Bab 4: Lingkungan Manusia

1097 Kata
"River, River! Ada penyusup, ada penyusup! River, River! Ada—" "Diam, Potato! Aku sedang tidak ingin diganggu olehmu!" River memutar tubuhnya ke samping hingga wajah menemukan sandaran sofa. Dia sangat mengantuk akibat tidak tidur semalaman karena harus mengerjakan penelitian penting yang dijadwalkan besok. Bukan sepenuhnya kesalahan tenggat waktu, dia memang suka menguji nyali ketika kesempatan hanya tersisa sedikit. Suasana berubah hening dengan kepergian Potato menuju pintu depan. Dari luar jendela dia melihat banyak orang mendatangi tempat tinggal mereka, menyerukan nama pemiliknya dari jauh. Potato sendiri sudah mendengarnya sejak tadi dan memberikan peringatan awal untuk River yang memilih tidak menggubrisnya. "Profesor River, Profesor River!" Potato membukakan pintu dengan tangan besinya, memperhatikan semua orang yang dilihatnya tadi dari jendela. Dari situasi dan ekspresi yang terpancar, dia mengambil kesimpulan pasti dari analisanya tadi kalau memang ada permasalahan besar sedang terjadi. "Ada kejadian aneh di halaman kota. Kami tidak tahu sama sekali bagaimana mengatasinya. Hanya profesor yang dapat membantu memecahkan permasalahannya. Kami lebih mempercayainya ketimbang para pemerintah," ucap salah seorang penduduk yang berada di barisan paling depan. Dia adalah robot berbentuk kucing betina yang dikenal sebagai makhluk pemarah di kota itu. Potato memejamkan mata sebentar, sesungguhnya juga tidak tahu bagaimana membangunkan pemiliknya. "River masih tidur dengan tenang. Dia tidak ingin diganggu olehku." Kebiasaan River yang bangun terlambat tampaknya bukan hanya terjadi sekali saja. Penduduk setempat juga sudah tahu jika dilihat dari reaksi mereka yang tidak terkejut. Meskipun begitu, bagi mereka sekarang adalah saat genting dan mau tidak mau River harus dibangunkan secara paksa karena kalau tidak, kabar mengenai kejadian aneh akan sampai ke telinga pemerintah. "Jika tidak ingin diganggu olehmu, maka hal itu tidak akan berlaku oleh kami." Para penduduk dengan cepat melangkahkan kaki ke dalam rumah setelah satu persatu mendorong Potato untuk menyingkir. Disusul oleh mereka yang ada di belakang, sang kucing mencari-cari keberadaan River dengan sangat serius. Mereka berhenti mencari ketika manusia kucing berhasil menemukan River yang masih terlelap di kursi. Tidak ada cara lain untuk membangunkan, kecuali dengan satu gelas air. Byur! River langsung terbangun dari mimpi indahnya. Dia terkejut melihat ada banyak orang sekaligus marah pada mereka yang membangunkan. "Potato! Kenapa kau membiarkan mereka mengganggu tidurku?!" "Kau hanya mengatakan kalau tidak ingin diganggu olehku, bukan berarti tidak ingin diganggu oleh mereka." Hanya itu yang dapat Potato katakan agar dia tidak dihukum pemiliknya. River mengepalkan tangan, mengelap wajahnya yang basah. Dia sangat marah, benar-benar marah. Namun, semua sudah terjadi dan jika sudah seperti ini, dia juga tidak akan bisa beristirahat lagi. "Sekarang katakan keperluan kalian datang ke mari. Lebih baik itu adalah sesuatu yang penting. Kalau tidak, aku akan meluncurkan bom atom dan meledakkannya ke rumah kalian masing-masing!" "Jangan lakukan itu, River! Kami juga tidak akan mengganggu tidurmu jika alasannya bukan merupakan hal penting." Manusia kucing berucap cepat. "Di halaman kota, kejadian aneh sedang terjadi. Air pancur rusak karena kedatangan mereka." "Air pancur rusak, kalian hanya perlu memperbaikinya." "Tidak, River. Ini bukan hanya sekadar tentang air pancur yang rusak. Ada manusia asing datang dengan mengenakan pakaian aneh. Mereka tidak terlihat seperti bagian dari kita." River mengerutkan dahi, berpikir bahwa apa yang dikatakan padanya bukan main-main. Dia mengenali masyarakat kota yang selalu mandiri dan tidak ingin repot menginjakkan kaki di tempat tinggalnya jika bukan karena hal yang sangat penting. "Kau adalah profesor yang sangat luar biasa. Kejadian aneh di halaman kota, kau pasti lebih tahu dibandingkan kami." River menyipitkan mata sambil tersenyum. "Kalian benar. Orang cerdas tahu siapa yang mereka pilih dan tentunya mereka tidak mendukung orang bodoh. Pilihan yang tepat datang ke mari karena aku adalah River! Seorang ilmuwan cerdas!" Semangat itu sampai ke hati yang berkumpul, membentuk simfoni kemenangan dan menarik satu persatu dari mereka berseru dengan semangat yang sama pula. "Hidup River! Hidup Profesor River! Hidup Profesor River!" River tersenyum lebar, sangat senang akan pujian itu. "Sekarang tunjukkan aku ada di mana jalannya!" Dari kejauhan, River bisa melihat seseorang tengah terkapar di dalam bendungan air pancur layaknya seekor ikan yang sudah mati. Sorak dukungan seakan redup dari pendengaran kala otaknya berusaha memfokuskan diri untuk mendeteksi kejadian aneh di halaman kota. Dia belum pernah melihat wujud yang seperti itu sebelumnya. Seperti yang dikatakan, bahwa orang asing itu berpenampilan aneh. Dia melebarkan mata ketika melihat orang asing itu tiba-tiba bangkit, terbatuk-batuk, dan seperti sedang mencari sesuatu yang hilang. Tidak tahu apa, yang jelas dia bisa menyimpulkan kalau makhluk asing itu adalah seorang wanita dengan rambut panjang basahnya. Kesimpulan lain yang dapat dia katakan adalah indah dan bersinar. "River, bisakah kau katakan pada kami siapa gerangan orang itu? Dia terlihat seperti dirimu dalam versi yang lain. Aku yakin kalau dia adalah wanita." "Dia memang wanita, bodoh!" "Hei, kenapa kau memukul kepalaku? Aku juga akan mengerti dari ucapanmu, tanpa perlu menggunakan tanganmu untuk memukulku. Dasar, bodoh!" River tidak menggubris pertengkaran kucing bersaudara kembar. Dia lebih memilih untuk tetap fokus pada wanita yang seperti sedang terdampar. Kalau dia melihat ke atas langit yang cerah, apa wanita itu datang dari sana? "Sungguh, apa yang kalian lakukan?! Berhenti bertengkar. Aku perlu bicara dengan River." Kucing pemarah menggeser kedua putrinya ke samping agar mendapat ruang untuk berjalan. "Aku berharap kau tahu jawabannya, River. Akan sangat gawat jika pemerintah tahu. Mereka akan menjadikan orang tidak bersalah sebagai bahan penelitian dan sudah banyak terjadi pada orang-orang sebelum kita." Pada saat yang bersamaan, robot berbentuk kadal berjalan memotong pembicaraan. "River tidak bisa menjawabnya karena dia tidak tahu. Berhenti menjadikan dirinya sebagai orang pertama yang harus dipanggil untuk menyelesaikan masalah." "Lalu, kenapa kau ada di sini bersama kami? Pulanglah ke rumah. Istrimu sedang hamil besar saat ini. Selamat menjadi bapak kadal." "Aku bukanlah kadal, kami adalah buaya." "Tidak ada bedanya, mereka sama-sama bertelur." "Aku tidak tahu, kenapa kalian dibuat seperti hewan." Kali ini seorang perempuan berpenampilan seperti manusia normal yang bicara. "Hei, lihatlah! Manusia sedang berbicara!" Kucing pemarah langsung mengubah ekspresinya menjadi datar. "Apa kau ingin aku berkata seperti itu? Kenyataannya kita semua adalah manusia di sini. Rupa kita saja yang berbeda." "Berhentilah bicara. Kalian mengganggu konsentrasi Profesor River," ucap manusia tersebut. River memperhatikan mereka yang menatapnya penuh harap akan sebuah jawaban. Jujur saja, dia tidak tahu siapa dan dari mana wanita itu berasal. Jika dia mengatakan dengan jujur, maka orang-orang tidak akan bergantung lagi padanya dan kemampuannya tidak akan dilirik lagi. Dia dan Potato sudah berjalan sejauh ini, menjadi seorang ilmuwan tidak mudah. Untuk sekarang dia tidak perlu memikirkan biaya kehidupan sehari-hari karena mereka yang bergantung padanya dengan senang hati menyediakan itu semua sehingga dia dapat fokus melakukan penelitian. Jika dia mengarang cerita pasti tidak akan ada yang tahu dan semua akan berjalan seperti biasa. Tetapi cerita apa yang dapat mengeluarkan River dari segala kerumitan ini?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN