Rinai masih setia mengetuk jemarinya pada meja. Menunggu kedatangan Rain bukan pertama kali dilakukannya. Laki-laki yang ia cintai setengah mati itu sering kali membuatnya menunggu, menerka-nerka dan mencari. Tapi Rinai selalu tahu satu hal, dia selalu mencintai laki-laki itu. Walau Rain terlihat Abu-abu di dekatnya. Rinai cukup dengan satu hal: Rain berada di dekatnya. "Sudah lama?" Rain mendaratkan bokongnya tepat di kursi depan Rinai, dengan senyum indahnya yang selalu membuat Rinai meleleh. "Baru saja sampai." Rinai tentu saja bohong. Dua jam yang lalu ia sudah sampai di sini. "kamu mau pesan apa?" tanyanya. Rain segera memanggil pelayan dan menyebutkan pesanannya. Setelah itu ia menatap Rinai dengan senyum maut andalannya. Rinai bukan perempuan cantik seperti mantan-mantannya dul