Bab 4 : Makan Malam

1490 Kata
Saat itu pukul tujuh malam, Eunbi yang tengah berkutat dengan peralatan dapur terlonjak begitu suara bantingan pintu terdengar nyaring dari arah depan. Wanita itu segera mematikan kompor dan bergegas mengecek ke arah sumber suara. Di sofa ruang tamu, ia melihat Jaehyun terduduk diam. Kepala pria itu menengadah pada sandaran sofa, matanya terpejam rapat juga nafasnya yang terlihat memburu. Pria itu terlihat cukup kacau dengan penampilan berantakan juga dasi yang tidak terpasang dengan benar ataupun pada tempatnya. Meski dengan perasaan takut-takut, Eunbi mencoba mendekati Jaehyun. ia menepuk bahu pria itu pelan dengan perasaan gugup juga takut. Saat Jaehyun membuka mata, bisa Eunbi rasakan emosi yang melingkupi Pria itu. Seolah-olah ada aura hitam yang melingkupi seluruh tubuh Pria bermarga Han tersebut. Dengan modal nekat Kwon Eunbi mencoba bertanya soal apa yang terjadi padanya, saat Jaehyun justru bersikap acuh dan kembali memejamkan mata tanpa mau menjawabnya sama sekali. "Kau kenapa?" tidak ada maksud apapun dari apa yang Eunbi lakukan saat ini. Ia hanya ingin tahu kenapa Jaehyun pulang dengan keadaan kacau juga wajahnya yang terlihat kusut bukan main. Ia hanya takut terjadi sesuatu yang buruk pada pria itu dan akan merepotkan dirinya nanti. Hanya itu. Tapi bukan hal baik yang didapat Eunbi sebagai respon, justru tatapan dingin lah yang pertama kali Wanita itu dapatkan begitu Jaehyun membuka matamata lagi. Pria itu menatap Eunbi datar bahkan cenderung mengejek, ia melihat Eunbi dari arah atas kemudian ke bawah dan mengulanginya lagi beberapa kali. "Bukan urusanmu," sahut Jaehyun singkat sambil memalingkan wajah. Melihat hal itu membuat Eunbi mendengkus, juga sedikit mencibir dalam hati. Ia ingin mengumpat tapi Wanita itu sadar dirinya tengah mengandung dan mengumpat bukanlah sesuatu hal yang bisa dianggap baik. 'Dasar menyebalkan' batin Eunbi kesal. Tidak mau ambil pusing, Eunbi memilih untuk kembali ke dapur, melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda. Memasak mie instan. ... Jaehyun merebahkan badannya pada ranjang besar yang ada di kamarnya, tatapannya lurus menatap ke arah langit-langit kamar. Pelan tapi pasti kejadian siang tadi kembali terputar di ingatannya. Kejadian singkat yang sanggup membuat mood-nya yang semula sangat baik jadi hancur berantakan. Siang itu Jaehyun tengah melakukan take vocal dengan salah satu artisnya yang akan memulai debut solo. Beberapa kali proses rekaman terhenti karena ponsel Jaehyun yang terus bergetar dengan nama Song Hari tertera sebagai id pemanggil. Dengan malas Jaehyun menjawab panggilan telepon dari Hari. "Ada apa?" tanya-nya to the point. "Tidak ada, aku hanya merindukanmu," sahut Hari dari seberang telepon dengan nada manja. "Jika kau meneleponku untuk hal yang tidak penting, lebih baik ku tutup," Jaehyun menyahut malas setengah kesal. Baru saja ia akan mematikan panggilan, suara Hari lebih dulu menginterupsi. "Tunggu! Sebenarnya, Appa memintamu untuk datang makan malam di rumah," jelas Hari kemudian. Jaehyun terdiam, pria itu menghembuskan nafas pelan sebelum mengiyakan perkataan sang tunangan. Meski dengan enggan juga rasa malas yang benar-benar bertumpuk. Ia hanya ingin agar lekas mengakhiri percakapannya dengan Song Hari dan bisa kembali melakukan sesi rekaman. Setidaknya dengan bekerja ia bisa mengurangi sedikit rasa kesalnya saat ini. "Aku akan datang, sampaikan pada Paman. Ku tutup," tanpa perlu menunggu jawaban dari lawan bicaranya, Jaehyun segera menutup panggilan. Pria itu memijat keningnya sendiri yang tiba-tiba terasa berdenyut, pusing. Hal itu sering terjadi akhir-akhir ini, mungkin efek karena ia yang terlalu memaksakan diri untuk bekerja demi bisa melupakan sejenak soal pertunangannya dengan si gadis Song. "Kau kenapa?" satu tepukan pelan mendarat di bahu Jaehyun. Itu Jihoon, Lee Jihoon. Rekan kerja sekaligus komposer musik di perusahaannya. "Hari meminta sesuatu lagi?" lanjutnya. Jaehyun mengangguk sekilas. Jihoon memang tahu perihal pertunangannya dengan Song Hari, pria itu juga tahu bagaimana perasaan Jaehyun yang sebenarnya pada gadis pemilik marga Song itu. "Apa lagi kali ini?" Jihoon bertanya dengan nada sedikit prihatin. Ia sudah lama mengenal Jaehyun, ia juga tahu bagaimana hubungan Pria itu dan Song Hari. Pria bermarga Lee itu juga paham betul jika sebenarnya Jaehyun merasa cukup tertekan dengan adanya perjodohan ini. Ia memang tidak tahu secara menyeluruh, karena bagaimanapun juga itu bukan hal yang harus ia tahu mengingat hal tersebut adalah privacy. Tapi yang Jihoon tahu, Jaehyun sebenarnya sudah sering untuk menolak dengan keras perjodohan tersebut. Tapi ia selalu gagal entah karena alasan apa. "Paman Song memintaku untuk datang makan malam di rumahnya," sahut Jaehyun malas. "Tidak apa, hanya makan malam, 'kan. Kalian tidak akan langsung dinikahkan malam itu juga," gurau Jihoon berharap hal itu bisa sedikit membuat Jaehyun tertawa. Dan benar saja, meski Jaehyun hanya tersenyum tipis. Tapi itu terlihat jauh lebih baik daripada ia yang menunjukan wajah kusut juga pusingnya. …. Benda pipih itu bergetar beberapa kali, Eunbi yang baru keluar dari kamar kecil segera menyambar ponselnya saat benda itu kembali bergetar pertanda panggilan masuk. Keningnya mengernyit saat nomor tidak dikenal muncul di layar ponsel. Eunbi sempat menebak-nebak, mengira siapa kiranya yang menelponnya sebelum ragu-ragu ia menggeser ikon telepon berwarna hijau. Menerima panggilan. Ia menggeser tombol berwarna hijau sebelum menempelkan benda itu ke arah telinga dan menyapa lebih dulu. "Yeoboseoyo?" "Kwon Eunbi-ssi, ini aku Jinwoo," entah untuk alasan apa, senyum merekah tiba-tiba saja terbit di wajah Kwon Eunbi. "Oh Jinwoo-ssi, ada apa?" tanya-nya lirih. "Tidak ada, hanya memastikan ini benar nomormu atau bukan. Oh iya, omong-omong besok aku menjemputmu pukul sembilan, apa kau tidak keberatan?" Eunbi mengangguk samar, tapi ia menggerutu kemudian. Sadar bila Jinwoo tidak bisa melihat apa yang baru saja ia lakukan. "Eoh, iya. Aku mengerti," ralat Eunbi kemudian. Hening. Baik Eunbi maupun Jinwoo tak ada yang membuka suara, keduanya hanya diam mendengarkan deru nafas dari masing-masing yang masih terhubung melalui panggilan suara. "Kau sudah makan?" tanya Jinwoo dengan ragu-ragu. Sebenarnya, di seberang telepon pria itu mati-matian mencari topik agar bisa berbicara dengan Eunbi lebih lama lagi. Ia benar-benar ingin berbincang dengan Kwon Eunbi lebih lama lagi, entah membahas apapun karena ia yang kini mendadak kehilangan topik pembicaraan. "Eum, sudah. Kau sendiri? Kenapa belum beristirahat, bukannya kau baru saja kembali dari Pulau Jeju untuk syuting drama perdana mu?" sekadar informasi, Eunbi itu sebenarnya cerewet. Apalagi urusan makanan dan kesehatan. "Darimana kau tahu jika hari ini aku baru kembali dari Jeju?" "Jiah yang memberitahu ku, dia juga berpesan agar aku menyuruhmu beristirahat. Kau punya jadwal yang sibuk besok," terang Eunbi membuat Jinwoo terkekeh geli. "Ada yang lucu?" tanya Eunbi heran, wanita itu kini mengerutkan kening. "Tidak, tidak ada. Baiklah, aku akan tidur sekarang, kau juga. Besok adalah hari pertama mu bekerja, jangan sampai mengantuk. Oke." "Oke!" "Sampai bertemu besok, selamat malam Kwon Eunbi," panggilan terputus. Kembali Eunbi tersenyum, kali ini lebih lebar dari sebelumnya. Detik berikutnya wanita itu menggelengkan kepala kuat-kuat, bahkan menepuk pipinya sendiri beberapa kali. "Sadar Eunbi, kendalikan dirimu. Huhu sepertinya aku menyukai Oh Jinwoo," racau-nya seorang diri, ia menutup wajahnya yang kini nampak merah padam dengan telapak tangan. "Huaaa aku butuh udara segar," sambil mengibaskan tangan di sekitar wajah Eunbi berjalan ke luar kamar. Bertepatan dengan Eunbi yang tiba di lantai bawah, Jaehyun baru saja keluar dari kamarnya. Pria itu mengenakan setelan jas rapi dipadu dengan kaos panjang polos berwarna hitam di bagian dalam. Keduanya sempat terdiam beberapa saat, sebelum kemudian Jaehyun mengalihkan pandangan lebih dulu. "Kau mau kemana?" ia bertanya pelan. Seingat Eunbi, pria itu baru saja kembali belum lama. Dan sekarang sudah akan pergi lagi? "Bukan urusanmu, jangan ikut campur," sahut Jaehyun kasar kemudian berlalu. "Sombong sekali, dasar," gerutu Eunbi pelan. Sejujurnya ia tidak terlalu menyukai Jaehyun. Meskipun pria itu memiliki proporsi tubuh yang sempurna, wajah tampan luar biasa juga kekayaan yang berlimpah. Namun sikap juga sifatnya yang menjengkelkan jadi poin minus besar dalam penilaian seorang Kwon Eunbi. *** Suasana makan malam terasa lengang dan tenang. Hanya terdengar suara peralatan makan yang saling bertabrakan satu sama lain. Song Hari sedikit mencuri-curi pandang ke arah Jaehyun yang tengah fokus pada makanan di hadapannya, ekspresi pria itu terlihat datar dan tanpa minat. "Jaehyun-ah bagaimana pekerjaanmu," Tuan song bertanya. Jaehyun tersenyum sejenak kemudian mengelap sekitar mulutnya dengan kain yang tersedia. "Biasa-biasa saja Paman. Dalam waktu dekat kami akan mendebutkan satu boygroup baru, dan saat ini kami juga tengah melakukan proyek untuk debut salah satu soloist kami," jawab Jaehyun seadanya. "Itu berarti kau tengah sibuk. Maafkan Paman malah memintamu datang untuk makan malam," ujar Tuan Song merasa tidak enak hati. "Tidak apa Paman, tidak sesibuk itu," sahut Jaehyun tersenyum kecil. Tuan Song tersenyum penuh arti, pria paruh baya itu melihat ke arah Jaehyun sejenak kemudian beralih ke arah Song Hari. "Sebenarnya, tujuanku mengundangmu makan malam untuk menanyakan soal pernikahan mu dan Hari. Orang tuamu sudah menyetujui jika kalian akan menikah tahun ini, bagaimana denganmu?" Jaehyun terdiam mendengar penuturan Tuan Song. Pria itu sempat melirik ke arah si gadis Song beberapa saat, mengirim sinyal lewat sorot mata soal apa yang saat ini tengah berputar dalam kepalanya. Hari yang paham akan situasi segera berujar. "Eum Appa, bagaimana jika kita membicarakan ini nanti. Sebaiknya kita selesaikan dulu makan malam kita." Tuan Song mengangguk pelan, mengiyakan apa yang dikatakan Putri semata wayangnya itu. "Maafkan Paman, ayo lanjutkan saja makannya," ucap Tuan Song kemudian. Jaehyun hanya tersenyum kecil sebagai respon, ia kembali menyantap makanan di depannya meski kini ia sudah tidak lagi berselera.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN