PART 3

895 Kata
        Pagi hari adalah hari yang paling merepotkan karena semua orang akan sibuk untuk menyiapkan diri mereka masing-masing untuk aktivitas mereka. Begitu juga halnya dengan orang-orang yang berada di rumah Rezkan. Nia yang masih dengan dasternya sedang sibuk di dapur untuk meniapkan bekal suami dan anaknya.         Raka yang masih sibuk dengan makanannya di meja makan sedangkan Rezkan yang baru saja turun dari kamarnya dan masih berantakan dengan dasi yang masih bergantung asal di kera bajunya sedangkan Sheeva yang sedang menikmati sarapannya dengan Raka melihat Rezkan turun membawa tas kerjanya. “Kamu yang antar Raka kan aku udah telat banget nih gabisa antar Raka.” Nia menoleh pada Rezkan. “Mas kamu lihat dong aku belum apa-apa aku juga nanti mau arisan bulanan loh.” “Jadi Raka gimana?” “Sheeva aja yang antar Raka.” Sheeva menyuarakan pendapatnya dan kedua orang dewasa tersebut menatap Sheeva. “Gapapakan kalau Sheeva antar Raka?” Sheeva yang merasa heran karena kedua orang itu seperti menatapnya aneh. “Raka senang kok kalau di anter sama Tante Sheeva.” “Makasih banyak ya Sheeva.” Nia menyuarakan pendapatnya. “Makasih Sheeva.” Kini Rezkan yang mengatakannya dan Sheeva menjawab Rezkan dengan kedipan matanya yang jahil. “Nia dasi aku ga ada yang lain ini baru aku pake semalam.” “Mas aku ga sempat milihannya.” “Biar Sheeva bantuin aja. Dimana Mbak?” Rezkan terkejut dengan perkataan Sheeva tetapi wanita itu hanya tersenyum. “Di dalam kamar tolong ya Sheeva.”         Sheeva langsung naik menuju kamar Rezkan dan Nia tak berapa ia turun dan membawa sebuah dasi sekaligus jas. Sheeva langsung menuju kea rah Rezkan dan memakaikannya di leher Rezkan. Awalnya Rezkan menolak ia tidak ingin Nia salah paham dengan kedekatan mereka tetapi Sheeva memaksa dengan senyumannya.         Sheeva sengaja memperlambat untuk memakaikan dasi Rezkan bahkan ia juga sempat menggoda Rezkan dengan mengelus d**a bidang milik Rezkan dan mempersempit jarak mereka. Rezkan yang membelakangi Nia, maka istrinya itu tidak tahu apa yang sedang dilakukan Sheeva tetapi ia tahu bahwa Sheeva membantu Rezkan untuk memakaikan dasinya. “Makasih ya Sheeva kamu udah bantuin Mas Rezkan pakaikan dasi. Mas Rezkan selalu gabisa kalau pakai dasi dengan benar.” Sheeva hanya tersenyum dan kembali duduk di kursinya. “Wah hasil kamu lebih bagus dari Mbak emang ga salah kalau kamu punya butik ngerti soal fashion juga bagus pilihan dasi kamu untuk Mas Rezkan. Kalau gitu kamu aja nanti yang milihan pasangan yang sesuai untuk pakaian Mas Rezkan dan pakein dasinya.” Jawaban itu membuat Sheeva senang bukan main itu yang diharapkannya. “Oke Mbak” “Kalau gitu aku pergi dulu. Raka Papa pergi dulu ya baik-baik sama Tante Sheeva.” “Oke Papa.” Rezkan mencium kening Raka setelah itu melangkah pergi. “Mas kamu lupa sama aku?” Rezkan berbalik dan menatap Nia yang sedang tersenyum dengan tangan dilipatkan di depan d**a. Kemudian Nia menunjukkan keningnya dan Rezkan tahu maksudnya langkah Rezkan berat mana mungkin ia melakukan itu karena ada Sheeva di antara mereka. Tapi tetap saja ia gabisa menolak bukan?         Maka ia melangkah menuju Nia dan mencium kening istrinya itu tetapi ia kaget ketika mendapatkan tangan kirinya digenggam oleh Sheeva dan ia merasakan genggaman yang begitu erat disana. Setelah itu ia langsung melepaskan Nia dan pergi. “Oke Rakaaa kita juga harus pergi sekarang nanti kamu terlambat.” “Ayo Tante.” Raka menggandeng tas ranselnya dan berpamitan pada sang Mama. “Wah bekal Mas Rezkan tinggal nih Mbak.” “Yahhh gimana ya Mbak ga sempat anterin lagi.” “Yaudah biar Sheeva aja yang antar ke kantor Mas Rezkan.” “Kamu tau kantor Mas Rezkan?” Sheeva sedikit terkejut dengan pertanyaan itu. “Hmmm tau kok Mbak, Mas Donial pernah ajak aku kesana untuk ngomongin soal tinggal disini.” “Ohh gitu oke minta tolong ya Sheeva hari ini kamu banyak banget bantu Mbak.” “Oke Mbak kita pergi dulu ya.” “Hati-hati ya."   ***** “Mas Rezkan!” Sheeva berteriak memanggil Rezkan yang sedang berada di lobby dan sedang ngobrol dengan karyawannya. Rezkan terkejut dengan kehadiran Sheeva dan semua orang melihat heran pada sosok wanita yang sedang memanggil bosnya itu.         Bagi kaum pria mungkin kagum dengan wanita itu bagi kaum hawa aneh siapa yang menegur bossnya itu dan ada juga yang sudah pernah melihat Sheeva datang ke kantor mereka tetapi tidak sendiri tetapi dengan pria lain yang tak lain dan tak bukan adalah Donial. “Kalian boleh laporin nanti ke ruangan saya. Saya lagi ada tamu.” “Baik Pak.” Karyawan Rezkan pergi satu demi satu. Rezkan langsung mengkode Sheeva untuk mengikutinya ke dalam ruangannya, Rezkan juga mengunci ruangannya agar tidak ada yang tiba-tiba masuk. “Kamu ngapain kesini?” “Aku gaboleh kesini?” Sheeva merajuk dengan pertanyaan Rezkan. “Bukan gitu sayang ini kantor apa kata mereka lihat kamu disini datangi aku.” “Aku bukan pertama kali datang kesini.” “Iya kamu datang kesini kemarin sama Donial ga ada yang curiga tapi ini kamu datang sendiri mereka bisa mikir yang aneh-aneh.” “Yaudah aku salah terus sama kamu.” Sheeva meletakkan bekal yang dibawanya di meja dan berjalan keluar ruangan tetapi di tahan oleh Rezkan dengan memeluk wanitanya. “Maaf Sayang bukan gitu maksud aku.” “Aku cuma mau nganterin bekal kamu yang ketinggalan udah itu aja. Aku pergi lepasin.” Rezkan membalikkan Sheeva dan menangkup wajah Sheeva dan menatapnya dengan sendu. Rezkan mencium bibir Sheeva pelan dan lembut. “Maaf. Jangan marah lagi ya. Aku Cuma ga mau mereka bakalan mikirin kamu aneh atau jelek.” “Mas Rezkan terlalu mikirin apa kata orang tanpa mikirin aku.” “Iya sayang maaf ya.” “Peluk.” Rezkan tersenyum dengan perkataan Sheeva, wanitanya kembali manja padanya dan itu diinginkannya. Ia sangat gabisa membuat Sheeva marah maupun menangis. “I love you baby.” “Sakit Mas tadi lihat kamu cium kening Mbak Nia.” Rezkan melepaskan pelukannya dan menatap raut wajah sedih Sheeva. “Maaf sayang, Mas ga ingin tadi tapi ga mungkinkan.” “Iya aku ngerti kok.” “Sini digantiin sama yang lebih.” “Apa..” Belum lagi selesai Sheeva menyelesaikan kalimatnya Rezkan langsung menyerang bibir miliknya dengan lembut. Maka mereka saling mencecap satu dengan yang lainnya untuk merasakan rasa satu dengan yang lain.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN