangkan Rendra masih terus menyesap rasa manis dan lembut bibir Gea yang bagaikan candu untuknya. "Masss!" Napas Gea tersengal, dia akhirnya berhasil lepas dari kukungan pria itu. Kakinya terasa lemas dan dia jatuh merosot di lantai depan kamar mandi. Penampilannya berantakan, dengan air mata yang mengalir keluar dan bibir bengkak. "Maafkan aku, Mas benar-benar frustasi tiap kali kamu menginginkan pergi dari sisi Mas, Gea. Apa kamu benar-benar ingin pergi?" Kedua mata Rendra memerah, jelas sekali rasa sedih dan keberatan muncul di wajah tampannya. Air mata Gea jatuh semakin banyak, dia sendiri merasa bingung dengan perasaannya. "Mas tahu kamu adalah wanita baik-baik, cukup Mas yang jahat. Tapi Mas benar-benar tidak rela melepaskan kamu. Mas tidak bahagia dengan pernikahan Mas selama ini. Baru setelah bersama kamu Mas paham apa arti bahagia." Rendra mengusap air mata yang mengalir di kedua pipi Gea. Lalu dia mengangkat tubuh mungil Gea dalam gendongannya untuk dia bawa ke kasur. Dari situ Gea merasa panik, dia ingin lepas dari gendongan pria itu. Namun sia-sia karena Rendra terlalu erat membawanya. "Mas," "Tenang saja, Mas tahu batasan. Mas tidak akan melakukan hal yang lebih dari pada seharusnya sebelum kita menikah." Rendra meletakkan Gea di kasur, jakunnya bergulir menatap tubuh kekasihnya yang membuat pikirannya terasa pening. Sesuatu yang berdenyut di bawah sana sebisa mungkin dia tahan. Karena dia takut akan menakuti gadis di depannya dengan sikap agresifnya. Rendra lalu mengambil selimut, menutupi seluruh tubuh Gea hingga sebatas lehernya. "Biar Mas ambilkan pakaian untuk kamu." Rendra lalu membuka lemari dan mengambil sebuah dress dan juga pakaian dalam untuk dikenakan Gea. Dia mengambil secara acak yang menurutnya akan bagus untuk dikenakan oleh gadis itu. "Pakailah, Mas akan tunggu kamu di luar. Kita pergi berbelanja sebentar lagi." Rendra menunduk, mencium kening Gea dengan lembut sebelum pergi dari dalam kamar Gea. Setelah kepergian Rendra, Gea merasa seluruh wajahnya memerah dan panas. Perasaannya campur aduk. Dia segera mengambil pakaian yang disiapkan oleh Rendra dan memakainya. Dia mengenakan riasan tipis dan sederhana sebelum keluar dari kamarnya. Sementara Gea masih merasa bingung dengan apa yang dijalaninya saat ini, dia akhirnya memutuskan untuk mengikuti arus. Menunggu waktu yang tepat untuk mencoba mengubah keadaan. "Kamu sudah siap?" Rendra berdiri, dia mendekat ke arah Gea dan menatap lekat kekasih kecilnya. Wajah halus dan lembut itu, bahkan dengan riasan tipis saja masih tetap memancarkan kecantikan alaminya yang menonjol. "Mas tidak pernah menyesal memiliki kamu, justru Mas akan sangat menyesal jika kamu sampai dimiliki oleh pria lain. Mas tidak akan pernah rela membiarkan kamu bersama dengan pria lain di luar sana." Gea yang mendengarnya hanya bisa diam, dia memalingkan wajahnya. Perkataan Rendra saat ini terdengar sangat egois. Dia tidak diijinkan pergi dan mencari cinta yang baru di luar sana. Sedangkan pria itu telah memiliki istri dan bahkan calon buah hatinya sendiri. Rendra telah memiliki keluarga kecilnya yang sempurna, namun masih menginginkannya. "Ayo." Rendra menggandeng tangan Gea selayaknya pasangan kekasih. Berjalan menuruni apartemen menuju ke minimarket dekat gedung apartemen untuk berbelanja beberapa kebutuhan. "Lebih baik kita mengendarai mobil saja, sekalian membeli beberapa keperluan lain yang kamu butuhkan untuk mengisi apartemen." "Terserah Mas saja." Gea tidak banyak berbicara sepanjang perjalanan mereka menaiki mobil dan berbelanja. Justru Rendra yang terus mencoba untuk mengambil inisiatif dan berbicara dengannya. Saat mobil harus berhenti karena padatnya lalu lintas di jalan, Gea mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Dia menyipitkan matanya saat melihat sosok wanita yang terasa tidak asing di matanya. Dia merasa tidak yakin, melihat wanita itu tengah makan dengan sosok pria di dalam restoran dekat jendela kaca transparan. 'Bukankah dia istrinya Mas Rendra?'
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN