Adrian mengerjap-ngerjap ketika melihat sosok wanita lain di depan pintu kamar, tepat saat hendak keluar, Olin menyambut dengan tatap penuh kerinduan. Namun, ia hanya mengelak saat perempuan itu mencoba memeluk, tak mungkin sekarang. Di depan semua anak buah, juga Noi.
“Aku sudah selesai, Kakak boleh menggunakan kamar mandi sekarang!” seru Noi hanya mengenakan piyama, handuk menutupi rambut basahnya.
Heran melihat tubuh Adrian mematung di pintu, ia mendekat penasaran. Namun, langkahnya terhenti ketika seorang perempuan menabrak kasar tubuh Adrian. Olin masuk, Noi hanya berdiri heran.
Siapa dia? Tanya yang menyergap ini segera terjawab saat gerakan cepat sang suami menyeret paksa wanita itu menjauh, apa dia bentuk kesalahpahaman dari pernikahan palsu mereka? Ternyata memang ada perempuan di belakang sang kakak ipar, tentu saja akan menimbulkan perkara rumit baru.
Noi memukul kepalanya, tersudut oleh kehadiran perempuan lain. Urusan Dirga sangat membingungkan, ditambah wanita itu muncul secepat ini. Lengkap.
Dia hanya melanjutkan niat untuk mengeringkan rambut, tetapi dengan cepat membekap mulut. Apa perempuan itu berpikir tentang hal serius mengenai aksi erotis semalam? Pantas saja sangat kesal.
“Apa wanita itu marah karena aku keramas?” Noi memekik sendiri, tetapi cepat bersikap wajar ketika pintu kembali terbuka.
Adrian masuk, mata bola pingpongnya kian membulat ketika pipi kiri suami cadangan tampak jejak lima jari. Tentu tamparan telah didapat, sangat menyedihkan melihat kenyataan tersebut. Namun, dia tak mungkin mengatakan hal-hal yang lebih menyudutkan sang lelaki pada satu kondisi serius lainnya.
“Apa aku harus menyusul dan menjelaskan situasinya?” Noi merasa bersalah, tamparan lebih menyakitkan dibanding peluru nyasar.
Jauh menembus hati, lukanya tak kasat mata. Susah untuk sembuh karena ingatan susah untuk dilumpuhkan. Kalau peluru menembus, tinggal keluarkan saja. Sakitnya akan hilang dalam waktu singkat.
Mungkin saja begitu, Noi hanya menerka-nerka dalam kebingungan saat ini. Kenapa pula dia harus mencuci rambut di pagi hari? Lupa mengenai status baru perihal pernikahan, bukankah rambut basah identik dengan aksi panas di atas ranjang?
“Tak perlu, biarkan saja begitu. Akan semakin rumit kalau dia tahu kebenarannya, Mami akan melibatkan diri.” Adrian melarang karena memang hanya bisa menambah perkara baru kalau sampai Olin tahu perihal pernikahan pura-pura mereka, lebih baik membiarkannya tetap begitu.
Noi hampir kembali tertawa, tetapi ia tahan. Tak cocok sama sekali dengan pangkatnya, Adrian hanya Anak Mami. Menggemaskan sekali melihat wajah sang kakak ipar cemberut, apa pertengkaran mereka menjadi tontonan gratis semua orang? Pasti seru.
“Apa itu?” tanya Noi mengalihkan percakapan ketika melihat tangan Adrian memegang sesuatu, dia enggan membuat keadaan semakin memanas jika membahas hubungan sang kakak ipar bersama kekasihnya.
“Foto-foto yang kamu minta, kondisi saat mereka masih hidup.” Adrian menjelaskannya sembari mengulurkan tangan, berharap akan ada petunjuk baru dari Eunoia
Noi mengambil cepat dari tangan Adrian, memeriksa satu persatu. Mulutnya benar-benar terbuka, dia mengenal mereka. Tentu saja. Dia hafal semua nama korban. Apa yang sebenarnya terjadi?
“Dirga juga sangat mengenal mereka, kami pernah dalam satu komunitas.” Perkataan yang sangat mengejutkan bagi Adrian, kenyataan apa lagi ini?
“Komunitas?” ulangnya benar-benar tidak menyangka akan muncul pernyataan yang sangat tak masuk akal, bagaimana dirinya tak tahu apa pun mengenai Dirga?
Jika memang ada komunitas seperti yang Noi katakan, perkumpulan macam apa yang sedang diikuti oleh mereka? Apa semua korban memang terlibat dalam satu masalah serius di grup tersebut sehingga harus meregang nyawa secara tragis? Adrian masih mencoba menarik setiap benang merah yang ada.
“Iya, Komunitas Penulis Online. Jadi, mereka merupakan Auhtor di grup online. Namun, sejak kejadian itu, nama tujuh orang ini sudah tidak tercatat sebagai anggota di grup. Mereka keluar setelahnya.” Penjelasan yang cukup rumit untuk bisa dipahami oleh Adrian, sedikit ambigu karena Noi hanya mengatakan menggunakan bahasa yang sulit diterjemahkan secara gamblang.
“Kejadian apa?” tanyanya sembari memasang wajah serius, tampaknya jawaban akan segera didapat dengan terus menginterogasi istri sah Dirgantara.
“Ada satu event, menulis sebuah kisah fantasi. Namun, kami diharuskan mengambil tema lukisan hasil karya Afriz Artanabil. Aku mundur, karena memang tak pernah paham dengan apa pun bentuk gambar.” Dia mulai menjelaskan dengan kembali menyebutkan nama sang pelukis terkenal, Adrian semakin tertarik terhadap seniman tampan tersebut.
“Lalu, mereka?” timpalnya masih sangat penasaran terhadap apa yang terjadi pada para korban semasa hidup karena selama ini sangat minim informasi terkait nama-nama yang telah meninggal di tangan Tato, tetapi Noi justru sangat mudah menjelaskan perihal hal-hal tak terduga yang ternyata sudah berlangsung cukup lama di suatu komunitas online.
“Menurut rumor yang kudengar, mereka ke luar satu persatu setelah naskah ditolak mentah-mentah oleh pelukis tak berakhlak itu. Tidak ada yang sesuai dengan ekspetasi, merasa diremehkan dan terhina. Setelah itu, kabar mengenai penulis-penulis tersebut sudah jarang terdengar, lalu berakhir di foto-foto yang kulihat semalam.” Noi sedikit menyesal karena terlambat mengetahui nasih tujuh perempuan yang ia kenal sebagai penulis beken di komunitas, dia pun menjadi anggota di grup yang sama sehingga cukup tahu mengenai para korban.
“Kamu kenal mereka secara nyata atau sebatas di dunia maya?” Adrian masih membutuhkan keterangan yang lebih jelas, dia ingin mendapatkan informasi akurat mengenai para korban.
“Pernah bertatap muka sekali, tahun lalu. Saat itu, kami yang terpilih lima belas orang ....” Noi membeku dengan wajah memucat, “jika ini tentang tato yang Kakak maksud, pembunuhan berantai ini pasti ditujukan pada penulis terpilih tahun lalu. Flo juga termasuk, bahkan dia yang bertahan hingga menjadi pemenang. Apa yang sebenarnya terjadi?”
Adrian memperhatikan wajah Noi yang mulai ketakutan, kedua bola mata bergerak cepat. Ada hal besar yang diketahuinya, misteri pembunuhan berantai oleh Tato tentu berkaitan dengan grup yang ia sebutkan. Apa ini mengenai persaingan di dunia penulis online?
“Siapa pendiri grup itu?”
“Penulis terkenal, Iqtibar Maulana.”
Adrian tampak menemukan titik terang, setidaknya sudah bisa menargetkan tersangka. Namun, jika kecurigaannya benar, Noi dalam masalah besar. Bukankah dia termasuk dari para penulis yang mengikuti event tahun lalu?
Dia pun akan menjadi incaran sang psikopat, lima belas penulis yang kesemuanya wanita. Namun, bagaimana dengan Dirga? Apa kaitannya dengan para penulis sekaligus pelaku yang mulai terpikirkan berada di dalam komunitas tersebut?
“Kenapa Dirga bisa terjerat ke dalam kasus ini?” Adrian kembali mengutarakan pertanyaan yang masih membingungkan, tentu ada hal serius lain di dalam komunitas tersebut.
“Aku juga bingung dengan menghilangnya Dirga dan kemunculan dia bersama Flo di kamera pengawas rumah sakit, apa memang benar terhubung dengan KBM atau malah terkait dengan komunitas lain yang mereka ikuti saat masih menjadi pasangan?” Noi pun tampak meragukan analisis sendiri karena memang ada banyak hal mencurigakan jika mengenai Dirga dan Flo, mereka menjadi pasangan cukup fenomenal di berbagai grup f*******:.
“Grup lagi?” Adrian memegangi kepala, kehidupan macam apa yang sebenarnya sedang diikuti sang adik?
Kenapa dia bisa tak tahu apa pun tentang saudara kandungnya? Lantas, komunitas online macam apa yang sampai menimbulkan gesekan serius antar member? Benar-benar sulit diterima oleh nalar.
“War On Terror.” Perkataan Noi ini langsung membulatkan mata Adrian secara sempurna, dia baru mendengar mengenai komunitas tersebut.
Ternyata di Negara ini pun sudah ada, perkumpulan yang sangat menyesatkan. Adrian lemas seketika, bukankah itu salah satu tujuan komunitas rahasia paling terlarang? Dia harus segera menemukan sang adik, dalam keadaan hidup atau mati!
***