“Maafkan Ibu, ya, Na. Ibu bisanya bikin kamu susah.” Wuri memperhatikan Naira yang sedang membersihkan tubuhnya. Dia sudah menahan selama mungkin, menunggu Doni kembali. Sayangnya, putranya itu tetap tidak muncul hingga dia sudah tidak sanggup lagi menahan keinginan untuk buang air kecil. Ingin meminta bantuan penunggu pasien lain, mereka sedang tidur. Hanya ada Malika, dan putri kecilnya itu tidak kuat menopang tubuhnya ke kamar mandi. Tombol darurat? Mungkin nasibnya yang apes karena benda tersebut tidak berfungsi. Dia sudah meminta Malika untuk memanggil suster, tapi, Malika bilang di luar tidak ada orang dan putrinya itu ketakutan. Naira sudah menarik turun selimut yang basah, juga perlak—lalu mengganti dengan perlak yang baru setelah meminta dari seorang suster. Dia tidak tega memin