"Hahaha, kalau memang ada perempuan baik-baik yang mau kenapa kamu memintaku. Kamu cari saja perempuan itu," sahut Viona dan hendak beranjak.
"Tunggu, aku punya alasan tidak memilih mereka. Karena biasanya mereka tidak mau kalau hanya untuk melahirkan anak, setelah menikah mereka akan menguasaiku. Tapi aku tidak bisa, karena aku sangat mencintai istriku. Aku tidak mau hanya karena dia tidak bisa memiliki anak, hidupnya jadi hancur karena aku. Aku ingin tetap bersamanya sampai maut memisahkan, itu kenapa wanita sepertimu aku rasa lebih pantas. Karena bagimu yang terpenting adalah uang, kamu tidak akan menuntut cinta apalagi untuk menjadi istri seumur hidup. Dan setelah melahirkan aku akan langsung menceraikanmu," jelas Bayu alasannya.
"Iya juga sih, bagiku cinta itu omong kosong. Perutku atau keluargaku di kampung tidak akan kenyang dengan cinta, apalagi aku pernah merasakan sakitnya mencintai tapi hanya berakhir dikhianati. Baiklah bagaimana kalau sepuluh miliar?"
"Apa? Gila kamu, apa kamu pikir uang segitu sedikit. Aku tidak bisa kalau sejumlah itu, aku tambah satu miliar lagi jadi tiga miliar, bagaimana?" tanya Bayu balik.
"Gak ah, aku tidak mau kalau segitu. Dilihat dari kamar yang mampu kamu sewa saja aku tau kamu bukan orang sembarangan, masa uang segitu saja tidak sanggup. Ya sudah kalau begitu cari perempuan lain saja," sahut Viona dan hendak beranjak kembali tapi lagi-lagi Bayu menarik tangannya agar Viona kembali duduk.
"Lima miliar, aku akan bayar kamu segitu. Aku rasa itu sudah jumlah yang besar, aku tidak bisa membayar lebih lagi. Apalagi aku harus mengurus semua kebutuhanmu nanti, belum lagi makanan sehat dan segala hal tentang kehamilan. Kalau kamu mau kita atur kontraknya," ucap Bayu akhirnya.
Viona diam sesaat, uang segitu banyak sebenarnya sudah sangat lebih. Dia bisa keluar dari pekerjaan hinanya sekarang, yang jelas dia bisa kembali ke kampungnya dan membuat usaha di sana. Bisa berkumpul dengan ibu dan adik-adiknya lagi, orang-orang yang dia sayangi dan tidak tau apa pekerjaannya di kota. Karena memang Viona menyembunyikannya dari keluarga tentang pekerjaannya di kota besar.
"Baiklah, tapi tidak semudah itu untukku keluar dari tempatku bekerja sekarang. Mami Rose pasti akan meminta ganti rugi," ujar Viona akhirnya.
"Kalau soal itu kamu tidak usah khawatir aku yang akan mengurusnya, tapi sebelum itu aku harus membawamu untuk diperiksakan ke dokter. Pertama aku tidak mau sampai tertular kalau kamu memiliki penyakit karena pekerjaanmu ini, yang kedua aku harus pastikan jika kamu subur dan kandunganmu tidak bermasalah." Bayu mengutarakan syaratnya sebelum dia dan Viona menandatangani kontrak perjanjian.
"Sebenarnya aku selalu rutin memeriksa kesehatan, aku juga tidak melayani sembarang orang. Meskipun tidak sangat kaya, setidaknya mereka punya duit. Karena memang aku memiliki kelas tinggi si klub tempatku bekerja, tapi tidak masalah jika kamu ingin melakukan pemeriksaan ulang. Itu sudah sesuai dengan bayaran yang akan kamu keluarkan," jawab Viona setuju.
"Ya sudah, kalau begitu mana ponselmu." Bayu meminta ponsel Viona, awalnya Viona bingung tapi kemudian dia paham apa yang dimau Bayu.
Viona mengeluarkan ponselnya dan menyodorkannya pada Bayu, segera Bayu meraihnya dan mengetik nomor ponsel. Ternyata dia melakukan panggilan ke nomor pribadinya, agar mereka berdua mudah untuk berkomunikasi.
"Ini, aku akan menghubungimu setelah bicara pada istriku." Bayu mengembalikan ponsel Viona, yang langsung diambil Viona dengan cepat.
"Jadi kapan kita bertemu lagi, jangan suka memberi harapan palsu ya. Aku paling tidak suka pembohong," ucap Viona tegas.
"Kan barusan aku sudah bilang kalau aku akan menghubungimu setelah bicara pada istriku," sahut Bayu.
"Iya maksudku jangan lupa kabari, setuju atau tidaknya istrimu beri aku kabar. Jangan hanya memberikan harapan palsu," ujar Viona menjelaskan maksudnya.
"Iya aku akan beri kabar, sudah sana kalau mau pulang." Bayu langsung mengusir Viona begitu selesai bicara.
"Eh, kamu beneran gak mau begituan denganku? Aku beri servis gratis, mau?" tanya Viona.
"Tidak! Sudah sana pergi," usir Bayu tegas.
"Kalau begitu beri aku uang, aku harus membawa uang pulang. Karena mami bisa mengomeliku karena tidak menemui pelanggan," ucap Viona membujuk.
"Eh, belum apa-apa sudah minta uang. Kamu telepon saja mamimu itu, bilang kalau tidak ketemu dengan orang itu. Masa sih gak ngerti," ujar Bayu memberi masukan.
"Kamu gak tau saja gimana Mami, nih aku telepon dan dengar sendiri." Viona langsung menelpon pada bos di tempatnya bekerja, tak butuh waktu lama langsung diangkat.
"Viona! Kemana saja kamu, pak Bram sampai marah-marah. Katanya yang datang ke kamarnya orang lain, apalagi dia sampai hampir dilaporkan ke polisi. Memangnya kamu tidak ke kamarnya dan menyuruh orang lain?!" tanya mami Rose dengan suara tinggi.
"Duh, Mami jangan teriak-teriak dengerin dulu aku ngomong. Jadi aku diberikan kunci, nah kunci yang dikasih ke aku itu ternyata salah. Jadi saat aku masuk kamar malah salah orang, Mami gimana sih kasih instruksinya. Kenapa bisa sampai salah kamar begini," kilah Viona beralasan.
"Kenapa jadi Mami pula yang salah, kalau memang pihak hotel yang salah kasih kunci ya artinya mereka yang teledor. Dan Mami jadi marahi Pak Bram," sahut mami Rose.
"Terus gimana, Mi? Coba Mami tanya pak Bram di kamar apa biar aku langsung samperin," rajut Viona mencoba menenangkan.
"Tidak usah, pak Bram sudah pergi tadi. Kamu harus ganti rugi sama mami, gaji kamu mau potong setiap saat pelanggan. Kamu sudah bikin Mami rugi!" tukas mami Rose.
"Iya Maaf, Mi. Tapikan bukan aku yang salah," ujar Viona masih membela diri.
"Mami gak perduli, sekarang balik ke klub!" titah mami Rose penuh penekanan.
"Tapi Mi ...."
Belum selesai Viona bicara, mami Rose langsung mematikan panggilan. Viona langsung menarik napas panjang dan menghempaskan punggungnya di sandaran sofa. Seketika ingatan Viona kembali ke saat dia hendak ke kamar ini, saat di meja resepsionis dia yang tidak berkonsentrasi menabrak seorang wanita.
"Tunggu, jangan-jangan kunciku tertukar dengan perempuan itu. Tadi saat sama-sama hendak pergi dari meja resepsionis aku menabrak seorang gadis cantik, jangan-jangan kamu menyewa wanita itu ya? Karena saat itu kunci milik kami tertukar, yang artinya wanita itu hendak ke kamar ini." Viona menjabarkan kejadian yang dialaminya tadi.
"Aku tidak punya janji dengan siapapun, aku ke sini saja karena terpaksa. Aku sedikit mabuk karena minum terlalu banyak saat jamuan, makanya aku inisiatif menyewa kamar untuk istirahat sebelum pulang. Jadi kira-kira siapa wanita yang kamu maksud?" tanya Bayu bingung.
"Lah kamu nanya aku, ya mana aku tau. Kamu tanya aja pihak hotel, ya sudah aku mau pulang. Di sini juga aku gak dapet apa-apa, kali aja aku balik dapat pelanggan." Viona menyahuti sekaligus beranjak dari duduknya, tapi di tahan oleh Bayu yang membuat Viona langsung menoleh.