Hubunganku dengan Bibi tidaklah dekat. Alih-alih nyaman, aku sering merasa takut. Oleh karena itu, aku terbiasa menyimpan masalah darinya. Hal ini memang tidak benar, sebab bagaimanapun juga, beliau adalah satu-satunya waliku. Hancurnya bahtera rumah tanggaku bukanlah suatu hal sepele, sudah seharusnya sejak awal kuceritakan semua kepadanya. Aroma proll tape memenuhi seisi rumah. Sudah lama aku tidak membuat aneka kue. Kurang lebih selama perpisahanku dengan Mas Harsa. Hari ini aku akan berkunjung ke rumah Bibi. Proll tape adalah buah tangan yang kusiapkan untuk keluarga beliau. Mereka sekeluarga sangat suka, "Beda dari yang dijual," ungkap mereka. "Bikin lebih gak, Ra?" tanya Endang ketika menghampiriku ke dapur. "Kenapa? Ngiler, ya?" tanyaku sambil cekikik, "Cuma bikin dua, tuh."