"Yang menelpon tadi namanya Zihan!" Naura bicara dengan suara keras. Azzam yakin sekali kalau istrinya cemburu. Meskipun agak aneh, Baru beberapa hari menikah dan kenal, sudah menampilkan ekspresi cemburu. "Oh. Zihan. Yang suaranya lembut sekali?" Azzam masih ingat betul Zihan yang mana. Zihan itu lima tahun lebih muda dari dirinya. Zihan kembang kampung pada masa dahulu. "Oh. Sampai ingat suaranya ya. Masih ingat dong seperti apa wajahnya?" Tatapan tajam dari Naura, Azzam terima. Azzam tidak marahnya tetap seperti itu, karena mengerti perasaan istrinya. Walau kadang Azzam heran juga dengan sikap cemburu Naura yang terlalu berlebihan. "Zihan kembang kampung, jadi aku ingat. Gadis paling cantik pada masanya di kampungku." Jawaban Azzam justru menambah amarah Naura. Tatapan Naura sepert