Tepat sepulang kantor, Fairel pun meninggalkan ruangan membuat Parveen yang masih berkutat langsung mengalihkan perhatiannya dan memandangi kepergian lelaki tampan tersebut. Namun, ia teringat pula pekerjaannya yang belum selesai membuat gadis itu kembali menyibukkan diri dengan beberapa karyawan lain.
Langkah kaki lelaki itu tampak mengarah pada lobi kantor yang kini sudah terpampang sebuah mobil mewah dengan seorang supir di dalamnya. Ia sengaja menggunakan jasa supir pribadi kantornya agar kembali tidak merepotkan orang lain.
“Permisi, Pak, ingin mampir ke suatu tempat?” tanya supir tersebut sebelum menjalankan mobil.
“Blue Night,” jawab Fairel singkat, lalu mengenakan sabuk pengaman sembari menyandarkan diri menatap ke arah luar jendela mobil yang perlahan bergerak meninggalkan kantor.
Selama perjalanan ke sana, Fairel sama sekali tidak bersuara, kecuali sesekali mengetikkan sesuatu di ponselnya. Membuat lelaki itu terlihat begitu sibuk. Tanpa sadar mobil berhenti dengan mulus tepat di depan sebuah tempat yang hanya dimasuki oleh kalangan atas.
Banyak sekali wanita bergaun mewah dan lelaki berjas mahal yang memenuhi tempat tersebut. Bahkan tidak sedikit para wanita one night stand mulai melancarkan aksinya, termasuk menghampiri Fairel yang baru saja turun dari mobil.
“Fairel, lo ke mana aja baru ke sini lagi?” tanya seorang wanita berpakaian minim sembari bergelayut manja.
“Banyak kerjaan di kantor,” jawab Fairel tersenyum kecut dan membiarkan wanita berpakaian minim itu bergelayut manja sembari melangkah masuk ke dalam.
Sesampainya di dalam, mereka berdua langsung memutuskan untuk duduk di bar. Tentu saja hal yang dilakukan pertama kali untuk Fairel melepaskan penat seharian penuh bergulat dengan pekerjaan sekaligus Parveen mulai memenuhi pikirannya.
“Baru ke sini lagi, Rel?” sapa Bara selaku bartender yang selama ini melayani lelaki itu ketika datang.
Fairel mengangguk singkat. “Captain Morgan, Bar.”
“Gi*la, Rel. Lo baru datang ke sini udah mau mabuk aja,” ucap Bara sedikit terkejut.
Sedangkan Scarlett yang ada di samping lelaki itu pun ikut melebarkan matanya, lalu berkata, “Lo lagi ada masalah, Rel? Enggak biasanya langsung mabuk.”
Mendengar hal tersebut Fairel tampak tersinggung, dan menarik tekuk Scarlett kasar membuat wanita itu tersentak terkejut. Spontan wanita itu menahan tubuhnya agar tidak limbung dengan memegang kedua paha milik Fairel yang masih terbaluti oleh celana bahan setelan kantornya.
Kemudian, ciuman kasar mendarat begitu saja membuat Scarlett mengalungkan kedua tangannya pada leher Fairel. Sedangkan Bara yang menyaksikan hal tersebut hanya menggeleng tidak percaya, lalu mulai meracik minuman pesanan pelanggan setianya yang begitu kaya.
Keduanya pun berciuman cukup sampai sampai Fairel melepaskan lebih dulu ketika ia menyadari napas Scarlett mulai menipis. Mengizinkan wanita itu mengambil napas sekaligus mengusap bibirnya yang sudah tidak lagi terbentuk.
Fairel sudah sedia tisu di kantung jasnya pun langsung membersihkannya, lalu membuang begitu saja bekas yang terpakai. Membuat Bara menggeleng pelan dan memungut sampah tersebut untuk dimasukkan ke dalam tong sampah yang berada di bawahnya.
“Pesanan lo, Rel!” kata Bara memberikan segelas Captain Morgan dengan kasar alkohol cukup tinggi hingga 20%. Tidak sembarangan orang bisa mengonsumsi minuman tersebut, kecuali benar-benar pecandu.
Tanpa mengatakan apa pun lagi, Fairel langsung meneguk minuman tersebut dengan cepat. Menjadikan Bara sedikit cemas. Mengingat terakhir kali lelaki itu tidak sadarkan diri membuat Daiyan datang dan berakhir dengan ceramah yang tidak ada habisnya.
Namun, saat Bara sibuk mengkhawatirkan Fairel tiba-tiba terdengar suara pelanggang lain meminta dibuatkan minuman. Sehingga perhatian lelaki bertubuh kekar itu pun sedikit teralihkan.
Sedangkan Scarlett yang melihat Fairel mulai mabuk langsung tersenyum miring, dan memapah tubuh lelaki itu untuk naik ke kamar lebih privat. Bahkan Fairel tampak biasa saja dengan sedikit meracau tentang pekerjaan. Membuat Scarlett tersenyum tipis.
Di dalam kamar, Scarlett menghempaskan tubuh mabuk Fairel di tempat tidur, lalu mulai melancarkan aksinya. Perlahan tangan wanita itu merayap pada tubuh berotot yang begitu rajin membentuk sebuah tubuh memanjakan mata.
Lalu, Scarlett pun langsung menyambar bibir Fairel hingga habis membuat lelaki itu terangsang dan membalikkan posisi dengan dirinya yang berada di atas menindih tubuh sintal menggoda di balik gaun merah mini tersebut.
“Apa lo akan tahan beberapa ronde?” tanya Fairel menatap Scarlett di balik mata sayu nan mabuknya.
“Tentu saja aku akan memuaskanmu,” jawab Scarlett mengerling nakal sembari menggigit bibirnya menggoda.
Melihat hal tersebut sesuatu di bawah sana mulai mengeras membuat Fairel menahan napas, lalu terbangun sejenak melepaskan jas beserta kemeja dan kaus putih polos. Membuat pemandangan penuh menggoda itu terpampang jelas.
Otot perut dengan da*da bidang yang begitu sedap dipandang mata membuat Scarlett semakin bergelinjang penuh kesenangan. Namun, sayang sekali malam itu Fairel benar-benar seperti orang kesetanan. Lelaki itu merobek gaun Scarlett begitu saja.
“Rel, apa yang lo lakuin!?” tanya Scarlett tidak percaya gaun mahalnya kini sudah tidak lagi terbentuk.
“Tenang aja. Besok pagi akan ada supir gue yang datang,” jawab Fairel santai, lalu tanpa pikir panjang menyambar bibir merah merona yang sebentar lagi akan membengkak akibat ulahnya.
Seakan tidak mau kalah, Scarlett ikut menggerakkan tangannya menyentuh punggung kokoh yang terasa begitu keras. Seiring gerakan kecil mulai bertingkah di bawah sana. Menjalarkan getaran aneh yang begitu menyenangkan.
Sementara itu, di sisi lain, Parveen baru saja menyelesaikan pekerjaannya pun langsung membereskan meja dan bersiap kembali ke apartemen. Sebab, ia tanggal seorang diri dengan ibu dan adiknya tetap berada di kampung menunggu hasil panen ladang serta sawah peninggal sang ayah.
Di sela Parveen melangkah ke bawah, tanpa sengaja ia bertemu dengan Shanika. Kebetulan sekali gadis itu tengah berdiri di dekat tangga terlihat menunggu seseorang.
“Shanika, sedang apa kamu di sini?” tanya Parveen tersenyum lebar yang terlihat ramah.
“Oh, Parveen, kamu belum pulang? Aku sedang menunggu Boy, pacarku. Dia karyawan di sini juga, tetapi dari Departemen Personalia,” jawab Shanika melangkah mendekati teman barunya yang tanpa sengaja ia kenal ketika berada di bawah.
“Wah, ternyata kamu mempunyai pacar?” Parveen tersenyum menggoda membuat Shanika malu-malu.
Kemudian, keduanya pun menoleh bersamaan ketika mendengar suara langkah kaki mendekat. Terlihat seorang lelaki tampan menjulang tinggi dengan kemeja bergaris tergulung hingga ke siku.
“Sayang, dia siapa? Teman barumu?” tanya seorang lelaki yang terlihat penasaran.
Shanika tersenyum lebar, lalu berlari menghampiri pacarnya dan bergelayut manja. “Dia Parveen, sekretaris Pak Fairel.”
“Pak Fairel sudah memiliki sekretaris lagi?” Boy tampak terkejut, lalu tersenyum ramah pada Parveen yang memperhatikan mereka berdua dengan tatapan geli. Terlebih pada Shanika yang begitu menggemaskan.
“Iya, aku juga sempat tidak percaya. Tapi, ini Parveen. Salah satu karyawan Pak Daiyan di kantor pusat,” jawab Shanika mengetahui banyak hal.