Pertemuan lagi

1750 Kata
“Makan dulu,” ucap Gisha sambil menyodorkan satu sendok bubur kearah Alin, gadis itu tampak bersemangat ketika Gisha menemaninya disaat dirinya sedang sakit begini. Rasanya ingin terus sakit saja. Gisha dengan ekpresi datarnya telaten memberi suapan kepada Alin. Muak, satu kata yang ada dibenaknya saat ini. Laki-laki itu terus menghela nafasnya kasar seakan-akan lelah dengan drama sialan ini. “Kamu kenapa sih Gish?” Tanya Alin dengan nada lembut. Apasih anjing, lo jijik banget. Rasanya ingin sekali Gisha mengucapkan hal tersebut terhadap Alin yang selalu memasang wajah tak berdosanya setiap hari. “Gue kan udah pernah bilang, jangan pernah ganggu Joe disaat gue udah ngelakuiin segala hal yang lo mau,” tutur Gisha. Alin memutat bola matanya jengah, mulai lagi. Entah ya, Alin pun tidak mengerti kenapa sih semua orang tuh selalu terhanyut dengan Joe? Maksudnya begini, apa Alin masih kurang cantik? Lagian gimana-gimana juga Alin masih tetep oke kok ketimbang Joe yang selalu urak-an. “Jadi kamu mau nyeleseiin hal ini dengan cepat dan pengen aku ngehancurin hidup Joe dengan cepat juga?” Gisha menatap Alin, sorot matanya berubah. Alin yang sadar akan hal itu hanya terkekeh pelan. “Yaudah, sini duduk disebelah aku,” Alin menepuk sisi kasurnya dan sedikit kegeser. “Temenin aku tidur, kalau aku udah tidur pules kamu boleh pulang,” Setan! Gisha muak dengan hal menjijikan seperti ini. ••• Pagi ini Joe dan keempat sahabatnya seperti biasa jika sedang menginap di apartemen Joe selalu sarapan di MCD sejak mereka dulu SMP. Namun saat mereka asik berbincang tiba-tiba saja seseorang dengan tubuh tegap dilapisi kemeja berwarna hitam itu menghampiri Joe membuat Niru, Vira, Farsya dan Abisha memandang kearahnya. Bingung dengan perubahan keempat sahabatnya, Joe langsung menoleh kebelakang, memastikan siapa yang berdiri didekatnya. Setelah tau, Joe menaikan sebelah alis matanya kearah lelaki tersebut. Sedangkan yang diperhatikan hanya tersenyum tipis dan menaruh kotak kecil berwarna putih dimeja membuat Joe semakin bingung. "Besok sekolah gue yang anterin,” ucapnya tanpa menunggu jawaban Joe iya atau tidaknya, lalu pandangannya jatuh kepada Abisha dan Farsya yang duduk bersebelahan dan sedari tadi diam melihat kearahnya. “Abisha? Temennya Joe juga? Lah ada Farsya? Lo gak jagaiin Abang lo dirumah sakit?,” ucapnya membuat Abisha dan Farsya saling tatap dan tersenyum kaku kearah Justin. Paham dengan tatapan tersebut membuat Justin mengerti “Yaudah, gue duluan,” pandangan Justin kembali menatap Joe, “ Untuk Jovanka gue tunggu besok pagi jam 6,” Mendengar ucapan Justin, gadis itu langsung tersedak saat sedang asik meminum lemon tea, dan segera menoleh kearah Justin yang sudah berjalan menjauh dari mereka. “Eh sinting! Kenal aja kaga, sok akrab! Hanya karena lo kemarin nganterin gue balik, jangan seenaknya dong!” Teriak Joe, Justin memberhentikan langkahnya, laki-laki itu mendengar perkataan Joe dan hal tersebut membuat semua orang tertuju kearah mereka. Langkah Justin kembali mendekat, kedua tangan yang ia masukan kekantong celana Justin keluarkan lantas menyentil hidung mancung milik Joe. “Jovanka, sopan dikit sama yang tua. Gue kasih tau, kalau gue udah bilang jemput ya gue bakal jemput, jangan banyak ngomong,” “Dih lo siapa?“ “Calon laki lo,” “Mabok lo ya?!” “Iya nih, mabok sama kecantikan lo,“ “ASTAGA WOY MATA GUE,” teriak Niru yang salah tingkah tidak jelas. Semua terdiam begitupun Joe yang bergidik ngeri melihat kepergian Justin barusan, Niru yang sedari tadi memperhatikan paras tampan Justin dan terbius akan kharismanya kemudian tangannya segera meraih kotak kecil dihadapan Joe. Saat Niru membukanya membuat Niru sedikit histeris, membuat Farsya, Vira dan Abisha menoleh kearah sahabatnya yang sudah menunjukan cincin berbentuk mahkota, membuat mereka berempat menoleh kearah Joe meminta penjelasan. “Lo sekarang beralih ke om-om? Tanya Niru to the point. “Mata lo!” “Lah ini apa?” Tanya Farsya sambil mengambil cincin dari tangan Niru dan memperhatikan secara baik-baik cincin yang ada di tangannya. “Ya mana gue tau," jelas Joe tidak peduli. "Ini cincin mahal loh Joe," cetus Abisha yang sudah memerhatikan cincin tersebut. Vira yang sedari tadi diam, tiba-tiba aja menyaut, “Gue rasa ya tuh om punya niat terselubung” "Nah!!" Setuju Joe membuat Vira dan Joe bertos ria. “Heh! Lo tuh soudzon mulu jadi orang, muka bak malaikat gitu dibilang punya niat terselubung, otak tuh jangan negatif mulu kampret!” serbu Niru tidak terima. “Udah lah Joe, apapun niatnya dia, berfikir positif. Karena kita hidup tuh bersosialisasi kali aja emang tuh om punya niatan baik,” sambung Niru membuat Joe diam tak acuh namun sedikit mendengarkan. “Ck, yaudah ah gue cabut,” “Dih! Mau kemana lo bangke?“ Tanya Vira tidak menerima saat Joe bangkit dari duduknya dan memakai topi putihnya kembali. “Mau ketemu seseorang,” “Siapa? Mantan lo yang ganteng itu?” Kali ini Niru yang bersuara. “Sudi najis!” ••••• Tidak sampai 30 menit Joe menunggu, Satya dan Arga sudah ada dihadapannya setelah Joe menghubungi mereka berdua dengan pesan andalan yang selalu Joe berikan. “Lo bisa gak sih nyet ngirim chat tuh gak pake kata-kata kramat?” Kesal Arga saat tahu bahwa sahabatnya saat ini benar-benar baik-baik saja. Sialan! “Apaan sih? Gue kan bener ngchat lo pada dengan satu kata “URGENT!” ya karena se-Urgent itu,” Ucap Joe membela, iya sih mungkin emang Joe keterlaluan. Tapi kan memang kondisi sekarang urgent banget karena Joe kelewat gabut di hari minggu ini. Kalau balik lagi ke apartemen juga kan gak mungkin, masa iya sendirian lagi. Diem gak jelas gak ada orang, makin gila lama-lama. “Apanya yang urgent? Orang lo lagi santai-santainya begini,” “Ya ini kan urgent g****k, karena gue kesepian males balik ke apart,” “Ah! Alasan lo!” “Bacot banget sih Ga,” “Yaiya lah babi! Bayangin gue lagi siap-siap mau nonton sama Kena gue batalin cuma karena chat kegabutan lo doang,” ucap Arga, pikirannya kembali melayang kejadian tadi dimana dia harus meninggalkan Kena seorang diri di parkiran mall. Please! Susah-susah Arga deketin Kena disaat langkahnya sebentar lagi akan berhasil untuk menjadikan gadis itu menjadi kekasihnya, hanya karena kelakuan Joe bakal hancur begitu aja. “Lo yang ngdate, lo juga yang nyalahin gue. Dah lah! Gue traktir makan sushi, gak usah marah-marah mulu lo. Nanti gue yang ngomong ke Kena, lagian suruh siapa gak lo ajak?” “Si A-“ “Udah lah,“ Kali ini Satya bersuara, meredakan perdebatan ketidak jelasan diantara Arga dan Joe. Sebenarnya Satya juga sedang sibuk tadi, namun ia tinggalkan karena pesan Joe yang terlihat seperti membutuhkan dirinya dan Arga, namun disaat mereka menghampiri gadis itu. Tidak ada yang harus dibutuhkan secara serius. Ya, seperti saat ini contohnya. Arga berdecak, “kebucinan lo ke Joe gak waras tau gak,” bisik Arga tanpa didengar oleh gadis itu. “Lo lagi kerja kan tadi? Gue yakin lo tuker jadwal lagi sama si tompel cuma gara-gara Joe,” “Yaudah lah, kek gatau Joe gimana,” “Iya gue ngerti, tapi masa segala sesuatu harus sama kita mulu si Sat? Gue juga kan punya keperluan,” Satya menghela nafas, melirik kearah Joe yang masih saja fokus berjalan di depan mereka berdua. “Lo kan tau sendiri dia gak punya siapa-siapa,“ Arga menghela nafas kasar, laki-laki itu menatap punggung gadis berawakan kecil, tidak gendut dan tidak kurus-kurus banget juga. Standar lah. Sebagaimana Arga paham betul Joe seperti apa, terkadang Arga pun sedikit gemas dengan kelakuan sahabatnya yang satu ini. Ya walaupun Arga pun benar-benar menyayangi gadis itu, ia tetap melakukan apa yang Joe suruh sebagaimana ada hal yang harus Arga lakukan, begitupun Satya. Kalau Satya? Ya jangan ditanya lagi, seperti yang kalian tahu. Satya memang benar menyukai Joe, bahkan sejak saat mereka bertemu di orientasi siswa dua tahun yang lalu. Tetapi karena Satya sadar diri karena dirinya tidak sebanding dengan Joe, Satya hanya menyimpan perasaannya rapat-rapat dan yang tahu perasaan laki-laki tersebut hanya Arga dan Nakula. Satya tergolong cowok primadona di sekolah setelah Gisha, dengan tinggi 182 cm dan paras hitam manis, begitupun kedua bola matanya coklat terang seperti hazel lalu dua lesung pipi di pipi kanan kiri, membuat laki-laki itu terlihat sangat tampan. Ditambah nilai plusnya, yaitu laki-laki terpintar seangkatan dan sikap ramahnya kesemua orang itu mampu membuat Satya terkenal. Tetapi bedanya, ia hanyalah laki-laki yang terlahir di keluarga sederhana, tidak seperti teman-temannya yang lain. Satya pun bisa masuk kesekolah ternama di Jakarta karena ia mendapatkan beasiswa full sampai dirinya lulus. Tetapi karena dirinya sudah mendapatkan dua kali sanksi akibat tawuran yang dilakukan dikelas sepuluh dan sebelah membuat posisi beasiswanya terancam. Maka dari itu, Satya dikelas dua belas ini, ia menjaga sikap agar tidak ada sanksi ketiga. Karena bagaimanapun ujian dan kelulusan sebentar lagi. “Kalian lelet amat sih,” Joe memberhentikan langkahnya, badannya menghadap kearah Satya dan Arga yang berjalan dibelakangnya. Satya yang paham betul dengan sikap dan mood gadis dihadapannya itu, lantas tangannya meraih lengan Joe dan melanjutkan langkahnya. “Marah-marah mulu, mau PMS lo?” “Ya lo pikir?” “Tanggal berapa sih Ga sekarang?“ tanya Satya kepada Arga, tangannya masih menarik lembut lengan mungil milik Joe. “Masih tanggal 10,” Jawab Arga “Seminggu lagi, kok udah marah-marah aja sih? Tumben.” “Iya, tadi ada orang gila lewat ganggu gue,” “Siapa? Gisha lagi?” Tanya Satya memastikan. “Asli ye, Gisha tuh maunya apa sih? Ganggu macan tidur mulu,“ “Bukan! Udah lah gak usah bahas tuh cowok,” “Ya terus siapa?” “Ya ada orang, gak jelas deh pokoknya! Kek orang gila!” Ucap Joe, dan entah kenapa tiba-tina pikirannya membayangkan Justin saat dirinya mencoba menggodanya. Membayangkannya saja membuat gadis itu bergidik ngeri, tetapi disaat dirinya kembali membayangkan wajah Justin membuat ia mengsetujui apa yang Niru ucapkan tadi. Justin memang terlihat tampan, ralat! Tetapi memang amat sangat tampan! Astaga! Apasih yang dia pikirkan? Bisa-bisanya Joe jatuh dalam pesona om-om tidak jelas. Yaiyalah! Bayangin, dengan awal pertemuan yang memalukan, ditambah pertemuan kedua yang entah kenapa itu cukup membuat Joe ngeri. Belum lagi pertemuan ketiga yang tiba-tiba saja memintanya untuk menikah dengan om-om tersebut. Itu jelas sudah tidak masuk akal bukan? Kenal aja engga, tiba-tiba ngajak nikah. Coy! Joe masih kelas duabelas SMA njir! Dan 5 bulan lagi dia akan lulus. Bisa-bisanya belum juga kerja udah ada yang ngajak berumah tangga, bisa-bisa dia dihajar oleh ayahnya. Ah ngomong-ngomong tentang ayah, entah kenapa moodnya menjadi berubah saat ini, setelah dirinya benar-benar meninggalkannnya didunia ini dengan kesepian yang tak berujung membuat Joe semakin muak dengan kehidupannya. Rasanya ia benar-benar ingin lari dari kenyataan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN