Sejenak Erina termenung memikirkan apa yang terjadi pagi tadi. Entah kenapa bayangan itu masih menggelayuti otaknya. Seakan tidak mau hilang dan terus menetap di sana. Seorang pasutri yang sudah beberapa tahun ini tanpa ada kabar.
Xiao Yu yang mendapati rekan kerjanya sejak tadi diam sembari menatap layar komputer. Ia merasa sedikit aneh sampai beberapa kali melirik gadis berpakaian santai itu.
“Erina, apa kau sedang ada masalah?” tanya Xiao Yu mengernyitkan keningnya bingung.
Mendengar pertanyaan seseorang yang berada di sampingnya membuat gadis itu menoleh tanpa tenaga. “Tidak.”
“Aku lihat sejak kau datang sudah seperti ini. Kalau memang ada masalah, kau bisa menceritakannya padaku,” ucap Xiao Yu khawatir. Sepertinya ia mulai melihat sisi lain dari seorang gadis yang bernama Erina Zakiyah.
“Bukan masalah besar. Aku hanya sedang berpikir saja,” balas Erina tersenyum tipis.
Akhirnya, mau tak mau Xiao Yu menghela napas panjang dan kembali membiarkan Erina bergelut dengan pikirannya sendiri. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tetapi sudah lebih dari cukup kalau dirinya menghormati privasi Erina.
Tak lama kemudian, pintu ruangan terbuka pelan dengan sebuah kepala berambut panjang menyembul ke dalam. Itu adalah Lusi. Seorang gadis dari ruangan sebelah yang sudah menjadi teman Erina beberapa tahun belakangan ini.
“Erina!” panggil Lusi setengah berbisik.
Sedangkan Erina yang mendengar panggilan langsung mendongak dan tersenyum senang melihat kedatangan sahabatnya.
“Kemarilah,” ucap Lusi lagi sembari mengkode gadis itu agar menghampirinya.
Erina pun membalas dengan kode tangan yang berbentuk bulat, lalu kembali menatap layar komputer di hadapannya.
Setelah itu, Lusi kembali menutup pintu ruangan tersebut dan menunggu Erina dari luar. Di sela dirinya menunggu, terlihat pasangan suami istri melangkah menghampiri dirinya membuat ia langsung menautkan kedua alis bingung.
Namun, pasangan tersebut malah melangkah melewati dirinya membuat Lusi merasa sangat percaya diri hingga dihampiri oleh mereka. Padahal ia sedang tidak memiliki urusan pada siapa pun, jadi mustahil kalau ada yang mencarinya.
“Hei, kau lihat apa!” seru Erina mengejutkan Lusi yang terlihat menatap ke arah berlawanan dari ruangan kerjanya.
“Astaga, Erina!” Lusi memegangi dadanya berdetak lebih cepat. “Kau sangat menyebalkan jika dalam keadaan jahil seperti ini.”
“Ekspresimu sangat serius tadi, Lusi. Aku bahkan menyangka dirimu melihat lelaki tampan, tapi waktu aku ikut melihat arah pandangmu tidak melihat apa pun,” elak Erina mengangkat bahunya acuh tak acuh.
“Ya sudah. Ayo, kita keluar! Aku tahu kau sedang ada agenda pertemuan dengan penulis,” ajak Lusi membuat Erina langsung dilanda kebingungan.
“Dari mana kau tahu?”
“Tentu saja dari Bos Wang,” jawab Lusi cepat. “Pagi tadi dia ke ruanganku dan mengatakan kalau aku harus menemanimu keluar nanti.”
“Oh, tidak! Bos Wang benar-benar menyebalkan,” keluh Erina mengerucutkan bibirnya kesal.
“Tidak sepenuhnya. Dia sangat baik, Erina,” ralat Lusi tersenyum tipis.
Setelah itu, kedua gadis yang mengenakan pakaian santai itu terlihat keluar dari gedung. Mereka sesekali tertawa dengan celetukan aneh dari Erina yang selalu saja menghidupkan suasana.
Akan tetapi, tawa keduanya langsung terhenti ketika mendapati pasangan pasutri yang kini tidak jauh dari mereka. Seorang wanita awet muda nan cantik itu terlihat menatap Erina dengan pandangan tidak percaya sekaligus penuh haru.
Seketika Erina pun ikut terkejut dan mengundang tatapan tanya dari Lusi yang berada di sampingnya. Ia merasa kalau sikap sahabatnya ini sudah berbeda sejak tadi.
“Akira,” panggil seorang wanita dengan nada bergetar.
Hati seorang gadis yang ada di sana terasa miris ketika mendengar nama lamanya kembali disebut. Hal itu membuat dirinya langsung mengepalkan tangan erat.
“Ayo, Lusi, kita harus bergegas untuk pergi!” ajak Erina dengan nada sedikit dipaksakan ceria.
“Uhm ... Erina, bukankah Bibi itu memanggilmu?” ucap Lusi dengan nada sedikit bimbang.
“Bukan. Namaku Erina Zakiyah, aku tidak kenal dengan Akira,” balas gadis itu berusaha membawa Lusi pergi dari sana.
Sayangnya, kedua gadis itu kalah cepat dengan seorang wanita yang sudah menghadang mereka berdua. Wanita anggun yang selama ini berusaha untuk Erina hindari. Namun, sejauh apa pun ia berlari, maka secepat itulah pertemuan akan kembali terjalin.
“Akira. Iya benar, kamu Akira,” ucap wanita itu tersenyum senang seakan ia baru saja melihat seseorang yang sudah lama tidak bertemu.
Akan tetapi, pelukan rindu yang cukup erat itu harus terlepas saat Erina mengibaskan tangannya kesal. Kemudian, menatap wanita itu tersinggung. Tentu saja ia masih sangat ingat betapa kejamnya kehidupan di masa lalu.
“Maaf, Bibi. Aku Erina,” ralat gadis itu dengan Bahasa Mandarin yang sangat lancar, membuat Khansa terpaku sejenak.
Seorang lelaki yang mulai melangkah mendekati mereka itu pun langsung tersenyum tipis sembari membawa sebuah map. Membuat Erina menatap penasaran. Apakah keluarganya menyelidiki sampai sejauh ini?
“Akira Khanzarumi, seorang gadis yang lahir di Bekasi mengubah semua identitasnya beberapa tahun lalu demi menutup dari seluruh keluarga. Benar?” ucap Romi mengangkat alis kanan dengan pongah.
Seketika Erina langsung mengepalkan tangannya lebih kuat, sedangkan Lusi yang mendnegar hal tersebut terdiam sesaat. Ia masih tidak mengerti dengan situasi seperti ini. Meskipun ia sendiri merasa tidak ada hak untuk ikut campur masalah keluarga sahabatnya.
“Akira, kenapa kamu begini? Kami semua mencarimu sampai beberapa minggu lalu bisa menemukanmu yang menetap di sini,” ucap Khansa dengan nada bergetar.
Erina terdiam membisu. Bibirnya seakan kelu untuk menjawab semua perkataan yang terlontar dari mereka.
“Uhm ... Erina, sepertinya aku harus pergi,” bisik Lusi melepaskan pelukan Erina yang berada di lengan kanannya.
Tanpa pikir panjang, Lusi pun melesat dari sana dan membiarkan Erina menyelesaikan semua permasalahannya. Karena sampai detik ini pun dirinya sebagai seorang sahabat bagi gadis itu belum juga mengetahui apa yang terjadi dengan keluarganya. Seakan semua tiba-tiba tertutup dan menghilang dari bumi.
Sepeninggalnya Lusi yang mejauhi Erina, keluarga kecil nan bahagia di depan umum itu tampak terdiam beberapa saat. Sebelum Romi memutuskan untuk mengajak keduanya mencari tempat untuk berbincang lebih lanjut.
Karena akan ada banyak sekali pertanyaan yang harus dilontarkan untuk Erina. Seorang gadis lulusan SMK yang tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Seakan gadis itu dilenyapkan oleh bumi dalam satu kedipan mata.
“Khansa, sudah dulu. Akira pasti masih terkejut kedatangan kita,” ucap Romi mulai mengerti ketegangan yang ada di sana.
Khansa yang masih tidak percaya pun hanya tersenyum sendu, lalu mengangguk pelan. Sedangkan Erina sibuk bergelut dengan dirinya sendiri. Ia masih tidak percaya kalau keluarganya akan mencari sampai sejauh ini. Bahkan lebih tidak percaya lagi ia mendengar penuturan lelaki yang sempat ia jadikan sebagai panutan di dalam hidupnya.