Detak jantung gadis itu seketika berdebar kencang saat ditatap dengan tajam oleh lelaki yang berhasil menahan kepalanya. Kedua bola matanya terbelalak saat suaminya mengungkapkan hal itu dengan serius hingga darahnya seketika mengalir dengan deras seakan kekuatan setrum listrik yang menyentuhnya. “Hah? Ci—cinta?” “Iya. Jadi, bagaimana tanggapan kamu?” Rheana hendak beringsut mundur, akan tetapi tenaganya tidak bisa banyak ubah sebab masih ditahan oleh Ari. “Ta—tanggapan gimana?” Bibir Rheana seakan terkunci rapat, gemetar, bahkan deru napasnya tidak bisa membohongi lehernya naik-turun. “Ka—kamu bercandanya nggak lucu. Lepasin kepalaku nggak. Sakit ditahan begini,” elaknya supaya Ari segera melepaskan eratannya. Jujur, Rheana tidak suka ditatap tajam apalagi wajah Ari itu persis di d