Dia Berbahaya

2009 Kata
Gadis yang mempunyai nama Alin Yolanda itu sedari tadi berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya. Hari ini ia benar-benar berada di titik emosi akibat perlakuan Joe yang selalu saja membawa dirinya pada kesialan. Demi apapun, menurutnya Joe memang tidak bisa di maafkan, apapun alasannya Joe harus benar-benar di singkirkan. Terkadang Alin tidak paham, kenapa sih Joe harus muncul di kehidupannya? Kenapa semua orang harus tertuju pada gadis itu? Lagi pula Joe tuh tidak ada menarik-menariknya kalau di liat-liat. Ayo kita diskusikan. Pertama, Joe terlahir dari keluarga yang berantakan. Ayahnya selingkuh dan menikah lagi dengan w************n yang dulunya sehari-hari bekerja menjadi LC di salah satu tempat karoke ternama di Jakarta. Kedua, Ibunya yang bernama Rani masuk ke dalam rumah sakit Jiwa milik ayahnya. Ibu tua itu menjadi gila karena sudah mempunyai depresi dan stres akut semenjak ia menjalani pernikahan lima tahun dengan Dikta. Hah! Alin yakin sebentar lagi orang itu akan meninggal dunia. Mungkin kalian bertanya-tanya kenapa Alin bisa mengetahui hal tersebut? Sebenarnya ayahnya benar-benar tidak mengetahui hal ini, yang jelas ayahnya sejak dulu selalu memprioritaskan Rani selama bertahun-tahun. Awalnya ia biasa-biasa saja bahkan Alin selalu melihat ayahnya sedang melakukan terapi kepada Rani. Namun pada beberapa saat Alin tidak sengaja melihat Joe dan Gisha sering mendatangi rumah sakit jiwa, awalnya tidak curiga. Akibat kedatangan rutin itu membuat jiwa penasaran Alin bangkit sampai pada akhirnya ia benar-benar menelusuri yang sebenarnya. Setelah ia tahu jawabannya, Alin benar-benar merasa bahwa gadis itu mempunyai kartu AS yang suatu saat bisa dia keluarkan untuk menghancurkan hidup seseorang yang bernama Jovanka Lovata. Sebenarnya cuma iseng, hanya ingin merebut Gisha dari Joe. Tetapi setelah melihat bahwa Joe benar-benar mencari masalah dengan dirinya, maka dari itu ia berencana untuk menyebarkan rahasia besar yang di miliki Joe. Itu baru rahasia awal. Alin masih mempunyai rahasia kedua, yaitu foto Joe bersama Justin sedang berpelukan di rumah sakit. Semua orang terutama teman-temannya mengira Justin adalah anak kuliahan, memang Alin melihat Joe bisa mendapatkan laki-laki yang bisa di bilang good looking melebihi Gisha setelah menyelesaikan hubungannya dengan laki-laki itu, membuat Alin sangat kesal, belum lagi kemarin Gisha memutuskannya di depan banyak orang. Benar-benar memalukan. Seandainya kalau dia benar-benar nekat memposting foto Justin dan Alin berpelukan ditambah Justin sedang memakain jas dokter kala itu mungkin sekolah akan heboh, dan mungkin juga pandangan semua orang kepada Joe akan berubah. Tidak seperti dulu yang sedikit-sedikit selalu di puja dan lain-lain, berlebihan. Selang beberapa menit ia mondar-mandir sekaligus memikirkan rencana untuk menghancurkan hidup rivalnya itu, akhirnya ia benar-benar membulatkan tekadnya tersebut. Persetan mental seseorang akan hancur, Alin benar-benar sudah muak kalah saing dengan Joe. Alin hanya ingin di akui dan tidak ingin di bandingkan terus menerus, dan juga dia tidak ingin menjadi nomer dua teru di semasa hidupnya. Setelah Akun lambe yang di khusus kan untuk info yang berhubungan sekolah mempostingan semua foto, fakta dan rahasia terbesar yang Joe sembunyikan selama ini, grup sekolah menjadi ramai belum lagi i********: sekolah. Ini benar-benar seperti yang Alin inginkan. Senyuman gadis itu merekah membaca satu persatu persatu setiap komentar yang ada, dan dengan penyebaran ini di lakukan secara anonim. Semua orang tidak akan tahu dan tidak akan menduga bahwa yang menyebar hal gosip besar ini adalah dirinya. “Anjrit! Gue gak nyangka hidup dia berantakan banget,” “Ku kira polos, ternyata suhu,” “Si Joe tarif sejamnya berapa ya? Gue pengen coba service dia rasanya gimana sampai-sampai om-om aja ke pincut sama doi,” “Apa jangan-jangan Gisha sebucin itu sama Joe, karena doi jago goyang juga?” “Pantesan semua cowok mau berteman sama tuh cewek, orang di kasih jatah mulu,” “Kebayang gak sih kalian? Kenapa selama ini Joe hobi banget cari masalah di sekolah? Apa karena ketularan gila dari nyokapnya?” “Dasar problematik,” Kehidupan Alin sekarang berada pada puncak kemenangan. Di sisi lain Justin menyesali perbuatannya kepada Kayla, apa sih yang dirinya fikirkan? Sampai bisa-bisanya lost control begini? Sedangkan Kayla yang sudah memakai pakaiannya berjalan mendekati Justin. Dari raut wajah laki-laki itu sudah jelas bahwa ia sedang memfikirkan sesuatu. “Justin, you good?” Tanya Kayla yang tangannya sudah membelai pipi Justin lembut. Justin hanya diam, dengan pelan tangan kanannya menyingkirkan tangan Kayla yang menyentuh pipi laki-laki itu. Kayla yang mendapatkan perlakuan penolakan lagi kepada Justin hanya terkekeh pelan. “Seriously Justin? Setelah aku dan kamu menyelesaikan apa yang baru saja kita lakukan di sini, kamu masih nolak aku?” Kesal Kayla. Sial! Ini benar-benar menyebalkan. Sebagaimana ia sudah menurunkan harga diri gadis itu di hadapan Justin agar ia jatuh hati kembali kepadanya ternyata itu tidak berefek sama sekali, Kayla benar-benar sia-sia melakukan hal tersebut. Memalukan! “Kay,” Kali ini Justin menatap tajam gadis itu, membuat raut wajah Kayla yang tadi kesal sekarang berubah. “Sebenarnya dari awal aku memang tidak semau yang kamu fikirkan,” Lanjut Justin. Kayla mengerutkan keningnya tidak mengerti, “Maksud kamu?” “Ya..” Justin mengedikan kedua bahunya. “Aku tidak b*******h sama sekali melakukan itu sama kamu,” “WHAT!!!?” Kayla membelalakan kedua matanya lantas menggeleng kepalanya pelan seraya tidak percaya dengan perkataan yang di lontarkan Justin. “Jelas-jelas kamu turn on Just. Bagaimana bisa kamu tidak sebergairah itu?” Gadis itu masih menahan rasa kesalnya. Kali ini Justin terkekeh pelan, merapatkan tubuhnya kepada Kayla, “Ayolah Kay, sejak dulu sampai hari ini kamu masih menyebut namaku berkali-kali dengan sensasi yang sangat b*******h bukan?“ Justin memberi jarak dan melangkah jauh dari tubuh gadis itu yang sedang berdiri kaku. “Lagipula, kucing yang di beri ikan gratis siapa sih yang gak mau?“ Justin mengambil jas hitam sekaligus tasnya yang berada di atas meja lalu melangkah ke arah pintu, berniat meninggalkan Kayla di dalam ruangannya. “Oh iya satu lagi,“ Justin memberhentikan langkahnya, menatap Kayla dengan tatapan remeh begitupun gadis itu yang juga membalas tatapan Jusin dengan raut wajah yang tidak bisa Justin tebak. “Joe, calon istriku. Dia lebih hebat di atas ranjang di bandingkan kamu, apalagi gadis muda itu benar-benar bisa membuatku tidak berdaya,” Ucap Justin lalu pergi meninggalkan Kayla seorang diri yang sudah menahan nangis. Perasaan kesal dan malu saat ini menghantam secara bersamaan. Brengsek! Justin sejak dulu benar-benar b******k, akan tetapi entah kenapa Kayla begitu mencintai laki-laki itu. Sedangkan Justin, ia melontarkan kebohongan yang besar dan hebat tanpa merasa bersalah sedikit pun, sebagaimana ia dan Joe benar-benar belum melakukan hal yang sangat intim, itu hanya alibi yang Justin buat saja, ia ingin membuat Kayla menyerah untuk mendekatinya lagi. Lagi pula bagaimana ia dan Joe akan melakukan hubungan seintim itu, ciuman bibir saja belum pernah. Sial! Apa sih yang ada di fikiran Justin sekarang? Laki-laki itu tiba-tiba membayangkan bibir indah Joe yang selalu Justin suka setiap kali ia memandangnya. Hah! Justin benar-benar merindukan gadis itu. Baru saja Justin masuk ke dalam mobil suara ponselnya berbunyi, panggilan dari Hendrik secara mendadak membuat Justin sedikit mengerutkan keningnya. Kenapa tiba-tiba mendadak seperti ini? Se-serius apa sebenarnya keadaan di sana? Sampai-sampai anak buah laki-laki itu menghubungi dirinya tanpa mengirim pesan terlebug dahulu. Padahal Justin kan akan kembali ke Jakarta sore ini. Justin memencet icon hijau di layarnya, lantas menempelkan ponsel miliknya ke telinga. “Ya Hendrik ada apa?” Tanya Justin malas. Di sebrang sana Hendrik menjelaskan secara detail agar Justin paham dengan ke kacauan yang terjadi di sini, dan itu mampu membuat mental Joe sedikit tergunjang. Mendengar penjelasan tersebut, rahang Justin mengeras, rasa emosi kali ini benar-benar tidak bisa ia bendung. Baru saja ia ingin pulang dengan perasaan yang damai, senang dan gembira, ternyata tidak bisa. Harus banget ya ada masalah sebagaimana ia dan Joe ingin bersenang-senang setelah ini? “Cari semua info tentang kehidupan Alin sampai ke akar-akarnya, terus kamu hubungi Rio dan tanya gimana caranya hapus jejak digital yang sudah tersebar di internet. Malam ini saya akan pulang,“ Ucap Justin penuh dengan ketegasan lantas ia memutuskan panggilan secara sepihak. •••••• Arga, Satya dan Gisha saat ini berada di apartemen Joe, setelah Satya memberi tahu kejadian kepada Joe yang terjadi saat ini membuat gadis itu mengurung diri di kamar seorang diri. Sudah hampir empat jam ia tidak ingin keluar kamar sebagaimana mereka bertiga sudah berkali-kali mengetuk pintu kamar dan merayu Joe dengan embel-embel makanan kesukaan Joe. Satya menghela nafas kasar, laki-laki itu saat ini rasanya antara ingin marah dan menghabisi semua orang disini, situasi seperti ini memang di luar kendali dirinya. Bahkan Satya tidak bisa berbuat banyak, belum lagi dia sedang marah setelah tidak sengaja memergoki dan melihat Joe dan Gisha berciuman tadi. Gila! Panas banget ini hati. “Lo sama Joe sudah sejauh apa hubungannya?” Tanya Satya. Persetan jika ia tidak melihat kondisi yang sedang terjadi sekarang, mulut laki-laki itu gatal ingin menanyakan kepastian hubungan mereka berdua. Gisha menoleh, membalas tatapan Satya dengan santai, “Gue gak balikan seperti yang lo fikir,” Jawabnya enteng. “b******n ya lo!” Mendengar hal tersebut Satya bangkit, berniat memukul wajah tampan Justin yang sudah babak belur akibat orang-orang suruhan Justin tadi pagi, Arga yang mengerti tindakan Satya dengan cepat menarik temannya itu. Satya menoleh ke arah Arga. Laki-laki itu hanya berdecak. “Lo ngerti sinkron bisa gak sih Sat? Kalau mau ngamuk nanti dulu,” Jelas Arga. Gisha yang hanya diam melihat Satya yang sudah ingin memukulnya hanya menghela nafas panjang. “Gue emang niatnya mau meng-sudahi kebersamaan ini kok, cuman Joe gak mau,” Gisha kembali melihat ke arah Satya, “Lo gak liat muka gue sekarang kaya gimana? Ini peringatan dari calon suami Joe,“ Lanjutnya lagi dan itu membuat Satya dan Arga terdiam. Tidak tahu harus menjawab omongan Gisha seperti apalagi. “Gue cuma berharap, kalian jangan cari masalah sama orang itu sebagaimana kalian memang dekat dan gue tahu kedekatan kalian itu seperti apa, tapi dia? Dia sulit untuk memahami hubungan seseorang apalagi orang yang udah di anggap miliknya,” Tidak, Gisha sedang tidak bercanda sekarang. Apa yang ia lontarkan barusan itu benar adanya. Mungkin mereka menganggap Gisha hanya lelucon belaka, tetapi tidak. Ia sudah tahu Justin seperti apa, kakaknya itu seperti sudah kelas mafia, dia sudah mempunyao konseksi dimana-mana. Maka dari itu, di saat Alin bertindak sejauh ini terhadap Joe. Ia yakin Justin tidak akan diam saja. Suara pintu apartemen terbuka, semua tatapan beralih kepada Toni yang sudah mengatur nafasnya “Justin bakal pulang malam ini,” Ucapnya to the point di sela-sela nafasnya. Semua orang di dalam sana menegang, terutama Gisha. Laki-laki itu mendengus kesal, Satya melihat ke arah Gisha, ia tahu bahwa dirinya sedang tidak baik-baik saja saat mengetahui Justin pulang dengan cepat di luar dugaannya. “Gish, lo oke kan?” Tanya Satya. Ya memang Satya masih tidak suka dengan laki-laki yang berdiri tepat di sebelahnya, namun saat Gisha menceritakan bahwa dirinya juga korban di sini dan Satya juga bisa menilai bahwa Justin memang orang berbahaya. Gisha mengangguk sambil tersenyum kepada Satya, “Gue gak apa-apa,” Lantas pandangannya mengalih kepada Toni. “Hendrik mana?” Lanjutnya lagi. “Dia lagi ke rumah Rio,” “Rio?“ Ucap Gisha sambil mengingat-ingat nama tersebut, namun selang beberapa detik laki-laki itu memaki pelan. “Rio? Lo serius Hend?” Tanya Gisha memastikan. Toni mengangguk, “Justin benar-benar mau nindak hal ini dengan serius,” Jelas Toni. “Anjing! Gila tuh cowok,” Arga dan Satya saling pandang, kemudian pandangan mereka kembali ke arah Gisha, seakan-akan ingin tahu apa yang terjadi. Rio? Mereka berdua tidak tahu dia siapa. Gisha yang tahu tatapan itu hanya menghela nafas panjang, dengan berat hati ia menjelaskan. “Rio, anak buah Justin juga tapi di bidang informatika. Enggak, dia kek hacker kasarannya tapi udah level atas,” “Intinya sekali nama lengkap lo ada di tangan dia, hidup lo bakal ada di genggaman Rio. Dari hal kecil sampai hal besar yang lo sembunyiin,” Arga mengangguk, “Secara Teknis berarti Alin hidupnya udah gak aman?” “Bukan gak aman lagi, hidup Alin udah bener-bener kelar. Justin bisa aja nghancurin Alin sekejap dan sebar semua rahasia-rahasia yang dia punya tanpa ada yang di lewatin.“ Sorry ya baru update lagi, kemarin libur dua hari, tapi sekarang bakal post setiap hari lagi kok ?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN