BAB 26

1950 Kata

Malam yang cerah, sinar bulan memancarkan cahaya terang hingga terpantul ke permukaan kolam renang mini yang ada di sebelah Bambang. Bintang-bintang pun berkelipan walau jumlahnya kini tampak tak seberapa. Itu karena cahaya Bintang kalah dengan gemerlapnya cahaya langit ibu kota Jakarta. Bambang mulai bangkit dan masih saja menyeka bibirnya yang berdarah. Rahang itu juga terasa sakit dan panas akibat bogem mentah dari istrinya sendiri. Perlahan, Bambang berjalan mendekati sebuah westafel yang terdapat di rofftop itu. Ia menatap wajahnya yang baru saja di beri bogem mentah oleh Juleha lewat pantulan cermin. Membersihkan sudut bibir yang masih mengeluarkan darah. “Aahhh ....” Bambang mendesah menahan rasa sakit di rahang itu, mengambil tisu dan kembali mengusap lembut sudut bibirnya. A

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN