Naira tidak tahu harus merespon seperti apa. Wanita itu menurunkan pandangan. Kepalanya mengangguk. Sementara Dion mengangkat sebelah alis lalu menatap Rendra, sebelum beralih Alvin dan terakhir Tama. “Naira ini sahabatku waktu SMA. Dia sebenarnya pinter, sayangnya karena masalah biaya--dia nggak bisa lanjut kuliah.” Felicia menatap sang teman dengan sorot mata sedih. “Nggak apa-apa kan, aku kasih tahu mereka?” tanya wanita itu. “Fel.” Alvin memanggil tunangannya. Kepala pria itu menggeleng. Dia tidak tega melihat perubahan ekspresi wajah Naira—sekalipun hanya sekejap mata. Naira mengangkat kepala dengan kedua sudut bibir tertarik. “Nggak apa-apa kok. Memang kenyataannya kayak gitu. Nggak masalah.” Naira memberanikan diri menatap Rendra dan Dion bergantian. Dion memperlihatkan cengira