Menolak Alena

1017 Kata
"Kenapa lagi?" tanya Viona. "Mau uang kan? Atau sudah gak mau? Kalau gak mau ya sudah pergi sana," jawab Bayu tanpa melihat ke arah Viona. "Maulah, aku harus bayar ganti rugi ke mami Rose karena gagal bertemu pelanggan. Tadinya aku berniat mengambil uang tabunganku, tapi kalau kamu mau kasih ya aku bersyukur banget." Viona kembali duduk dan penuh semangat dengan senyum lebarnya. "Kalau soal duit, cepet banget ya. Tunggu sebentar," ujar Bayu dan beranjak dari duduknya. Bayu mencari dompetnya di laci nakas, ternyata meskipun mabuk dia masih sempat meletakan dompetnya di tempat aman. Bayu membuka dompet dan mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan untuk diberikan pada Viona. Setelah itu, Bayu kembali mendekat ke arah Viona. "Ini cukup kan? Aku tidak bisa memberi banyak, karena hanya segitu uang cash yang aku bawa. Itu pun semua sudah aku berikan untukmu," ucap Bayu seraya menyodorkan uang yang langsung di sambar Viona. "Iya sudah, tidak apa-apa. Meskipun tidak setimpal dengan upah kerjaku jika melayani pelanggan, setidaknya bisa untuk diberikan pad mami Rose. Daripada harus dengan uangku sendiri, terima kasih ya. Kalau begitu aku pulang dulu," sahut Viona dan langsung berpamitan. "Tunggu, apa bisa kamu tidak kerja satu dua hari ini. Maksudnya jangan melayani pelanggan lebih dulu, aku akan secepatnya menghubungimu. Agar jika memang kita deal saat pemeriksaan kondisimu 'bersih" kamu paham maksudku, kan?" tanya Bayu. "Aku akan usahakan, tapi tidak janji. Karena semua yang memutuskan adalah mami Rose, jika beliau memberikan ijin aku bisa bebas. Jika tidak ya kamu tau sendiri," jawab Viona. "Kamu bekerja di mana? Nanti kamu kirim nomor mamimu itu, yang sepertinya kamu sangat takuti. Biar aku yang bicara padanya nanti, sudah sana pergilah aku harus pulang." Bayu langsung mengusir Viona setelah selesai bicara, Viona hanya mengendikkan bahunya dan hendak berlalu dari sana. Baru melangkah dua langkah, Viona mendengar suara pintu di buka. Bukan hanya Viona tapi Bayu juga mendengarnya, seketika Viona mundur dan menoleh ke arah Bayu. Tapi yang ditoleh juga seperti orang bingung, karena ada yang membuka pintu kamarnya. "Apa itu istrimu?" tanya Viona pelan. "Tidak mungkin, istriku tidak tau aku di kamar ini." Bayu segera beranjak dan berjalan ke arah luar kamar, terlihat seorang wanita cantik berdiri di dekat pintu yang sudah tertutup kembali. "Siapa kamu?" tanya Bayu dibelakangnya ada Viona yang berjalan mengikuti. "Aku Alena, aku di minta om Pram untuk ke sini." Wanita itu menjawab dengan santainya, padahal dia masuk ke kamar tanpa ijin. "Ngapain Papa memintamu ke sini, jangan sembarangan. Aku tidak pernah memanggil wanita manapun untuk ke kamar ini, bahkan istriku sana tidak tau aku di sini." Bayu dengan tegas menyatakan rasa tidak percaya jika papanya yang melakukan itu. "Terus wanita itu siapa? Jangan-jangan kamu berselingkuh, kalau tidak percaya tanya saja om Pram. Lagipula darimana aku bisa dapat kunci kamar ini," sahut wanita itu seraya menunjukkan kunci kamar hotel. "Tidak, aku bukan selingkuhannya. Kamu lupa, kita tabrakan di lobi terus kunci yang kita bawa sama-sama terjatuh, sepertinya saat memungutnya kembali kunci itu tertukar. Karena aku bukan mau bertemu orang ini," timpal Viona langsung maju kedepan untuk menjelaskan. "Oh, kamu wanita yang di tunggu pria di kamar lantai bawah. Yang tadi aku salah masuk, terus ngapain kamu masih di sini." Alena dengan angkuhnya melirik ke arah pintu, bermaksud mengusir Viona. "Baiklah kalau begitu aku pergi," ujar Viona dan hendak melangkah pergi. "Tunggu, aku yang punya kamar ini. Aku yang bisa menentukan siapa yang pergi dari sini," sahut Bayu dan menahan tangan Viona membuat Viona kebingungan. "Maksudnya apa? Aku kemari atas perintah om Pram, dia bilang aku dan kamu harus saling mengenal. Karena kita akan dijodohkan, sedangkan wanita ini sudah terlihat jelas kalau dia bukan wanita baik-baik. Jangan-jangan karena salah masuk kamar kalian malah melakukan hal itu?" tanya Alena menuduh. "Itu bukan urusanmu, sebaiknya kamu pergi. Dan tolong sampaikan pada papaku, kalau aku sudah memiliki calon istri sendiri untuk melahirkan anakku kelak. Jadi kalian tidak perlu repot-repot," jawab Bayu ketus. "Tapi dia itu perempuan ...." "Tidak usah mengajariku, aku tau apa yang aku perbuat. Aku bukan anak kecil lagi, yang bisa di atur-atur. Mau dia seperti apa, aku sudah mempertimbangkannya. Jadi jangan ikut campur, sekarang keluar dari kamarku!" tegas Bayu dan langsung mengusir Alena sebelum Alena menyelesaikan ucapannya. "Baik, aku akan adukan semua ini pada om Pram. Aku yakin dia pasti tidak akan setuju!" tukas Alena dan langsung keluar dengan membanting pintu. Bayu mencari napas lega, Viona segera melepaskan tangan Bayu yang sejak tadi memegangnya. Dia pun menatap tajam Bayu, yang ditatap malah balik menatap dengan bingung. "Kamu yakin orang tuamu akan setuju? Ingat kamu diminta melahirkan pewaris, apa mungkin keluargamu menyetujui kamu mendapatkan itu dari perempuan sepertiku?" tanya Viona. "Sudah, itu akan menjadi urusanku. Aku yang akan menghadapi papaku, lagipula anak yang lahir semua suci. Tidak perduli dia lahir dari siapa, memangnya salah kalau anak itu lahir dari rahimmu? Lagipula kamu manusia, kecuali kamu bukan manusia baru aneh. Tugasmu hanya mengikuti instruksiku, tidak penting pendapat orang tuaku atau siapapun. Sudah sana pergilah," jelas Bayu dan mengusir Viona kembali. "Dasar cowok tukang ngusir, sejak tadi kerjamu mengusir orang saja. Giliran aku mau pergi di tahan-tahan," sungut Viona dan langsung beranjak dari tempat itu. Viona membuka pintu lalu keluar dari kamar hotel yang ditempatinya Bayu, sementara itu Bayu kembali mendekat ke arah tempat tidurnya dia duduk di sana sambil memijat pelipis kepalanya yang tiba-tiba terasa pusing. "Papa apa-apaan, bisa-bisanya dia menyuruh perempuan asing masuk ke kamar ini. Pasti papa menekan pegawai hotel untuk memberitahu jika aku di sini," gerutu Bayu terlihat kesal. Memang hotel tempat Bayu berada saat ini, adalah hotel milik keluarganya yang dia kelola. Itu kenapa saat relasinya mengadakan jamuan di klub yang ada di hotel ini, Bayu bersedia hadir dan tidak segan menenggak minuman. Apalagi saat pikirannya sedang kalut, semua itu karena dia berpikir dia bisa istirahat di salah satu kamar hotelnya jika dia mabuk. Bahkan dia meminta asistennya untuk pulang, setelah mengantarkannya ke kamar ini tadi. Sibuk dengan pikirannya sendiri, ternyata ponselnya berdering. Bayu bergegas meraih ponselnya, dia pikir itu adalah papanya setelah mendapatkan laporan dari Alena. Tapi ternyata itu adalah Tamara, istri dari Bayu. Bergegas Bayu mengangkat panggilan dari sang istri. "Halo, Sayangku." "Kamu tidak pulang, Mas?" tanya Tamara langsung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN