Semua pekerjaan Zyan hari ini terbengkalai setelah menyaksikan langsung bagaimana seorang Freya sang artis papan atas yang dengan kukuh untuk menyetujui kontrak kerjanya bersama perusahaan asing.
Padahal sebelumnya Zyan sangat menantikan hari ini. Tapi di luar dugaan jika yang menjadi pemeran pasangan Freya adalah laki laki yang tak di sukainya. Aktor yang juga merupakan putra dari pemilik perusahaan fashion terbesar di Perancis yang juga menjalin kerja sama dengan perusahaan miliknya.
"Sialan. Kenapa harus dia? Bagaimana aku bisa kecolongan seperti ini?" gumannya sambil menendang kaki sofa.
Sejak tadi pikiran Zyan terlihat kacau. Entah kenapa tiba tiba saja pikirannya di penuhi dengan bayangan Freya bersama Axel sedang melakoni perannya dengan penuh perasaan. Sampai sampai Zyan mengumpat berulang kali hanya karena pikirannya yang belum tentu menjadi kenyataan.
'Kenapa kau ini, Zyan? Seharusnya kau bahagia untuk kepergiannya beberapa bulan lagi, dengan begitu kau dan Mitha bisa bebas bertemu tanpa harus memikirkan untuk pulang,' batinnya bergejolak tak jelas.
***
Freya kembali melakukan syuting yang telah di tinggalkannya selama dua hari terakhir. Di pantau dengan Gista dan asisten pribadinya, Freya menjalani perannya dengan baik.
Saat Freya tengah sibuk menghapalkan naskah, dari arah belakang seseorang datang membawa satu bungkus plastik yang berisikan makanan dan langsung duduk begitu saja di sebelah Freya.
"Serius banget," ucapnya santai.
Freya menoleh, mendapati sesosok laki laki tampan yang telah masuk dalam daftar laki laki yang di bencinya. Kedua bola mata Freya memutar malas, berniat untuk menjauh dari sana tapi segera di gagalkan oleh laki laki itu.
"Kenapa Frey? Apa enggak bisa bicara baik baik lagi?" Bisma memasang wajah memohon pada Freya.
"Enggak! Lepasin." Menatap pergelangan tangannya yang telah di kuasai oleh Bisma.
Gista dan asisten pribadi Freya menatap Bisma dengan tatapan mematikan, mereka telah bersiap untuk menyerbu Bisma jika laki laki itu melakukan pemaksaan pada sang artis.
"Oke, oke... Aku salah, semua memang salah aku. Tapi setidaknya kasih kesempatan untuk kita berdua ngobrol," pinta Bisma dan melepaskan tangan Freya.
Freya menoleh pada Gista, seolah meminta izin sekaligus meminta keduanya untuk memastikan tidak ada yang mengambil gambar mereka. Gista menganggukkan kepalanya, memberi izin dan mengerti dengan tatapan yang di berikan oleh Freya.
"Oke. Sepuluh menit." Memutar pergelangan tangannya melihat arloji berwarna rose gold miliknya.
Seutas senyum di wajah aktor berdarah korea itu terlihat jelas. Sebelum ingin menyampaikan sesuatu pada Freya, ia terlebih dahulu mengeluarkan isi dalam kantong plastik yang di bawanya untuk Freya.
"Makan dulu nih, tadi aku mampir di tempat biasa yang sering kita beli." Menyodorkan satu kotak martabak manis dengan toping coklat keju.
Freya tidak bergeming, posisinya masih sama seperti sebelumnya. Sampai akhirnya aroma manis dari martabak tersebut merasuki indera penciumannya dan menggoyahkan egonya.
"Yang kayak biasa kan?" tanyanya sambil mengambil satu potong martabak itu.
Kepala Bisma mengangguk sambil berdehem. "Sedikit gula dan banyak margarin, sedikit keju dan banyak coklat." Dengan lancarnya Bisma masih mengingat dengan jelas kebiasaan Freya saat memesan martabak manis kesukaannya.
Benar sekali, tidak ada satu pun yang terlewat oleh Bisma. Freya bahkan benar benar merindukan jajanan pinggir jalan yang sudah hampir dua bulan tidak di rasakannya. Mata Freya bahkan terpejam sesaat menikmati kelezatan makanan yang telah berada di dalam mulutnya itu.
"Ehem..." Gista berdehem dengan kencang. "Jaga keseimbangan tubuh, Freya." Mengingatkan Freya dengan diet yang sedang di lakukannya untuk perannya di syuting iklan produk fashion ternama dua bulan mendatang.
"Satu lagi, satu lagi." Mengambil sepotong lagi martabak dan cepat cepat di masukkannya ke dalam mulut sebelum sang manager mengambil alih kotak tersebut.
Bisma terkekeh melihat kelakuan mantan calon istrinya itu saat sedang mengunyah dengan mulut yang penuh. "Kamu emang belum berubah ya, Frey."
Freya mengerutkan dahinya tanpa menghentikan aktifitas mengunyahnya. "Apanya?" tanyanya.
Segera Bisma mengeluarkan tisu dari dalam saku celananya, lalu menyeka sudut bibir Freya yang di penuhi dengan coklat dengan lembut. "Masih kayak anak kecil yang baru bisa makan coklat." Terkekeh pelan.
Menerima perlakuan yang tak seharusnya di lakukan oleh Bisma itu membuat Freya buru buru menepis tangan Bisma dan menjauhkan wajahnya untuk menghindari kesalahpahaman yang akan terjadi.
"Apaan sih, Bisma. Ka-"
"Hei b******k," teriak seseorang.
Freya dan Bisma menoleh ke arah pintu ruang istirahat itu. Tidak lupa Gista dan asisten pribadi Freya yang ingin mengalihkan perhatian mereka.
Mata Freya terbelalak kaget, pupus sudah harapannya untuk menghindari kesalahpahaman yang akan terjadi. Saat ini bahkan tubuhnya terasa seperti di pasang bom yang akan meledak dalam hitungan detik.
"b******k," teriak Zyan tertahan.
Buuuk...
Satu bogeman keras mendarat sempurna di wajah Bisma, sampai tubuhnya nyaris tersungkur.
Gista benar benar terkejut, ia segera mendekati Zyan dan Freya. Tapi tetap menjaga jarak dari ketiganya.
"Mas, mas Zyan, stop mas." Freya menarik tangan suaminya.
Zyan tidak memperdulikan Freya, ia lebih memilih memfokuskan tatapannya pada Bisma. "Beraninya kamu." Mencengkeram kerah baju Bisma.
"Apa apaan ini? Kenapa anda memukul saya?" Bisma memberontak melepaskan tangan Zyan dari kerahnya. "Ternyata, anda juga bisa cemburu ya?" sambungnya mencibir Zyan.
Tangan Zyan sudah bersiap kembali untuk menghajar Bisma, sampai akhirnya Freya mengambil posisi berdiri di antara kedua laki laki itu, lebih tepatnya menghadap Zyan sambil menatapi suaminya.
"Minggir, Freya!" ucapnya pelan dengan amarah tak terbendung.
Freya menggelengkan kepalanya samar, lalu menurunkan tangan Zyan perlahan. "Kamu mau kita jadi trending topik minggu ini?" tanya Freya. "Kalau mau, silahkan..." Menganggukkan kepalanya dengan senyum miris.
Sepertinya kata kata yang di ucapkan Freya cukup membuat Zyan berpikir ulang untuk membuat onar di sana. Ia tersadar dan segera merapikan jas formalnya dengan gaya khas.
Dengan cepat Zyan menarik tangan Freya hingga tubuh perempuan cantik itu berada tepat di sebelahnya.
"Jangan pernah memungut sesuatu yang telah kau campakkan." Zyan menatap tajam Bisma.
Apa katanya? Memungut sesuatu? Apa yang maksudnya itu Freya? Benar benar keterlaluan Zyan.
Bisma menarik sudut bibirnya ke atas lalu menyembunyikan kedua tangannya ke dalam saku celana yang di kenakannya. "Jadi, anda menganggap istri anda seperti barang?" Mengalihkan tatapannya pada Freya. "Kalau begitu, selera anda yang terlalu rendah, bisa bisanya mengambil barang rongsokan yang telah di campakkan."
Praak...
Tamparan keras mengenai wajah Bisma yang mulus.
Tangan Freya bahkan bergetar hebat setelah melakukan tindakan keras untuk kedua kalinya pada Bisma.
"Freya, aku hanya mengumpamakan. Bukan bermak-"
"Hentikan, Bisma. Jangan pernah menampakkan wajah kamu di depanku lagi. Kamu benar benar b******n!" Melepaskan tangannya dari Zyan lalu mendorong kuat d**a Bisma hingga terjatuh ke atas kursi.
Freya melangkahkan kakinya pergi dari hadapan kedua laki laki yang memuakkan itu. Sebelumnya Zyan berusaha menarik tangan Freya, tapi Freya berhasil mengelaknya.