Kejadian Gila

1011 Kata
Freya menggelengkan kepalanya, ia tersadar dari lamunan bodohnya yang ingin menyerah dengan pernikahannya. 'Enggak, enggak boleh. Pernikahanku baru dua bulan. Aku enggak bisa menyerah begitu saja. Setidaknya sampai aku berhasil meyakinkan mama kalau Mas Zyan memang enggak cinta sama aku, dengan begitu enggak akan ada yang menyalahkan aku jika perpisahan itu akhirnya harus terjadi,' batin Freya meyakinkan dirinya sendiri. "Hahaha... Kamu berharap aku benar benar mencintaimu, Freya?" tanyanya dengan nada meledek. Pertanyaan Zyan sebelumnya membuat Freya berpikir dengan jernih. Meladeni Zyan tidak bisa dengan kelembutan dan kekerasan. Slow adalah pilihan yang terbaik yang akan Freya lakukan. Freya menarik napas panjang, lalu menghelanya perlahan. Begitu pula dengan senyum manis di wajahnya yang terbit. "Tenang mas, aku enggak akan mengharapkan itu semua terjadi. Tapi, aku perlu mengingatkan satu hal padamu." Menjeda beberapa saat, menatap Zyan penuh arti. "Jika suatu hari, kamu sudah sadar betapa pentingnya aku di dalam hidupmu, aku pastikan kamu enggak akan pernah mendapatkan sedikit pun cinta dari aku. Sekali pun kamu berlutut atau pun mengemis di hadapanku, itu enggak akan merubah keadaannya." Miris sekali rasanya, tapi Freya tidak sedikit pun menunjukkan ekspresi itu di hadapan Zyan. Sukses Zyan terdiam. Bungkam seribu bahasa, hanya bisa melihat punggung Freya dengan langkah kaki yang bergerak keluar kamar. Entah apa yang salah dengan dirinya, tiba tiba saja bibirnya terasa kelu untuk menjawab semua perkataan Freya yang terdengar seperti hinaan untuknya. 'Tidak mungkin. Aku tidak akan mungkin jatuh cinta dengannya, sampai kapan pun. Lagi pula, Mitha dan aku tidak mungkin terpisahkan,' batinnya. Freya dengan sangat pelan pelan menyelinap masuk ke dalam kamar yang biasa di tempatinya ketika malam hari. Kamar yang terletak bersampingan dengan kamar Zyan. Pintu langsung di tutup rapat oleh Freya, menguncinya dari dalam. Dan langsung saja Freya menangis sejadinya, membenamkan wajahnya di antara kedua lututnya yang berlipat. Freya merasa dunianya hancur, bagaimana dia akan bertahan menghadapi sikap kasar dan semena mena Zyan pada dirinya selama kurang dari dua tahun kedepan. "Aku harus bisa bertahan. Bantu aku untuk tetap menjaga kesucian pernikahan ini, Tuhan. Meski pun suami ku sendiri enggak menghargaiku sebagai seorang istri, setidaknya aku menjaga perasaan kedua orang tuaku dan orang tuanya," gumannya di sela sela isak tangis yang pecah. *** Freya mengerjapkan matanya berkali kali, suara dering di ponselnya berhasil membuatnya tersadar dari mimpi indah yang di rajutnya entah sejak kapan. "Sudah berapa lama aku tertidur? Jam berapa ini?" gumannya sambil mengambil ponsel yang terletak di sisi kosong kasur antara bantal. "Astaga, sudah jam lima sore." Bangun dari posisi berbaring dengan mata yang terbelalak. Freya segera membuka pesan singkat yang berisikan beberapa pesan audio dari Gista, sang manager. Bukan hanya itu saja, beberapa pesan singkat penting lainnya membuat Freya terburu buru untuk keluar dari dalam kamar. "Oh my God, habislah aku. Dua jam lagi acaranya segera di mulai." Berlarian menuju kamar milik Zyan. Segera Freya masuk ke dalam kamar mandi, membuka pakaiannya, bersiap untuk mengguyur tubuhnya di bawah pancuran air dingin yang mengalir dari dalam shower. "Aaaaaa ...." teriak Freya dan Zyan bersamaan. Freya langsung menutup kedua matanya, segera mengambil langkah panjang untuk pergi dari hadapan tubuh polos Zyan yang berbalut busa sabun. Sayangnya, Freya justru tertabrak dinding kaca pembatas antara bathtub dan shower. Membuatnya nyaris terjatuh jika tangan Zyan tidak dengan cepat menangkapnya. Alhasil, keduanya berada dalam posisi berpelukan. Tubuh mereka yang polos tanpa tertutupi sehelai benang pun basah sempurna di bawah guyuran air shower. Untuk beberapa saat keduanya hening, tidak bereaksi, membiarkan tubuh mereka menghangat bersama pelukan yang terjadi secara gila itu. Baik Zyan dan Freya merasakan detak jantung mereka yang berdetak hebat, seperti ada aliran listrik yang menyengat. Sampai akhirnya Freya melepaskan tangannya dari pelukan itu dan mendorong d**a Zyan hingga terlepas dari tubuhnya. "Gila," umpatnya, lalu bergegas mengambil bathrobe yang tergantung, memasangnya sambil berlarian keluar kamar mandi. Tepat saat dirinya berhasil keluar, Freya langsung menempelkan sebelah tangannya di depan d**a, merasakan irama jantungnya yang tak beraturan, seolah ingin terlepas dari tempatnya. Sontak Freya menutup mulutnya saat menyadari kejadian yang baru saja di alaminya. "Astaga, enggak mungkin. Aku sama Mas Zyan berpelukan dengan tubuh yang ..." Menggelengkan kepalanya, "Ahh, gila gila. Ini gilaaa..." Menutup wajah dengan kedua tangannya. Tiba tiba tubuh Freya terdorong kebelakang, akibat pintu kamar mandi yang terbuka oleh Zyan dari dalam kamar mandi. "Eeh..." ucapnya kaget dan langsung menghindar dari Zyan yang baru saja keluar menggunakan handuk yang menutupi bagian perut sampai lutut saja. "Kamu su-" "Sana sana, aku mau mandi." Tanpa menatap Zyan, Freya langsung menyela ucapan Zyan dan masuk ke dalam kamar mandi sambil menutupnya dengan keras. Sebagai laki laki dewasa Zyan tidak memungkiri jika otak gilanya nyaris menguasai dirinya, terlebih saat melihat tubuh mulus Freya yang nyaris sempurna tanpa busana. Zyan juga tidak mengelak ada getaran hebat saat kulitnya bersentuhan dengan bagian tubuh sensitif Freya. Zyan bahkan harus berusaha untuk menghilangkan perasaan tak biasa itu. "Ini tidak beres, argh, sial! Aku harus cari cara agar kejadian ini tidak terulang lagi," guman Zyan. Lima belas menit berlalu, beruntung Zyan sudah tidak berada di dalam kamar itu lagi, Freya jadi leluasa untuk bergerak dan bersiap siap. Tak butuh waktu lama, Freya sudah siap dengan penampilannya yang selalu terlihat mempesona dan elegant. Freya memang terkenal sebagai artis yang selalu pandai memadu padankan busana. Terbukti, apa yang di pakainya selalu menjadi sorotan media dan membuatnya menjadi trend di kalangan perempuan muda. Karena acara yang akan di hadirinya malam hari, Freya memilih dress panjang berwarna hitam bercorak bunga yang sangat kontras dengan kulitnya yang putih bersih. Dress berlengan puntung yang di hiasi renda serta memiliki bagian paha sampai bawah yang terbelah dan transparan, membuat Freya terlihat begitu menawan. Terlebih rambut panjangnya yang sengaja ia gerai dengan jepit berbentuk bulat yang menghiasi, semakin menambah tingkat kecantikan perempuan bermata hazel itu. Freya berjalan keluar menggunakan sepatu hak tinggi berwarna senada, menampilkan jenjang kakinya yang sempurna. Baru saja Freya membuka pintu kamar, dirinya kembali di kejutkan dengan kehadiran Zyan yang berdiri di depan pintu yang menatapinya dari ujung rambut hingga ujung kaki, dengan ekspresi tak terbaca. Freya menelan salivanya kasar melihat laki laki tampan di hadapannya. Rasa gugup masih mendominasi setelah hampir dua puluh menit berlalu dari kejadiaan gila itu. "Mau kemana?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN