CHAPTER 4. BISNIS KELUARGA

1516 Kata
Ketika pagi telah tiba, burung – burung kembali berkicau dan bertengger di atas ranting. Mereka saling bersiul satu sama lain, membuat kebisingan di pagi hari yang damai. Begitupun dengan Marquess dan Marchioness Krysanthe yang sudah membuat keributan sejak pertama kali mereka menginjakan kaki di dalam mansion. Dari dalam kamar, Helcia bisa mendengar bila Demetria tengah meributkan bahan kain yang baru saja di produksi oleh pabrik keluarga mereka tidak nampak terlalu baik seperti biasanya. Demetria memang baru saja kembali dari perjalanannya ke wilayah kerajaan lain, hatinya sedang senang ketika dia pulang. Namun, suasana hatinya langsung hancur ketika seorang pekerja memberikan contoh kain yang baru saja selesai di produksi kemarin malam. “Kenapa kualitas dari produksi kain kita menurun seperti ini!” Demetria melempar tumpukan kain dihadapannya ke atas lantai. Dia merasa begitu marah, ketika melihat hasil jahitan dari kain nampak tidak rapih dan cenderung berantakan. “Apa kamu menerima pekerja yang tidak memiliki keahlian menjahit sampai bisa membuat produk seburuk ini?” Tanya Pello Krysanthe yang matanya juga nampak memerah. Berbeda dengan mereka, Illiana malah memunguti kain yang telah di buang oleh Demetria ke atas lantai, kemudian memperhatikan jahitannya dengan seksama. Bila diperhatikan lebih baik, bukan hanya jahitannya saja yang berantakan, tapi bahan dari kain itu juga terasa lebih kasar. “Saya.. saya tidak tahu apa – apa. Saya hanya mengantarkan kain ini kepada anda.” Pengantar produk kain itu hanya bisa tertunduk takut, tidak berani menatap wajah Demetria yang marah. Helcia tidak tahan hanya mendengar suara keributan mereka dari dalam kamar. Dia memutuskan untuk keluar, kemudian menuruni tangga ke lantai satu, dimana Demetria masih memaki Pengantar kain tanpa henti. Sedangkan, Illiana berusaha keras menahan Demetria agar tidak memukuli pengantar kain. Dia hendak meredam amarah Demetria, tapi tidak tahu harus melakukan apa. “Apa ada masalah, ibu?” Tanya Helcia. Pertanyaan Helcia membuat semua orang yang hadir di dalam ruangan itu terdiam. Mereka lantas menatap Helcia yang juga melihat mereka dengan ekspresi polos, tidak mengetahui apa yang salah dengan pertanyaan singkatnya itu. “Helcia, mengapa kamu keluar kamar?” Demetria dengan cepat menarik lengan putri keduanya itu agar segera kembali kedalam kamarnya. Namun, genggaman Demetria dilepaskan dengan lembut oleh Helcia, “Ibu, aku hanya sedikit penasaran. Lagipula, terus berada di kamar akan membuatku bosan.” “Sesuatu seperti ini hanya akan membebankan pikiranmu saja. Biarkan kami yang mengurus semua pekerjaan disini.” Ah, sepertinya Helcia lupa bila semua keluarganya menganggap dia sebagai wanita bodoh yang tidak bisa menyelesaikan masalah. Mungkin Demetria juga tidak mau membuat kepala Helcia sakit, akibat terlalu banyak berfikir dan membuat Istvan khawatir. Akan tetapi, Helcia memang sejak awal berusaha ikut campur dalam bisnis Keluarga Krysanthe. Karena, dirinya ingin mempelajari cara berbisnis di Kerajaan Socrates. Sebab itu, Helcia menghindari Demetria yang hendak menariknya lagi dan mengambil kain dari tangan Illiana. Setidaknya, dia mendengar beberapa umpatan Demetria kepada pengirim kain sebelum ini. Sehingga Helcia bisa memahami permasalahan yang ada. Kedua matanya mengangkat kain sejajar dengan pandangannya, kemudian meraba tekstur yang terasa kasar, “Illiana, apa kamu punya contoh kain yang biasa di produksi?” Permintaan Helcia nampaknya membuat Iliana agak terkejut, tapi dia masih menjawab, “Baju yang kau kenakan memakai kain produksi keluarga kita.” Helcia lantas membandingkan kain yang ada di tangannya dengan bahan kain pada pakaian yang ia kenakan. Dari segi tekstur, bahan yang lama terasa lebih lembut dan nyaman saat terkena kulit. Bila hanya diperhatikan secara sekilas, kedua kain itu tidak terlihat perbedaannya. Tapi, ketika dilihat lebih teliti dan di rasakan, maka Helcia bisa tahu bila bukan cara pembuatan kain yang mengalami kegagalan, bukan pula akibat penjahit yang kurang terampil. “Bukankah kedua kain ini menggunakan bahan baku yang berbeda?” Tukas Helcia. “Bahan baku yang berbeda?” Balas Illiana, pasalnya dia tidak berfikir hingga sejauh itu. Dia hanya berprasangka bila proses penjahitannya yang mengalami kegagalan, hingga membuat kain terlihat buruk. “Lihatlah dengan baik, kain yang lama ini merupakan kain jenis linen yang terbuat dari serat tanaman flax, kain linen biasanya akan terasa lebih berat dan serat serabutnya tidak terburai. Sedangkan, kain yang baru di produksi bukan berasal dari serat tanaman Flax.” Helcia mendekatkan kain tersebut ke depan matanya, agar bisa dilihat lebih jelas, “Kain ini menggunakan serat tanaman kapas. Serat dari kapas memang tidak buruk, tapi nampaknya kain ini menggunakan serat kapas yang memiliki kualitas rendah.” Ucapan Helcia bukanlah sebatas omong kosong belaka. Di kehidupan yang lama, Helcia pernah bekerja di sebuah toko kain. Dan dia telah di cekoki banyak artikel tentang semua jenis kain serta kelebihannya oleh pemilik toko. Setiap tiga hari pertama kerja, Helcia akan selalu menghafalkan setiap kelebihan kain yang berbeda agar bisa menjelaskan kualitas kain secara lancar kepada pembeli. Oleh sebab itu, untuk membedakan dua jenis kain seperti ini. Bukanlah sebuah hal yang sulit baginya. Namun, dia tidak habis fikir dengan orang yang menukar bahan baku berkualitas buruk ini. Bila di telisik lebih lanjut, tentu ada seseorang yang sengaja mengubah bahan baku kain dengan barang yang lebih murah agar bisa meraup keuntungan sebesar mungkin. Akan tetapi, seharusnya orang itu menggunakan kualitas bahan baku yang hampir menyerupai bahan bakun yang lama bila memang tidak ingin mudah ketahuan. Jika dia menggunakan bahan baku yang sangat berbanding terbalik seperti ini, mungkin hanya orang tak berakal saja yang tidak menyadari perbedaannya. “Hal seperti ini… Bagaimana kamu bisa tahu?” Illiana bertanya dengan bingung, selama yang ia ketahui, Helcia bahkan tidak mampu memikirkan hal berat. Helcia hanya tertawa kecil, “Terkadang, aku menguping pembicaraan kalian tentang bisnis. Jadi, pengetahuan dasar seperti ini tentu aku mengetahuinya.” Illiana menutupi keterkejutannya dengan terbatuk ringan. Sesungguhnya, dia sendiripun juga tidak berfikir sejauh itu, sehingga tingkat analisis Helcia jauh lebih tajam dibanding dengan dirinya. Namun, tentu Illiana tidak ingin mengakui bahwa adiknya lebih unggul. “Ah, kamu benar. Ini hanya pengetahuan dasar biasa.” “Siapa yang bertanggung jawab atas produksi kali ini?” Tanya Demetria. “Tuan Neandro yang bertanggung jawab, Nyonya.” “Vincent Neandro? Dia sudah bekerja pada keluarga kita selama sepuluh tahun, tidak mungkin dia berbuat curang.” Bela Pello Krysanthe tidak percaya. “Ayah, harta terkadang bisa memperlihatkan sisi busuk manusia yang sebenarnya. Bila dihadapkan dengan jutaan uang, manusia bahkan bisa berubah menjadi iblis.” Kata Helcia. Pello Krysanthe memang terkadang terlalu naif, sehingga seringkali mudah ditipu oleh orang lain. Bila dia meneruskan sifat yang seperti itu, suatu saat mungkin usaha milik Keluarga Krysanthe bisa bangkrut. Dan nyatanya memang usaha dari Keluarga Krysanthe benar – benar akan bangkrut suatu saat. Akibat dari kebodohan Pello dalam mempercayakan tanggung jawab besar kepada seorang penipu di dalam perusahaan. Ketika Helcia menulis bukunya, dia tidak menuliskan secara spesifik siapa yang menyebabkan bangkrut total. Jadi, dia juga tidak bisa mengambil kesimpulan bila Vincent Neandro adalah pelakunya. Akan tetapi, meskipun keluarga Krysanthe mengalami kebangkrutan total. Keluarga ini masih tetap berjaya, karena pangeran Istvan memberikan sokongan dana dalam jumlah besar kepada mereka. Dengan bayaran, Helcia harus segera melangsungkan pernikahan dengannya. Helcia di dalam buku mungkin tidak akan keberatan. Tapi, Helcia yang sekarang akan sangat keberatan bila harus menikah dalam waktu dekat. Setidaknya, dia masih mau menikmati masa mudanya sampai puas. Menguasai beberapa ilmu pengetahuan yang belum pernah dia dapatkan sebelumnya, atau berbelanja tanpa harus khawatir akan jatuh miskin. Karena itulah, Helcia Krysanthe tidak akan pernah membiarkan bisnis keluarga ini bangkrut total dan membuat dirinya harus menikah dalam waktu dekat. “Ibu, bisakah aku bertemu dengan Tuan Neandro?” Demetria mengerutkan keningnya, “Kenapa kamu mau bertemu dengannya?” “Ada beberapa pertanyaan yang ingin aku tanyakan. Karena, aku tidak mau sampai bisnis kita hancur hanya karena keegoisan satu orang.” Balas Helcia, berusaha menampakan wajah lugunya. Tapi, Demetria tidak luluh. Wanita paruh baya itu malah menatap Helcia dengan marah, seolah Helcia telah berbuat sebuah kesalahan yang besar, “Helcia, Ibu sudah katakan hal ini berulang kali. Kamu, tidak perlu melakukan apapun. Kamu tidak boleh menyentuh buku pelajaran ataupun mempelajari bisnis.” Helcia bisa menangkap sorot mata amarah di dalam diri Demetria, yang membuatnya semakin merasa aneh, “Apa alasan Ibu memberikan perintah seperti itu?” “Kamu.. Bagaimana mungkin kamu membantah Ibu? Ibu telah memberimu perintah selama dua puluh tahun, dan mengapa kamu membantah hari ini?” Helcia tidak menjawab. Karena, kepribadian Helcia yang penurut dan Helcia yang seorang pemberontak merupakan dua hal yang berbeda. Pertanyaan itu ditunjukkan kepada Helcia yang dulu, maka Helcia yang sekarang tidak bisa mengatakan apapun. Pello menenangkan istrinya yang sedang memiliki suasana hati yang buruk, “Tenanglah, Demetria. Mungkin, Helcia hanya sedikit penasaran.” “Dia tidak boleh penasaran! Bukankah aku sudah memberikannya kehidupan yang sangat bagus, dia hanya perlu beristirahat dan melayani Pangeran Istvan seumur hidup. Apakah itu adalah permintaan yang sulit?” Bentak Demetria kepada Pello. Melayani Pangeran Istvan adalah perintah? Helcia tidak pernah menuliskan hal itu di dalam bukunya. Selama ini, dia kerap menuliskan adegan romantika antara Helcia dan Istvan secara murni. Tidak ada satupun adegan pemaksaan di dalamnya. Apakah memang ada rahasia yang bahkan tidak diketahui oleh sang penulis itu sendiri? Semua alur yang membingungkan ini semakin membuat Helcia bisa merasakan banyak keanehan didalam novelnya. Mungkinkah n****+ yang ia tulis ini bukanlah sekedar n****+ romantis biasa. Helcia hari ini tidak mau membuat keributan yang tidak berarti, karena itu dia memutuskan untuk menuruti keinginan Demetria yang tidak masuk akal, “Maafkan Helcia, Ibu. Helcia berbuat salah.” Melihat Helcia sudah tidak lagi membicarakan bisnis, Demetria mengambil nafas lega, kemudian menepuk pundak Helcia, “Berpakaianlah dengan rapih hari ini. Karena, kamu akan mengunjungi Istana untuk minum teh dengan Pangeran Istvan.” •••• To Be Continued 3 November 2020
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN