Prisa berjalan dengan wajahnya yang merah padam karna perlakuan Alfin padanya, hingga berpapasan dengan Alisha yang baru selesai memilih kain untuk rancangan dia selanjutnya. “Bagaimana penjilat? Kamu sudah puas setelah menjilat bosmu hingga bosmu lebih memilih perempuan kampungan seperti kamu untuk di jadikan model di butiknya?” ucap Prisa dengan tajam yang membuat jantung Alisha serasa teriris. “Maaf Mbak Prisa yang terhormat, saya memang bekerja di sini menggantikan posisi Anda, tapi saya bukan penjilat seperti yang mbak Prisa tuduhkan!” bantah Alisha membela dirinya. “Hahaha ... halah, kalau bukan penjilat apa juga? Aku penasaran dengan apa kau menyogok Alfin hingga Alfin semudah itu jatuh simpati padamu, apa jangan-jangan ....” Prisa tidak melanjutkan lagi kalimatnya, tapi dia mena
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari