Aku mempererat pejaman mataku saat mendengar pintu kamar terbuka. Setelahnya aku mendengar pintu kamar mandi terbuka. Kemudian aku membuka kedua mataku dan menatap pintu kamar mandi dengan nanar.
Pukul dua pagi dan Bhumi baru pulang. Entah apa yang ia lakukan di luar sana sehingga dini hari baru pulang. Ini memang bukan yang pertama Bhumi pulang dini hari seperti ini. Namun Bhumi sudah tidak pulang dini hari sejak tujuh bulan yang lalu.
Jujur, ada sesuatu yang mengganjal di hatiku saat ini. Aku selalu khawatir Bhumi tertarik dengan wanita di luaran sana. Apalagi dengan sikap Bhumi yang selalu saja dingin kepadaku. Aku pikir, Bhumi memang tidak menginginkanku.
Lama aku merenung dan Menerka apa yang membuat Bhumi pulang dini hari hari ini, kemudian aku merasakan kasur di sebelahku bergoyang lalu sepasang lengan memelukku dari belakang. Aku tidak terkejut. Karena Bhumi memang selalu memelukku jika tidur. Hal yang selalu membuatku ketergantungan dan tidak bisa tidur jika Bhumi tidak memelukku. Entah bagaimana aku tidur nanti saat aku memutuskan menjauh dari Bhumi selama dua bulan.
"Belum tidur?" Aku tersentak saat suara serak Bhumi mengalun di telingaku.
Apa ini nyata? Bhumi mengajakku berbicara?
"Kenapa belum tidur?" tanyanya lagi saat aku masih mencoba meyakinkan diriku bahwa Bhumi memang bertanya padaku.
Setelah aku yakin, aku membalikkan badanku menghadap kearahnya. Jarak sedekat ini aku dapat melihat mata Bhumi yang sudah sayu. Terlihat sekali wajahnya yang sudah lelah.
Pelan, tanganku mendarat di wajahnya. Jari-jariku dengan lincahnya bermain di wajahnya. Mengusap keningnya, matanya, pipinya, hidungnya, hingga bibirnya. Bhumi hanya memejamkan matanya saat jariku masih asik membelai lembut bibirnya. Kemudian mata itu terbuka saat aku menarik tanganku.
"Sudah persiapan untuk studi wisata besok?" Aku masih terdiam enggan menjawab pertanyaannya. Sebenarnya aku masih memastikan bahwa Bhumi memang bertanya kepadaku.
"Besok berangkat jam berapa?" dia bertanya sekali lagi.
"Besok kakak antar. Sebaiknya kamu tidur biar tidak kesiangan besok." Bhumi mengecup keningku lama lalu semakin menarikku kedalam pelukannya dan mendekapku lebih erat. Entah apa yang ada di pikirannya kini. Namun, aku malah takut atas tingkah manisnya malam ini.
Mengapa Bhumi menjadi manis malam ini? Apa ia berbuat kesalahan? Atau ia sangat gembira karena aku akan pergi besok?
+_+
Pagi ini aku luar biasa sibuk. Membenahi segala keperluan yang akan ku bawa untuk studi wisata, kemudian menyiapkan sarapan untuk Bhumi. Aku memang belum mempersiapkan apapun karena tadi malam aku sibuk memikirkan Bhumi yang belum pulang. Jadi pagi ini aku sangat sibuk. Bahkan pakaian kerja Bhumi pun belum aku siapkan. Salah ku juga karena bangun kesiangan.
"Maaf kak. Arumi lupa siapkan pakaiannya. Tadi habis buat sarapan untuk kakak." Aku buru-buru mengambil alih pekerjaan Bhumi yang akan memakai dasinya.
Saat aku masuk kamar tadi, aku sudah melihat Bhumi rapih dengan kemejanya dan dasi yang menggantung di lehernya. Padahal tadi ketika aku bangun, aku masih melihat Bhumi memejamkan matanya.
"Aku sudah menyiapkan sarapan untuk kakak," kataku setelah memasangkan dasinya kemudian masuk ke dalam kamar mandi. Aku harus mandi karena setengah jam lagi aku harus berangkat.
Tidak banyak yang bisa kulakukan di kamar mandi. Mandi seperlunya dan segera keluar kemudian bersiap-siap secepat yang aku bisa lalu keluar kamar.
Langkahku terhenti saat melihat Bhumi masih duduk di meja makan. Seharusnya Bhumi sudah berangkat setengah jam yang lalu.
"Kakak belum berangkat?" tanyaku mendekat kearahnya.
"Hm.."
Aku memghembuskan nafasku lelah dan mengabaikannya begitu saja. Aku tidak punya cukup waktu untuk memikirkan perubahannya lagi pagi ini setelah sikap manisnya tadi malam. Lebih baik aku memesan taksi sekarang kemudian segera pergi sebelum bu Tyas mengamuk karena menungguku.
"Arumi pergi dulu, kak." Aku menarik tangannya untukku cium kemudian beranjak karena sepertinya taksi yang ku pesan sudah datang.
Aku tersentak saat tangannya kembali meraih tanganku dan menggenggamnya kemudian Bhumi menarik ku keluar beserta tas besar yang akan aku bawa.
"Maaf taksinya tidak jadi, Pak." Aku terkejut saat Bhumi mengatakan itu kepada supir taksi. Aku pikir Bhumi akan mengantarkan ku menaiki taksi.
"Masuk," perintahnya setelah menaruh tas besarku ke dalam mobil.
Dengan tanda tanya yang masih di kepalaku, aku menurutinya dan masuk kedalam mobil.
Sepanjang perjalanan aku hanya diam. Bingung harus berbicara apa. Karena sebaiknya aku memang tidak usah bicara. Mood Bhumi pagi ini terlihat buruk. Beda dari biasanya. Aura dingin yang biasa keluar dari tubuhnya terasa semakin dingin.
"Kamu lupa kewajiban mu pagi ini." Kalimat pertama di dalam mobil yang keluar dari bibirnya selama satu tahun aku menikah dengannya.
"Maaf kak. Arumi belum packing tadi malam dan tadi pagi bangun kesiangan," jawabku.
Ya, aku tahu, tidak membangunkannya dan tidak menyiapkan baju kerjanya seperti biasanya adalah kesalahanku. Tapi tadi pagi adalah kondisi di mana aku benar-benar lupa akan hal itu.
"Dan selama tiga hari nanti kamu juga tidak akan melakukan kewajiban mu lagi." Aku terdiam. Bingung menjawab apa. Bhumi cukup aneh pagi ini. Selama satu tahun menikah, aku tidak pernah mendengar suara protes yang keluar dari mulut Bhumi. Biasanya jika aku mengajaknya berbicara, hanya dua konsonan yang entah artinya apa yang keluar dari bibirnya. Membuatku malas untuk mengajaknya bicara.
"Nanti Arumi akan minta Bi Mira untuk datang ke rumah dan menyiapkan keperluan kakak," jawabku pada akhirnya.
"Tidak usah," tolaknya. "Bi Mira tidak bisa melakukan semuanya."
"Kamu tahu apa saja yang kamu lupakan pagi ini?" tanyanya lagi.
"Tidak menyiapkan pakaian kerja kakak dan membangunkan kakak."
"Itu saja?" aku kembali berpikir. Sepertinya aku memang hanya melupakan dua hal itu saja pagi ini. Memangnya ada yang lain?
"Sepertinya, i-ya," jawabku ragu.
Mobil berhenti saat lampu lalu lintas berwarna merah dan Bhumi mengalihkan pandangannya kepadaku. Memandangku begitu tajam entah apa maksudnya. Aku tidak tahu kalau melupakan dua hal itu bisa membuat Mood Bhumi sangat buruk pagi ini.
Cup.
"Kamu tidak melakukan ini setelah memasangkan dasiku. Dan itu adalah kesalahan yang fatal." Bhumi menjauhkan wajahnya kemudian menjalankan mobilnya setelah membuat jantungku berdetak begitu cepat.
Bhumi mencium bibirku di dalam mobil.
Hal yang akan membuatku mencoret dream list ku nanti di rumah.