Bab 13: Shooting

1058 Kata
*** Harold baru saja selesai melakukan kegiatan shooting. Namanya yang semakin hari semakin dikenal publik membuat para pemilik brand ternama tertarik melakukan kontrak kerja dengan Harold. Setelah kontrak disetujui tiga minggu lalu, akhirnya Harold melaksanakan proses syuting hari ini. Harold melewatkan acara pernikahan Randy. Keadaan memaksa Harold tidak bisa datang ke acara itu. Dia tidak mau membuat resah khalayak ramai jika seandainya Randy mengusir Harold dari acaranya. Baru kali ini, Harold tidak didampingi oleh Raffi. Memang ada asisten pengganti. Namun, kehadiran asisten itu rasanya sangat berbeda jika Raffi yang menemani. Raffi adalah sosok perfeksionis. Dia selalu berpusat pada ketelitian. Sementara, asisten yang membantunya sekarang sedikit ceroboh. Harold memaklumi karena jam terbang asisten itu tergolong masih baru. "Berikan aku air minum," perintah Harold kepada asistennya. Jika Harold disuruh memilih bernyanyi atau melakukan kegiatan modeling maka Harold akan tetap memilih untuk bernyanyi. Pria itu memiliki sikap tidak bisa diatur. Sementara modeling memaksa dirinya menjadi seseorang yang bukan dirinya. Harold terpaksa mengikuti semua gerakan yang dicontohkan kepada dirinya. "Baik. Akan segera saya berikan." Harold mengangguk, dan duduk di kursi tempatnya beristirahat. Setelah nyaris dua jam ia melakukan syuting, Harold merasa lelah. Sangat berbeda saat ia bernyanyi di panggung. Kini, Harold menyandarkan kepalanya di atasan kursi. Tadinya, ia sama sekali tidak merencanakan untuk tidur. Namun, karena terlalu lelah, ia tidak sadar terlelap di kursi itu. Asisten pribadi yang tadi diperintahkan membawakan air sudah tiba. Melihat Harold tertidur pulas, membuatnya menaruh air di meja kecil dekat kursi pria itu. Hari ini, Harold benar-benar bekerja sangat keras, sampai tidak sadar dirinya tertidur. Asisten itu paham seperti apa letihnya pekerjaan Harold hari ini. Sehabis bernyanyi di sebuah acara, pria itu langsung menuju lokasi syuting sebuah brand yang terjadwal hari ini. Belum lagi, Harold harus mengulang beberapa adegan. Jujur saja Harold masih kepikiran dengan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dalam hidupnya. Dia seorang publik figur. Media sangat menyoroti kehidupan pribadinya. Pernikahan adalah sesuatu hal yang besar. Pernikahan ipar dari seorang artis juga akan tersorot, begitulah pernikahan Randy. Jika Harold tidak ada di acara itu maka berita ketidakhadirannya akan menjadi trending topik. Para wartawan kemungkinan besar sangat tertarik menunjukkan hal buruk yang Harold lakukan. Mengingat banyak sekali pembaca media yang tertarik pada keburukan para selebritis. Cukup lima menit Harold memejamkan mata. Sebuah nada panggilan mengejutkan Harold. Dia tersadar meskipun rasa kantuk masih menyerang dirinya. Pria itu bangun. Dia kaget, melihat sekelilingnya, dan mencoba mengumpulkan nyawa. Harold sempat bingung mengapa ia berada di sebuah lapangan outdoor. Dua menit ia mengambil napas, sampai ia memahami bahwa dirinya sedang berada di lokasi syuting. Seorang asisten memberikan satu botol minuman kepada Harold sambil memegangi ponsel yang berdering. "Ada panggilan dari ibu Rina," kata sang asisten. Harold memberi kode agar asisten itu membukakan tutup botol minuman yang sedang dipegangnya. Sang asisten mengikuti apa yang Harold perintahkan. Tangan Harold yang lain pun meraih telepon dan mengangkat panggilan itu. "Halo, Assalamu'alaikum, Ma," sapa Harold. Hari ini pernikahan Randy. Terbesit perasaan tidak enak karena Harold tidak hadir di acara pernikahan kakak iparnya. Bagaimana pun juga, Harold dahulu cukup dekat dengan keluarga istrinya. Lalu, dalam sekejap perasaan dekat itu hilang begitu saja. "Wa'alaikum salam, Rold." Suara Rina tersedu. Harold sempat bingung dengan kesedihan ibu mertuanya. Di balik kesedihan wanita itu, selalu ada masalah besar yang hadir. Rina belum bicara apapun setelah Harold menyaksikan ada segerombolan wartawan yang mendekat ke arahnya. "Kenapa begini, Rold?" "Tunggu, Ma. Aku akan cari tempat yang pas." Harold tidak mau diganggu wartawan. Jadi, ia memberikan kode agar asisten pribadinya segera meninggalkan lokasi syuting hari ini. Para wartawan mengejar. Namun, beruntung saja mobil Harold terparkir dekat dengan tempatnya sekarang ini. "Bagaimana tanggapan Kak Harold soal ketidakhadiran di acara pernikahan ipar kakak?" "Apakah kabar yang beredar hari ini benar adanya, Kak?" "Kak, apa yang mendasari pertengkaran kakak dengan sang ipar?" Samar-samar pertanyaan demi pertanyaan dilontarkan wartawan terdengar. Harold bungkam, sampai ia benar-benar berada di dalam mobil. Harold jadi tidak tahu apa yang sudah ibu mertuanya katakan. Ada masalah apalagi ini? Batin Harold meminta jawaban yang jelas. Dia tidak tahu mengapa masalah demi masalah datang menghampiri hidupnya. Ini tidak benar. Sangat tidak dibenarkan. Harold melempar kode pertanyaan ke asistennya. Sekadar ingin tahu apa yang sedang terjadi. Sang asisten menggeleng. Namun, asisten itu langsung mengetik di mesin pencarian google. Mencari apa yang sedang membuat orang-orang heboh mengejar Harold. Mobil yang ditumpangi Harold bergerak meninggalkan wartawan. Itu jauh lebih baik daripada bertahan tinggal dan dikejar-kejar oleh wartawan. "Maaf, Ma. Di sini sempat ada keributan. Kalau boleh tahu, apa yang sebenarnya terjadi, Ma?" tanya Harold mulai bingung. Kehadiran wartawan itu tentu saja berkaitan erat dengan panggilan telepon ibu mertua Harold. Feeling Harold berkata demikian. Mungkin ada artikel tidak baik part dua? Asisten Harold menunjukkan beberapa artikel sekarang ini. Harold tidak langsung membaca judul artikel itu karena ingin menyimak perkataan ibu mertuanya. Ibu mertuanya menangis dan Harold merasa ada hal buruk yang mendasari tangisan itu. "Kenapa artikel hari ini malah semakin liar, Rold. Kehidupan kami terancam. Banyak nomor aneh yang meneror kami. Bukan hanya kepada Randy. Akan tetapi kepada mama juga. Ini sebenarnya kenapa, Rold? Bukankah maka sudah meminta tolong untuk menutup aib keluarga?" "Maaf, Ma. Aku belum paham." Harold berkata jujur. Memang ia tidak paham apapun sama sekali. Dia masih tidak mengerti situasinya. Sebetulnya siapa yang begitu tergila-gila menyebarkan berita tidak baik tentang keluarga Khadija, terutama pada Randy. Walaupun penggemar berpihak kepada Harold. Tetap saja, itu membuat nama baik Harold di mata keluarga tidak baik. "Ada lagi artikel lain yang membongkar perseteruan kamu dan Randy, Rold." Harold tertegun sesaat. Dia melirik asisten yang sempat mengetikkan berita tentang Harold hari ini. Semua sudah jelas. Aib yang seharusnya menjadi rahasia keluarga kini terkuak. Banyak orang mulai mem-bully Randy dan keluarganya. Mereka menganggap keluarga itu memanfaatkan uang Harold. "Mama tidak pernah minta yang kamu, Rold." Bukan hanya satu artikel yang mau dibasmi tapi ratusan. Berita itu terlanjur viral. Sulit untuk menghapus semua berita yang tersebar. Berita yang sudah tersebar tidak bisa dihapus lagi. "Mama jangan salah paham dulu, Ma. Aku akan bertemu mama dan keluarga untuk menjelaskan semuanya." Harold berusaha mencari solusi. "Untuk sekarang aku akan buat klarifikasi agar kabar buruk tidak semakin meluas. Mama tenang saja ya," bisik Harold. "Baiklah, Rold. Mama sangat berharap sama kamu." Panggilan itu berakhir setelah Harold banyak menghibur ibu mertuanya. Harold ingin bertanggung jawab atas sesuatu yang bukan salahnya. Ketika panggilan itu berakhir, Harold langsung membuat statement berupa klarifikasi terkait masalah yang beredar. . Instagram: Sastrabisu
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN