Aku baru sadar menahan napas ketika paru-paruku menjerit sesak minta oksigen. Mundur dua langkah, aku hampir terjatuh karena tersandung batu—terima kasih pada Mora yang berbaik hati menahan lenganku sehingga aku terhindar dari risiko malu seumur hidup akibat jatuh dalam posisi yang tidak enak dilihat. Iris kelabu itu menatapku datar. Pemiliknya adalah seorang pemuda bersurai perak yang entah sejak kapan sudah berdiri di belakangku. Aku hampir kembali menahan napas kalau tidak ingat tubuhku membutuhkan oksigen untuk tetap hidup. Pasalnya, sepasang mata kelabu itu terlihat sangat ganjil. Pupil mata kirinya lebih besar daripada pupil yang kanan. Kulitnya yang putih pucat mengingatkanku pada Jared, mataku tanpa sadar beralih menuju kedua sisi kepalanya. Aku menarik napas lega, bukan Elfynn,